CARITAU JAKARTA – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menilai bulan Ramadan harus menjadi momentum untuk meredam konflik dan perpecahan antar kelompok politik setelah masa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Dalam hadits disebutkan, agar puasa seseorang sempurna dan diterima oleh Allah, hendaknya dia menghindari perkataan yang memecah belah, menggunjing, dan kotor," kata Abdul Mu’ti, di Jakarta, Senin (11/3/2024).
Menurut Mu’ti, bulan Ramadan harus dijadikan sebagai momentum untuk menciptakan perdamaian antar kelompok.
Selain itu, juga harus dijadikan momen untuk membersihkan jiwa dari segala dosa dan sifat-sifat tercela.
"Hubungan antar sesama manusia yang selama Pemilu 2024 sempat rusak, harus diperbaiki," katanya.
Namun demikian, Abdul menekankan masa bulan Ramadan tidak berarti melarang adanya perdebatan atau kritik yang tajam antar kelompok.
"Kritik dilakukan dengan kepala dingin, bukan dengan kepalan tangan atau kemarahan," kata dia.
Melalui siaran pers seperti dirilis Antara, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk bergandengan tangan setelah kontestasi Pemilu 2024.
“Memperbanyak ibadah dan kembali bergandengan tangan pascakontestasi politik. Perjuangan politik biarkan berlalu, mari sekarang kita berjuang meraih fitri," kata Menag. (HAP)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024