CARITAU JAKARTA - Dalam analisanya sebagai pakar komputer forensik Polri, Aji Febriyanto, menyampaikan secara detail hasil skor kebohongan dalam kasus pembunuhan Brigadir J. Seperti yang dikatakan bahwa hasil skor : Brigadir E plus 13, Ferdy Sambo minus 8 dan Putri Candrawathi minus 25.
"Untuk skor plus berarti terindikasi jujur. Sedangkan skor minus terindikasi bohong," beber Aji ketika dihadirkan sebagai ahli dalam sidang perkara dugaan pembunuhan Brigadir J, di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022) kemarin.
Baca Juga: Majelis Hakim Kabulkan Status Justice Collaborator Bharada E
Dipaparkan Aji lebih jauh, bahwa dalam proses penyidikan, dirinya memeriksa Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada Richard Eliezer, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Ma’ruf dalam kasus pembunuhan Brigadir Josua Hutabarat saat proses penyidikan. Lantas untuk skor dari kelimanya, bermacam – macam dan tidaklah sama.
"Bisa saya sebutkan di sini, kalau untuk Ferdy Sambo nilainya minus 8. Tapi untuk terdakwa Putri Candrawathi nilainya minus 25. Lalu untuk Kuat dilakukan dua kali pemeriksaan, yang pertama plus 9 dan yang kedua adalah minus 13," urainya dihadapan Majelis Hakim.
Sementara untuk Bripka Ricky, menurut Aji, dilakukan tes sebanyak dua kali dengan hasil. Hasil pertama dengan skor plus 11 dan kedua plus 19. Aji menambahkan Bharada Eliezer mendapat nilai plus 13. "Nah, kalau terdakwa Richard plus 13," katanya, menambahkan.
Dalam kesaksiannya, Aji menuturkan bahwa alat uji kebohongan atau poligraf memiliki tingkat akurasi lebih dari 93 persen. Poligraf adalah aktivitas pemeriksaan dengan menggunakan alat poligraf untuk menentukan seseorang itu apakah teridentifikasi bohong atau jujur. "Sedangkan untuk teknik yang kami gunakan, yaitu Tahiat City memiliki keakuratan diatas 93 persen," ungkapnya.
Sementara terkait proses mekanisme pengambilan keterangan terhadap Ferdy Sambo Cs, Aji menegaskan dirinya menggunakan alat tes kebohongan atau alat poligraf. "Pemeriksaan poligraf dimulai dari permintaan penyidik, setelah ada permintaan dari penyidik kami selaku pemeriksa poligraf berkoordinasi dengan penyidik berkaitan isu yang kami akan dalam proses pemeriksaan," jelalsnya.
Setelah itu pihaknya mempelajari konstruksi kasusnya seperti apa, kemudian menentukan waktu setelah itu baru dilakukan pemeriksaan. Aji mengatakan terdapat 3 tahapan pemeriksaan.
"Pertama, tahapan prites, tahapan prites ini tahapan di mana seorang pemeriksa menjelaskan mekanisme pemeriksaan poligraf, di dalamnya ada berkaitan riwayat kesehatan, riwayat sosial, lalu menyamakan persepsi berkaitan kronologi kejadian," ujarnya.
Pada tahapan kedua yakni tahapan tes. Aji menyampaikan tahapan ini dimulai dengan ditandainya seorang terperiksa dipasang alat-alat berupa sensor, seperti sensor poligraf. Terdapat empat sensor poligraf, yaitu sensor pernapasan dada, sensor pernapasan perut, sensor elektrodermal, dan sensor kardiofaskuler. "Lantas, setelah terperiksa diberikan, dipasang alat-alat kemudian diberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan metode yang kami gunakan," ungkapnya.
Sedangkan tahapan ketiga yakni tahapan postes. Aji menjelaskan tahapan tersebut untuk menganalisa grafik, dimana dalam menganalisa grafik ini pihaknya tidak bekerja sendiri. Pihaknya bekerja secara tim untuk menentukan apakah terperiksa ini terindikasi berbohong atau jujur.
Dari hasil itu semua, terutama terkait terdakwa Putri Chandrawathi, sama seperti dugaan masyarakat luas. Istri Ferdy Sambo tersebut lebih banyak berbohong. Bahkan, diindikasikan berusaha untuk lolos dari jerat hukum. Padahal, ia mengetahui perencanaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Joshua. (DID)
Baca Juga: Majelis Hakim Vonis Ricky Rizal 13 Tahun Penjara
sidang sambo ferdy sambo saksi ahli pakar komputer forensik polri putri berbohong
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024