CARITAU JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, pada awal pekan, Senin (18/4/2022) pagi tercatat melemah. Kuatnya ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang agresif jadi pemicunya.
Rupiah merosot 0,11 persen ke posisi Rp14.360 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.344 per USD.
Baca Juga: Rupiah Makin Terpuruk ke Rp15.880 Dibayangi Inflasi Pangan
Menurut Pengamat pasar uang Ariston Tjendra, Kepala Bank Sentral AS, The Fed area Cleveland Loretta Mester dan Kepala Fed cabang New York John Williams pada pekan lalu mengisyaratkan kebijakan pengetatan moneter yang lebih agresif karena inflasi di AS yang sudah sangat tinggi. Adapun keduanya merupakan pemilik suara di rapat kebijakan moneter Fed tahun ini.
"Pasar obligasi AS terlihat sudah mengantisipasi ini dengan kenaikan imbal hasil atau yield obligasi ke level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Yield tenor 10 tahun sudah di atas kisaran 2,85%," ujar Ariston.
Selain itu, ia menyebutkan kekhawatiran pasar terhadap inflasi karena perang di Ukraina yang masih berlanjut juga memberikan tekanan tambahan ke rupiah. Kenaikan harga barang-barang konsumsi di Indonesia bisa memperlambat pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung.
Ariston memprediksi, rupiah hari ini akan bergerak melemah di kisaran Rp14.400 per USD, dengan potensi support di kisaran Rp14.350 per USD.
Pada Kamis (14/4), rupiah ditutup menguat 19 poin atau 0,13 persen ke posisi Rp14.344 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.363 per USD. Demikian seperti dilansir dari Antara (IRW)
Baca Juga: Tabungan Valas Naik Meski Rupiah Melemah
rupiah nilai tukar rupiah kurs rupiah rupiah menguat rupiah melemah bank sentral as inflasi
KBRI Beijing Dukung Tim Piala Thomas dan Uber Indo...
Pakar Politik Sebut Elektabilitas Risma Jauh di Ba...
Sri Mulyani Sebut Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I...
Merawat Tradisi Inai Pengantin Aceh
Dinas Citata Sebut Perencanaan Restorasi Rumdis Gu...