CARITAU SINGAPURA - Harga minyak lanjut merosot 1% lebih di sesi Asia pada Selasa (10/5/2022) petang. Sejumlah faktor yang mempengaruhi yaitu penguncian atau lockdown di China, penguatan US dollar (USD), dan potensi resesi global.
Minyak mentah Brent dilaporkan anjlok USD1,19 (1,1%) menjadi USD104,75 per barel pada pukul 06.07 GMT. Sebelumnya, harga minyak jatuh ke level USD103,19.
Baca Juga: Besok, Airlangga Hartarto Bakal Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi CPO
Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat turun USD1,07 (1,0%)menjadi USD102,02 per barel setelah mencapai level terendah intraday USD100,44.
Pada Senin (9/5/2022), kedua kontrak acuan minyak membukukan persentase penurunan harian terbesar sejak Maret, jatuh sekitar enam persen.
Penurunan mencerminkan tren di pasar keuangan global, karena investor melepaskan aset-aset berisiko di tengah kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga dan dampak yang dihasilkan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dolar bertahan di dekat level tertinggi 20 tahun, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Situasi COVID China, kenaikan suku bunga, dan meningkatnya risiko resesi tidak membantu aset-aset berisiko," kata Warren Patterson, kepala penelitian komoditas ING.
Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekspor China telah melambat menjadi satu digit, terlemah dalam hampir dua tahun, karena negara itu memperpanjang penguncian untuk mengekang penyebaran COVID-19.
Harga minyak terangkat minggu lalu setelah Komisi Eropa mengusulkan embargo bertahap pada minyak Rusia. Namun, persetujuan telah tertunda di tengah permintaan dari anggota Eropa Timur untuk pengecualian dan konsesi.
Versi baru, yang saat ini sedang dirancang, kemungkinan akan membatalkan larangan kapal tanker Uni Eropa yang membawa minyak Rusia, setelah tekanan dari Yunani, Siprus dan Malta, kata sumber Uni Eropa.
"Jelas, anggota (UE) sedang berjuang untuk mencapai kesepakatan, yang menunjukkan bahwa kita mungkin akan melihat lebih lanjut pengurangan paket yang diusulkan," kata Patterson.
Pasar keuangan juga memperhatikan kekhawatiran bahwa beberapa ekonomi Eropa dapat mengalami kesulitan jika impor minyak Rusia dibatasi lebih lanjut, atau jika Rusia membalas dengan menghentikan pasokan gas.
Pejabat Jerman diam-diam mempersiapkan penghentian mendadak pasokan gas Rusia, lapor Reuters. Paket darurat dapat mencakup pengambilan kendali atas perusahaan-perusahaan penting.
Penghentian pasokan gas Rusia ke Jerman akan memicu resesi yang dalam dan menelan korban setengah juta pekerjaan, kata seorang ekonom senior dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Selasa.
Hongaria juga telah menyatakan kembali posisinya bahwa mereka tidak akan menerima putaran baru sanksi yang diusulkan terhadap Rusia sampai kekhawatirannya ditangani. Demikian seperti dikutip dari Antara. (IRW)
Baca Juga: Pertamina Hulu Indonesia Genjot Produksi Gas Tumbuh 14% di Triwulan I 2023
harga minyak minyak mentah cadangan minyak as minyak rusia minyak brent minyak wti
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024