CARITAU JAKARTA - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta jajaran pemerintah dan aparat keamanan menjamin keamanan dan keselamatan setiap tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja di daerah terpencil dan rawan konflik.
“Salah satu kendala dalam pemerataan dokter terutama dokter spesialis di daerah adalah belum ada jaminan keselamatan dan keamanan dari Pemerintah Pusat maupun daerah bagi para tenaga kesehatan yang bertugas, terutama di wilayah terpencil dan wilayah konflik,” kata Ketua Umum PB IDI Moh. Adib Khumaidi dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (13/3/2023).
Baca Juga: Kabupaten Kepulauan Meranti Kekurangan Tenaga Medis, Butuh Tambahan 71 Dokter
Kematian dr Mawartih amat disayangkan karena berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dari sekitar 1,424 dokter spesialis paru di seluruh Indonesia, jumlah Dokter Spesialis Paru untuk Indonesia Timur hanya kurang lebih 50 dokter.
Adib menilai perbaikan infrastruktur akses yang baik antar desa atau daerah menuju fasilitas kesehatan juga sangat diperlukan. Sehingga para nakes maupun masyarakat bisa mengakses layanan dan fasilitas kesehatan dengan lebih baik.
“PB IDI akan selalu menjadi mitra strategis pemerintah untuk mendorong berkembangnya layanan kesehatan di Indonesia. Namun, kendala pemerataan dokter spesialis di daerah terutama wilayah terpencil akan sulit diatasi apabila hal-hal seperti jaminan keamanan dan keselamatan serta akses infrastruktur tidak diperbaiki oleh pemerintah,” katanya.
Kemudian terkait pengusutan kasus kematian dr Mawartih, dilansir dari Antara, Adib menyatakan PB IDI akan terus memberikan pengawalan sampai tuntas, sesuai dengan keinginan keluarga mendiang yang berharap agar kasus tidak terulang dan tiap nakes yang mengabdi di daerah terluar, perbatasan, terpencil dan daerah konflik benar-benar mendapat kepastian dan perlindungan keselamatan dalam tugas.
“PB IDI akan terus mengawal agar kasus meninggalnya dr Mawartih ini diusut tuntas. PB IDI juga menyampaikan apresiasi yang tinggi untuk IDI Cabang Nabire yang sigap segera kejadian diketahui terus melakukan berkoordinasi dengan RSUD Nabire dan Pemda Nabire,” katanya.
Adib turut menyatakan PB IDI sangat mengagumi jejak pengabdian dr Mawartih yang telah mengabdi menjadi Pegawai Tidak Tetap (PTT) di Wilayah Kalimantan Tengah dan Tolikara, Papua, sebelum akhirnya memilih Nabire sebagai tempat pengabdian hingga akhir hayatnya pada 9 Maret 2023.
Sebagai ungkapan solidaritas dan duka cita atas meninggalnya dr Mawartih, PB IDI secara resmi mengimbau seluruh tenaga kesehatan untuk menggunakan pita hitam di lengan kanan, sejak Senin (13/3) hingga Rabu (15/3). Imbauan tersebut telah dikirimkan pada seluruh ketua IDI baik cabang hingga keseminatan dalam bentuk surat edaran resmi. (IRN)
Baca Juga: Menkes Budi Gunadi Bantah UU Kesehatan Baru Bebaskan Dokter Asing Praktik di Indonesia
kematian dr mawartih menkes dr mawartih ditemukan tewas pdpi ikatan dokter indonesia pb idi dokter spesialis
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...