CARITAU KHARTUM - Dua Jenderal yang berseteru di Sudan, panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan komandan paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Mohamed Hamdan Dagalo dikabarkan bersepakat untuk menggelar pertemuan dalam dua pekan mendatang.
“Kami setuju dengan para mediator untuk mengadakan pertemuan antara al-Burhan dan Hemedti dalam dua minggu ke depan,” kata wakil ketua Dewan Kedaulatan Sudan Malik Agar dalam laporan Al Jazeera.
Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Lacak WNI Terdampak Gempa Taiwan
Dia mengatakan pertemuan kedua jenderal yang berseteru itu akan membahas gencatan senjata dan akses untuk bantuan kemanusiaan.
Namun, Agar tidak menjelaskan lebih lanjut tentang rencana pertemuan itu. Pada Senin (12/6/2023), Presiden Kenya William Ruto mengatakan negaranya berkomitmen untuk mempertemukan al-Burhan dan Hemedti dalam upaya mengakhiri konflik di Sudan.
Menurut Agar, al-Burhan mengatakan dia bersedia bernegosiasi untuk mengakhiri konflik.
"Dia tidak memiliki syarat untuk memulai perundingan," kata Agar.
Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, adalah wakil pemimpin Dewan Kedaulatan Transisi, sebelum dipecat oleh al-Burhan di tengah ketegangan atas integrasi kelompok paramiliter ke dalam angkatan bersenjata.
Integrasi paramiliter ke dalam angkatan bersenjata Sudan adalah syarat utama perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.
Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021 saat militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan mengumumkan keadaan darurat, yang oleh kekuatan-kekuatan politik disebut sebagai kudeta.
Masa transisi, dilansir dari Antara, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah Presiden Omar al-Bashir digulingkan, semula akan diakhiri dengan pemilu pada awal 2024.
Sejak meletusnya konflik antara militer dan RSF pada 15 April 2023, hampir 1.000 korban telah tewas dan ribuan lainnya terluka.
Konflik itu dipicu oleh tidak adanya kesepakatan dalam beberapa bulan terakhir di antara kedua pihak tentang integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata.
Indonesia Telah Evakuasi WNI yang Berada di Sudan
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 385 warga negara Indonesia (WNI) berhasil dievakuasi dari Sudan. Dengan menumpangi pesawat Garuda Indonesia GA 991, 385 WNI tersebut mendarat di tanah air pada Jumat (28/4/2023).
Menlu menyampaikan, jajaran pemerintah terkait baik pusat dan daerah telah menyiapkan sejumlah layanan bagi para WNI yang dievakuasi hingga kepulangan ke daerah mereka masing-masing.
Kemenko PMK (Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan)dan K/L (kementerian/lembaga) terkait telah menyiapkan layanan mulai pemeriksaan kesehatan hingga layanan konseling. (IRN)
Baca Juga: Menlu RI akan Sampaikan Pendapat Lisan di ICJ Soal Dugaan Genosida Israel di Palestina
sudan paramiliter kudeta sudan konflik militer saf rsf evakuasi wni kbri menteri luar negeri
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...