CARITAU JAKARTA - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melaporkan hasil investigasi final terkait Tragedi Kanjuruhan. Komnas HAM menghimpun setidaknya ada tujuh pelanggaran HAM di peristiwa yang menyebabkan ratusan nyawa melayang itu.

"Pertama, penggunaan kekuatan yang berlebihan. Bahwa penggunaan gas air mata dalam proses pengamanan pertandingan di dalam stadion merupakan bentuk penggunaan kekuatan berlebihan," ujar Muhammad Choirul Anam selaku Komisioner Komnas HAM dalam konferensi pers, Rabu (2/11/2022).

Baca Juga: Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Datangi Mabes Polri, Minta Kasus Kembali Diusut

Kemudian, Anam menerangkan pelanggaran HAM kedua ialah adanya 45 kali tembakan gas air mata. Kata dia, tembakan inilah yang menjadi penyebab utama tewasnya 135 orang.

"Ketiga, hak memperoleh keadilan. Bahwa saat ini proses penegakan hukum belum mencakup keseluruhan pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam pelaksanaan pertandingan dan pelaksanaan kompetisi. Dalam hal ini seharusnya aparat penegak hukum memastikan seluruh pihak di lapangan maupun pihak yang bertanggung jawab membuat aturan yang kemudian dimintai pertanggungjawaban," papar dia.

Baca Juga: Komnas HAM Putuskan Tragedi Kemanusiaan Kanjuruhan Bukan Pelanggaran HAM Berat

Sementara itu, pelanggaran yang keempat adalah hak untuk hidup. Sedangkan kelima adalah hak kesehatan.

"Banyak orang tiba-tiba terluka akibat gas air mata itu, yang matanya merah, kakinya patah, sesak napas, trauma, dan sebagainya," tandasnya.

Keenam, adalah pelanggaran hak anak. Sebab, Komnas HAM setidaknya mencatat ada 38 anak yang meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan, per 11 Oktober.

"Sedangkan yang terakhir, pelanggaran terhadap business and human rights. Jadi entitas bisnis yang mengabaikan hak asasi manusia. Jadi dia lebih menonjolkan aspek-aspek bisnisnya daripada aspek hak asasi manusia," tutup dia. (RMA)

Baca Juga: Kondisi Lapangan Sepak Bola Stadion Kanjuruhan