CARITAU JAKARTA – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kita tengah merebak di Indonesia. Penyakit yang disebabkan virus Foot Mouth Disease (FMD) yang termasuk dalam keuarga Picornaviridae dan genus Apthovirus ini menyerang hewan berkuku belah seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa/kijang, onta, dan gajah.
Wabah PMK ini tak hanya menyerang hewan ternak, tapi juga hewan liar dengan masa inkubasi umumnya berkisar 2-8 hari.
Baca Juga: Penasihat Hukum SYL Sebut Ada Unsur Politik dalam Kasus Kliennya
Jika ada hewan yang terinfeksi virus FMD, maka sel yang terinfeksi tersebut akan membentuk protein virus dan terjadi banyak perbanyakan RNA virus. Apabila jumlahnya sudah banyak, maka fungsi RNA ini akan berubah menjadi mRNA sebagai pola untuk perbanyakan RNA virus.
Pola perbanyakan ini berbeda dengan virus lainnya dan biasanya sebelum ada pembentukan protein virus, akan terbentuk penyusunan gen virus nya lebih dulu.
Lalu apa yang terjadi pada hewan yang terinveksi virus PMK? Umumnya hewan yang mengalami PMK menunjukkan gejala demam mencapai 41 derajat Celcius selama beberapa hari. Kondisi itu membuat hewan tidak nafsu makan.
Tanda-tanda fisik yang dapat dilihat dari hewan yang terinfeksi PMK adalah terdapat lesi di mulut dan keempat kakinya. Lesi ini terbentuk lepuhan di permukaan selaput lendir mulut, termasuk lidah, gusi, pipi bagian dalam, dan bibir.
Pada bagian kakinya juga terlihat jelas ada lesi, biasanya di tumit, celak kuku, dan sepanjang bagian kuku. Khusus untuk hewan babi, lesi lebih banyak ditemukan di kaki serta kebanyakan babi mengalami kelemahan.
Pada sapi berjenis sapi perah, penyakit PMK ini sangat berdampak pada produktivitas susu sehingga para peternak sapi perah harus mewaspadai apabila ada hewan yang terinveksi agar segera melakukan Langkah-langkah menghindari penularan kepada hewan lainnya.
Tingkat Kematian pada Hewan 1-5 Persen
Menurut sumber dari Kementerian Pertanian, tingkat kematian ternak yang terkena PMK cukup rendah, yaitu 1-5%. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga optimis pihaknya akan segera mengatasi wabah PMK di Indonesia karena pada dasarnya, penyakit ini bisa disembuhkan.
“Jadi sebenarnya PMK ini dapat disembuhkan dan tidak menular ke manusia, tetapi kita harus waspada dan terus bekerja. Yang terpenting tidak boleh membangun kepanikan karena itu sangat berbahaya,” ujar Syahrul dalam keterangan tertulisnya, Rabu (18/5).
Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran selama ini, menurut Syahrul, penyakit PMK masuk dalam kategori penyakit hewan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia. Sebab kata dia, seluruh bagian daging pada hewan yang positif PMK dapat dimakan melalui prosedur yang telah ditetapkan.
"Sekali lagi PMK dapat disembuhkan dan tidak berbahaya dikonsumsi manusia. Kedua, jajaran Kementan bersama 16 daerah yang terkontaminasi PMK menyatakan siap menghadapi Idul Qurban dan meski ada PMK, pasokan sapi yang ada tidak bersoal," tuntas Syahrul. (DIM)
Baca juga:
Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Surabaya Lockdown Ternak dan Penanganan Rp9,9 Triliun
Sejak 1986 Indonesia Bebas Penyakit Mulut dan Kuku, Kini Muncul Lagi dari Gresik
Menkes: Penyakit Mulut dan Kuku Tidak Menular ke Manusia
Guru Besar FKH Unair Berpesan Agar Peternak Tak Panik Hadapi Penyakit Mulut dan Kuku
Kenali Lebih Dalam Penyakit Mulut dan Kuku yang Sedang Mewabah di Indonesia
Indonesia Terjangkit PMK Lagi, Netizen: Aneh Setiap Mau Lebaran Haji, Pasti Heboh PMK
Daging atau Jerohan Sebaiknya Direbus Dulu, Hewan Terinfeksi PMK Aman Dikonsumsi
BRIN: Jelang Idul Adha Pemerintah Perketat Syarat Masuk Hewan Impor Cegah PMK
Rumah Potong Hewan Depok Cegah Penyakit Mulut dan Kuku
Baca Juga: Dinkes DKI Jakarta Ungkap Penyebab Naiknya COVID-19
ini yang terjadi pada hewan ternak jika mengidap penyakit mulut dan kuku pmk wabah penyakit kementan syahrul yasin limpo
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...