CARITAU SINGAPURA - Harga minyak mentah yang diperdagangkan di Asia tercatat mengalami kenaikan secara terbatas pada Kamis (21/4/2022). Awal pekan, pasar minyak dunia diramaikan dengan hilangnya pasokan dari Libya dan prospek permintaan yang mengkhawatirkan.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 0,5% menjadi USD107,35 per barel pada pukul 01.17 GMT, menutup kerugian dari sesi sebelumnya. Sementara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,4% menjadi diperdagangkan USD102,60 per barel.
Baca Juga: Wamendag Jerry Dorong Ekspor Indonesia Melalui Ritel Rusia
Para analis mengatakan volatilitas pasar kemungkinan akan meningkat lagi segera, dengan Uni Eropa masih mempertimbangkan larangan minyak Rusia karena invasinya ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus".
"Pasar minyak dan energi secara umum, memiliki banyak masalah besar dalam keadaan fluktuatif yang akan tetap berlangsung untuk waktu yang lama," kata Analis Komoditas Commonwealth Bank, Tobin Gorey.
Libya, anggota OPEC, pada Rabu (20/4/2022) mengatakan negara itu kehilangan produksi minyak lebih dari 550.000 barel per hari karena blokade di ladang utama dan terminal ekspor.
Prospek permintaan di China terus membebani pasar, ketika importir minyak terbesar dunia itu perlahan-lahan melonggarkan pembatasan ketat COVID-19 yang telah memukul aktivitas manufaktur dan rantai pasokan global.
Dana Moneter Internasional (IMF) menyoroti risiko di China ketika memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global hampir satu poin persentase penuh pada Selasa (19/4/2022).
Namun pasar minyak tetap ketat dengan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, bersama-sama disebut OPEC+, berjuang untuk memenuhi target produksi mereka dan dengan stok minyak mentah AS turun tajam dalam pekan yang berakhir 15 April.
"Tidak banyak berita tambahan semalam, dengan lintasan dari sini benar-benar bergantung pada apakah negara lain bergabung dengan Inggris/AS dalam melarang impor minyak Rusia," kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management Stephen Innes dalam sebuah catatan.
Delapan minggu setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, negara-negara Uni Eropa sedang mengevaluasi cara untuk mengimbangi potensi larangan minyak Rusia, tetapi belum ada keputusan yang dibuat mengenai paket sanksi keenam. Demikian seperti dilansir dari Antara. (IRW)
Baca Juga: Tak Penuhi Pemeriksaan Kejagung, Airlangga Hartarto Pastikan Hadir Penuhi Panggilan Berikutnya
harga minyak minyak mentah cadangan minyak as minyak rusia minyak brent minyak wti
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...