CARITAU CHICAGO - Harga emas berjangka ditutup menguat pada perdagangan Rabu (23/3/2022) atau Kamis pagi WIB. Permintaan logam mulia itu naik karena kekhawatiran konflik di Ukraina yang memicu inflasi akibat kenaikan harga komoditas.
Meski demikian, kenaikan harga logam safe-haven itu dibatasi penguatan USD dan imbal hasil obligasi AS.
Baca Juga: Vladimir Putin Kembali Menang Telak di Pemilu Rusia
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, menguat sebesar USD15,8 atau 0,82%, menjadi ditutup pada USD1.937,30 per ounce. Ini merupakan persentase kenaikan harian terbesar, serta harga penutupan tertinggi kontrak berjangka emas sejak 17 Maret.
Sehari sebelumnya, Selasa (22/3/2022), emas berjangka tergelincir USD8 atau 0,41% menjadi USD1.921,50, setelah naik USD0,2 atau 0,01% menjadi USD1.929,50 pada Senin (21/3/2022), dan jatuh USD13,9 atau 0,72% menjadi USD1.929,30 pada Jumat (18/3/2022).
"Anda melihat sedikit permintaan safe-haven dan sedikit perburuan barang murah yang dirasakan pada tingkat harga yang lebih rendah di pasar emas," kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
Logam kuning telah mencapai rekor tertinggi pada awal Maret tetapi mundur tajam dari level tersebut menjelang pertemuan Federal Reserve minggu lalu.
Harga telah bergerak ke kisaran yang lebih stabil karena pasar mencerna pandangan yang lebih hawkish dari pembuat kebijakan Fed.
Inflasi tinggi mendukung logam mulia dan "Tidak akan hilang dalam waktu dekat," kata Wyckoff. Dia menambahkan bahwa kenaikan imbal hasil obligasi membatasi kenaikan emas dan bisa memaksa logam untuk diperdagangkan, "Menyamping dan berombak."
Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai level tertinggi dalam hampir tiga tahun, namun turun menjadi 2,357%, meningkatkan peluang kerugian memegang emas dengan imbal hasil nol.
Dolar lebih tinggi pada hari ini, membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Menambah daya tarik emas, indeks saham AS jatuh pada Rabu (23/3/2022) karena harga minyak naik melebihi USD121 per barel.
Kepemilikan ETF emas terbesar di dunia, SPDR Gold Trust, mencapai level tertinggi sejak Maret 2021 minggu ini.
"Apa yang fenomenal saat ini dan indikator yang baik dari awal pasar emas bullish adalah permintaan ETF (exchange traded fund) tetap sangat kuat", kata analis independen Ross Norman.
Emas menemukan dukungan tambahan karena Departemen Perdagangan AS melaporkan pada Rabu (23/3/2022), bahwa penjualan rumah baru AS turun 2,0% bulan ke bulan menjadi 772.000 pada Februari. Ini juga lebih rendah dari 805.000 yang diperkirakan para ekonom.
Seperti dikutip dari Antara, logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 28,5 sen atau 1,14%, menjadi ditutup pada USD25,189 per ounce. Platinum untuk pengiriman April turun 4,1 dolar AS atau 0,4%, menjadi ditutup pada USD1.021 per ounce.(IRW)
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Ekonomi Tumbuh 5,07%, Inflasi Kota Bandung Terendah di Jabar
cadangan emas emas batangan federal reserve inflasi konflik ukraina obligasi as
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024