CARITAU STOCKHOLM - Seorang pria di Swedia merobek dan membakal Al Qur'an di luar masjid pusat Stockholm pada hari Rabu (28/6/2023) yang bertepatan dengan perayaan Hari Raya Idul Adha. Polisi kemudian menuduh pria itu melakukan agitasi (pergolakan) terhadap kelompok etnis atau nasional.
Baca Juga: Pemerintah Resmi Tetapkan 27 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2024
Serangkaian demonstrasi di Swedia menentang Islam dan untuk hak-hak Kurdi telah menyinggung Ankara, yang dukungannya Swedia perlu masuk ke Organisasi Perjanjian Atlantik Utara.
Swedia mencari keanggotaan NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu. Tetapi anggota aliansi Turki telah menunda proses tersebut, menuduh Swedia menyembunyikan orang-orang yang dianggapnya teroris dan menuntut ekstradisi mereka.
Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengutuk tindakan tersebut dalam sebuah tweet, menambahkan bahwa tidak dapat diterima untuk mengizinkan protes anti-Islam atas nama kebebasan berekspresi.
Pembakaran teks-teks agama "tidak sopan dan menyakitkan", kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS kepada wartawan dalam pengarahan harian. "Apa yang mungkin legal belum tentu sesuai," kata Vedant Patel, dikutip Reuters.
Namun dia terus mendesak Turki dan Hungaria untuk segera meratifikasi protokol aksesi NATO Swedia. "Kami yakin Swedia telah memenuhi komitmennya di bawah nota trilateral."
Sekitar 200 penonton menyaksikan salah satu dari dua pengunjuk rasa merobek halaman Al Qur'an dan menyeka sepatunya dengan itu sebelum memasukkan daging asap ke dalamnya dan membakar buku itu, sementara yang lain berbicara dengan megafon.
Beberapa dari mereka yang hadir meneriakkan takbir "Allahu Akbar" untuk memprotes pembakaran tersebut, dan seorang pria ditahan oleh polisi setelah dia mencoba melempar batu. Seorang pendukung protes berteriak "biarkan terbakar" saat kitab suci itu terbakar.
Sementara polisi Swedia telah menolak beberapa permohonan baru-baru ini untuk demonstrasi anti-Quran, namun pengadilan telah menolak keputusan tersebut, serta mengatakan mereka melanggar kebebasan berbicara.
Perdana Menteri Ulf Kristersson mengatakan pada konferensi pers pada hari Rabu dia tidak akan berspekulasi tentang bagaimana protes dapat mempengaruhi proses NATO Swedia.
"Itu legal tapi tidak pantas," katanya, seraya menambahkan bahwa keputusan tentang pembakaran Al Qur'an tergantung pada polisi.
Perwakilan masjid kecewa dengan keputusan polisi untuk memberikan izin protes pada hari raya Idul Adha, kata direktur masjid dan Imam Mahmoud Khalfi pada hari Rabu.
"Masjid menyarankan kepada polisi untuk setidaknya mengalihkan demonstrasi ke lokasi lain, yang dimungkinkan oleh undang-undang, tetapi mereka memilih untuk tidak melakukannya," terang Khalfi dalam sebuah pernyataan. Khalfi melanjutkan, 10 ribu pengunjung menghadiri masjid Stockholm untuk perayaan Idul Adha setiap tahun.
Turki pada akhir Januari menangguhkan pembicaraan dengan Swedia tentang permohonan NATO setelah seorang politikus sayap kanan Denmark membakar salinan Al Qur'an di dekat kedutaan Turki di Stockholm. (RMA)
Baca Juga: Denmark Mengkaji Langkah Hukum untuk Cegah Terulangnya Pembakaran Al-Qur'an
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...