CARITAU QATAR – Jepang dan Korea Selatan menjadi dua dari enam negara yang mewakili Benua Asia di Piala Dunia 2022 Qatar. Sebagai negara yang masuk teritorial Asia Timur, perjalanan kedua tim tersebut lantas menjadi sorotan.
Kendati penggemar di seluruh dunia kerap meremehkan penampilan sejumlah perwakilan Asia pada kompetisi antar benua itu, akan tetapi kehadiran tim 'Matahari Terbit' julukan Jepang dan 'Taeguk Warrior' julukan Korsel, tak bisa dipandang sebelah mata.
Baca Juga: Preview Semifinal Piala Dunia 2022: Singa Atlas Mengaum karena Proses, Bukan Kebetulan
Pasalnya, Jepang mempunyai kekuatan dan visi bermain sepak bola modern dalam permainan mereka. Apalagi, hampir keseluruhan pemain yang diboyong ke Qatar berkiprah di Eropa dan di antaranya terdapat nama-nama besar.
Keadaan yang tak jauh berbeda juga diperlihatkan Korea Selatan, di mana kultur yang pantang menyerah mereka kerap menjadi batu sandungan tim-tim besar. Hal tersebut bisa kita saksikan pada penampilan Son Heung Min dan kawan-kawan saat memulangkan Jerman di Piala Dunia 2018 Rusia.
Selain itu, Korsel patut berbangga karena menjadi perwakilan Asia pertama yang menyentuh Semifinal Piala Dunia pada tahun 2002 silam.
Namun perjalan kedua tim raksasa Asia tersebut bakal berjalan sulit. Di mana Jepang dan Korea Selatan harus mendekam di grup neraka, bersama sejumlah negara yang notabene berstatus unggulan pertama.
Dalam pembagian grup Piala Dunia Juli silam, Jepang tergabung di Grup E bersama dua jawara dunia Spanyol dan Jerman. Lalu ada Kostarika yang sempat menorehkan kisah cinderella pada Piala Dunia 2014 silam.
Sedangkan Korea Selatan tergabung di Grup H. Anak asuh Paulo Bento itu terjepit oleh dua negara yang memiliki kultur sepakbola kuat, yakni Portugal dan Uruguay. Ditambah Ghana yang sewaktu-waktu bisa menjadi hambatan cukup berarti bagi Korsel.
Jepang sempat menjadi negara yang tidak diperhitungkan di dunia sepak bola. Awal dari permasalahan di sepak bola Jepang ini bisa dikatakan cuma satu, yakni orang-orang di sana memang tidak tertarik dengan olahraga tersebut. Jepang pada saat itu mempunyai kegemerlapan di bidang olahraga Bisbol, sehingga sepak bola terlupakan begitu saja.
Namun, pesepakbolaan di Jepang perlahan berubah. Hal tersebut ditandai oleh pembentukan J-League tahun 1991 dan resmi digelar dua tahun setelahnya. Negara Shinto itu bahkan mengeluarkan proyeksi jangka panjang dan mereka menyebutnya sebagai 'Rencana 100 Tahun'. Mereka mulai membenahi tata kelola kompetisi dengan berkiblat pada sistem yang terbentuk di Eropa.
Hingga pada akhirnya, masyarakat Jepang pun mulai tertarik dengan olahraga sebelas melawan sebelas itu. Apalagi, klub-klub di Jepang pada saat itu berani mengontrak pemain yang memiliki nama besar, seperti Gary Lineker dan Zico. Dampaknya kian terasa dan terus menunjukkan perkembangannya hingga saat ini.
Terkait kiprah Jepang di Piala Dunia, prestasi mereka bisa dikatakan baik untuk sekelas negara Asia. Jepang tercatat tiga kali menyentuh 16 besar pada edisi Piala Dunia 2002, 2010 dan 2018.
Jepang berpeluang memperbaiki prestasinya di Qatar. Modal utama mereka kali ini adalah pengalaman sejumlah pemainnya yang berkarier di liga-liga besar Eropa. Seperti halnya, Takumi Minamino (AS Monaco - Ligue 1), Takefusa Kubo (Real Sociedad - La Liga), Takehiro Tomiyasu (Arsenal - Premier League) hingga Daichi Kamada (Eintracht Frankfurt - Bundesliga).
