CARITAU DHARMASRAYA – SFN (31), perempuan warga Dharmasraya, merupakan salah satu dari 391 warga yang terpapar jaringan Negara Islam Indonesia (NII) dan mengikuti prosesi cabut baiat yang digelar di Auditorium Kantor Bupati Dharmasraya Sumbar pada Rabu (27/4/2022).
SFN kepada Caritau.com mengaku bahwa suaminya BH (39) merupakan salah satu dari 12 orang yang diduga anggota jaringan NII dan ditangkap Densus 88 Antiteror pada 25 Maret 2022.
Baca Juga: Jenazah Terakhir Korban Banjir Lahar Dingin Agam Ditemukan
“Saya nggak tahu di mana suami saya sekarang. Tapi ada yang bilang ke saya, suami saya lagi diamankan di Cikeas. Saya juga masih menunggu janji polisi yang katanya mau ngasih kesempatan buat video call sama suami. Katanya habis lebaran, tapi sampai sekarang juga belum,” kata ibu tiga anak ini saat ditemui di rumahnya di bilangan Nagari Pulau Punjung pada Kamis (5/5/2022).
Menurut SFN, suaminya sebenarnya tak masuk target operasi seperti 11 orang lainnya, namun karena sang suami merupakan salah satu anggota pengajian maka ikut diciduk pihak berwajib.
SFN kemudian memaparkan kronologi suaminya tertangkap.
Pada Jumat (25/3/2022) pagi, BH seperti keseharaiannya meminta izin kepada SFN untuk mencari nafkah sebagai pekerja serabutan.
“Waktu itu dia bilang mau benerin mesin cuci orang yang rusak. Sekitar jam 8 pagi dia pergi. Tanpa mandi. Dia bilang cuma sebentar, paling jam 10 juga pulang,” kata SFN.
Namun menjelang pukul 11.00 WIB suaminya ternyata belum juga pulang dan SFN tak sedikit pun menaruh curiga.
Selepas salat Jumat, tetangga SFN memberi tahu jika R, rekan kerja BH dan teman satu pengajian, telah ditangkap Tim Densus 88.
“Tetangga ngetuk pintu rumah saya, dia bilang R ditangkap. Pas saya tanya, apakah suami saya ikut ditangkap, dia bilang tidak tahu. Namun perasaan saya mulai gak enak, soalnya suami saya pergi dan kerjanya bareng R,” papar SFN.
Menjelang malam hari, rumah SFN didatangi Densus 88 dan Ketua RT yang memberi tahu jika suaminya telah ditangkap lantaran terlibat NII.
“Baru pada keesokan harinya, Densus 88 datang ke rumah saya tanpa pakaian dinas. Dia bilang, dia mau menyita buku-buku untuk dipelajari lebih lanjut. Saya persilakan saja,” beber SFN.
Terkait pemeriksaan yang sedang dijalani oleh sang suami, SFN menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kepolisian.
"Saya ikut saja. Semoga suami saya tidak dihukum berat dan bisa cepat pulang jika tuduhan itu tidak terbukti," harap SFN.
Tak pernah terlintas di kepala SFN jika suaminya suatu saat bakal ditangkap pihak berwajib karena diduga terlibat jaringan teroris yang ingin mengubah sistem negara.
Maklum saja, saat di rumah BH tak sekali pun pernah menyebut mengenai negara atau hal-hal lain seperti ingin mengubah negara menjadi negara Islam.
“Di rumah nggak ada bahas-bahas soal negara. Saya juga nggak pernah menyentuh buku-buku atau catatan yang ditulis sama dia,” ungkap SFN.
Padahal menurut SFN, sejak mulai ikut pengajian pada akhir 2019, suaminya mengalami perubahan drastis dalam menjalani kehidupan, seperti menjadi rajin salat dan rutin membaca Al Quran.
“Selama sembilan tahun saya menikah, dia jarang bahkan tak pernah salat. Paling cuma puasa saja. Makanya ketika tahu suami saya ikut pengajian, saya sebagai istri senanglah,” bebernya.
Melihat perubahan yang terjadi pada diri BH, maka SFN pun tertarik untuk ikut pengajian yang diikuti oleh suaminya.
Pada dua pertemuan awal, SFN menjalani pengajian yang digabung antara laki-laki dan perempuan di sebuah rumah.
Baru setelah pertemuan ketiga, SFN tergabung hanya bersama para perempuan lainnya di sebuh kelompok khusus.
Menurut SFN, kelompok pengajian ini tak mempunyai nama, namun beberapa kawan sering menyebut dengan kajian tafsir Quran.
Selama beberapa kali mengikuti pengajian, perempuan tamatan madrasah aliyah atau SMU ini merasakan sensasi berbeda yang tak dia dapatkan dari pengajian pada umumnya.
Menurut SFN, lazimnya pengajian di masjid, ceramah yang diberikan merupakan sesuatu yang umum, sementara pengajian yang diikutinya membahas ilmu agama dengan detail.
“Sampai masalah perempuan juga kita bahas. Dan juga di sini kita bisa berdiskusi tanpa takut bakal dihakimi," terang SFN.
SFN juga menolak jika ada anggapan pengajian yang diikutinya merupakan cuci otak untuk mengubah NKRI menjadi negara Islam karena selama lebih dari dua tahun bergabung, baik ustaz maupun anggota lain tak sekalipun membahas hal seperti itu.
"Saya baru tahu kata ideologi justru setelah suami saya ditangkap," pungkas SFN.(RIO)
Baca Juga:
GP Ansor Dharmasraya: Jangan Cepat Puas dengan Cabut Baiat NII
Ketua DPRD Dharmasraya: Mereka yang Sudah Cabut Baiat NII Jangan Dikucilkan
Anggota Negara Islam Indonesia (NII) Terbesar di Sumbar dan Cabut Baiat 391 Warga Dharmasraya
Mantan Anggota NII: NII Tidak Mewakili Agama Manapun karena Mengajak Memberontak
Ketua LKAAM Dharmasraya: NII Mengincar Mereka yang Ekonominya Morat-Marit
Sejarah NII, Kisah Kartosoewirjo Memaksakan Negara Berideologi Islam di Tatar Pasundan
NII Setelah Kartosoewirjo, KW-9 dan Ma’had Al Zaytun Simbol Puncak Kejayaan
Al Chaidar: NII Palsu Terus Dilibatkan dalam Proses Politik di Negeri Ini
Baca Juga: Tiga Korban Meninggal Akibat Banjir dan Tanah Longsor Padang Pariaman
sfn perempuan warga dharmasraya negara islam indonesia nii cabut baiat auditorium kantor bupati dharmasraya sumbar
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024