Skuad saat ini bisa dikatakan yang terbaik pernah dimiliki Jepang. Bahkan Pelatih Jepang, Hajime Moriyasu berani sesumbar menargetkan lolos ke perempat final Piala Dunia 2022.
Impian Jepang untuk bisa melangkah jauh sejatinya hampir terwujud pada 2018 silam. Tim asuhan Akira Nishino saat itu hampir saja menjungkalkan Belgia. Namun, Jepang yang sempat unggul 2-0, harus menelan pil pahit setelah Belgia berhasil membalikkan keadaan di 15 menit akhir babak kedua.
“Kami adalah grup tangguh yang akan berjuang hingga akhir. Target kami adalah perempat final, tidak kurang dari itu," kata Hajime seperti dilansir Reuters.
Jepang adalah sebuah tim sepakbola yang selalu bermain penuh semangat, disiplin dan tidak henti berjuang menjaga kehormatan hingga titik darah penghabisan. Tergabungnya mereka di Grup E bersama Spanyol dan Jerman, tentu bakal menjadi ajang pembuktian mereka bahwa Jepang adalah salah satu tim yang patut diperhitungkan.
Keikutsertaan Timnas Korea Selatan di Qatar menjadikan penampilan ke-sepuluh mereka di Piala Dunia.Tim Taeguk Wariors yang dimotori pemain handal macam Son Heung Min, Hwang Hee-chan dan Lee Kang-in, tentu diandalkan Paulo Bento untuk meraup poin sebanyak-banyaknya di Grup H.
Son pastinya menjadi andalan Korea Selatan dalam mengobrak-abrik setiap lawannya di Piala Dunia. Bersama timnas, Son telah mengoleksi 32 gol dari 100 penampilan. Ia juga hadir di Piala Dunia 2014 dan 2018.
Kendati bakal melewati banyak rintangan, Son tak gentar. Dia mengingatkan kepada rekan-rekannya, terlebih yang baru pertama kali tampil di ajang prestisius empat tahunan itu agar tetap santai.
"Saya ingin pastikan, Korea Selatan akan bermain lepas dan pemain diharapkan mengeluarkan semua kemampuan terbaik," ucap Son.
Adapun, kiprah Paulo Bento sebagai juru latih Korea Selatan cukup oke. Sejak ditunjuk menggantikan Shin Tae Yong seusai Piala Dunia 2018, pelatih berusia 53 tahun itu berhasil mengukir 32 kali menang, 11 kali imbang dan hanya enam kali kalah.
Dilihat dari kiprah mereka di Piala Dunia 2018 Rusia, Taegeuk Warriors kalah dalam dua pertandingan pembuka Grup F dari Swedia dan Meksiko. Namun penampilan mereka patut dipuji lantaran menundukkan juara bertahan Jerman dengan skor 2-0.
Kemenangan masyhur ini mengejutkan para penggemar dan membawa harapan Korea Selatan ke depannya. Perjuangan mereka saat itu dinilai pantang menyerah.
Kendati demikian, permainan Negeri Gingseng yang selalu all-out dalam kondisi apapun, kerap mendapat tekanan hebat dari penggemarnya sendiri. Penggemar Korea Selatan selalu memberi target tinggi untuk tim kesayangannya. Kegagalan Korsel di dua edisi piala dunia sebelumnya, memperlihatkan kepada kita semua betapa tingginya ekspektasi orang Korea. Jika gagal, timnas bahkan menjadi bahan ejekan bagi sebagian besar orang Korea.
Menarik untuk dinantikan, apakah Korea Selatan maupun Jepang membawa pesepakbolaan Asia jauh lebih tinggi lagi. Atau kembali tertahan dan harus mencoba kembali di periode-periode selanjutnya. (RMA)
Baca Juga: Fernando Santos Tak Menyesal Cadangkan Cristiano Ronaldo pada Perempat Final Kontra Maroko
piala dunia 2022 profil timnas jepang profil timnas korea selatan jadwal piala dunia 2022
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...