CARITAU JAKARTA - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis (28/4/2022) petang. Pengimpor minyak terbesar dunia yaitu China mengurangi pembelian karena pembatasan aktivitas masyarakat akibat merebaknya COVID-19.
Minyak mentah berjangka Brent harganya merosot 62 sen atau 0,59% menjadi USD104,70 per barel pada pukul 07.12 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 48 sen atau 0,47%, menjadi USD101,54 per barel.
Baca Juga: Besok, Airlangga Hartarto Bakal Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi CPO
Kedua kontrak acuan telah menetap lebih dari 30 sen lebih tinggi pada Rabu (27/4/2022) di tengah kekhawatiran tentang ketatnya pasokan minyak di seluruh dunia dan penarikan lain dalam stok produk sulingan dan bensin AS.
Badan Informasi Energi AS mengatakan stok minyak mentahnya naik hanya 692.000 barel pekan lalu, jauh dari ekspektasi, tetapi persediaan produk sulingan, yang meliputi solar dan bahan bakar jet, turun ke level terendah sejak Mei 2008.
Di China, Beijing menutup beberapa ruang publik dan meningkatkan pemeriksaan COVID-19 di tempat lain pada Kamis, ketika sebagian besar dari 22 juta penduduk kota itu memulai lebih banyak pengujian massal yang bertujuan untuk mencegah penguncian seperti Shanghai, yang telah mengganggu pabrik dan rantai pasokan meningkatkan kekhawatiran tentang prospek pertumbuhan ekonomi negara tersebut.
"Lockdown di China tetap menjadi perhatian utama dan pendorong utama yang berlawanan (untuk menaikkan harga)," kata Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes, dalam sebuah catatan.
Terlepas dari kekhawatiran permintaan minyak tentang China, kilang minyak terbesar di Asia, Sinopec Corp memperkirakan permintaan negara itu untuk produk minyak sulingan pulih pada kuartal kedua karena wabah COVID-19 secara bertahap dikendalikan.
Para analis juga mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan global karena harga-harga komoditas yang lebih tinggi dan eskalasi konflik Rusia-Ukraina dapat semakin memperburuk kekhawatiran pada permintaan minyak.
Investor berusaha menyeimbangkan kekhawatiran pasokan dan permintaan atas gangguan minyak dan gas Rusia, dan prospek ekonomi global yang memburuk, kata Direktur Konsultan Energi Kedia Advisory, Ajay Kedia.
Ekonomi global akan berkembang lebih lambat dari yang diperkirakan tiga bulan lalu, menurut jajak pendapat Reuters terhadap lebih dari 500 ekonom.
Perkiraan median untuk pertumbuhan global yang dikumpulkan dalam jajak pendapat Reuters bulan ini di lebih dari 45 negara dipangkas menjadi 3,5% tahun ini dan 3,4% untuk 2023 dari 4,3% dan 3,6% dalam jajak pendapat Januari.
Itu dibandingkan dengan prediksi Dana Moneter Internasional (IMF) untuk pertumbuhan 3,6 persen di kedua tahun tersebut.
Sementara itu di Jepang, pembeli minyak mentah utama lainnya, bank sentral pada Kamis mempertahankan program stimulus besar-besaran dan janji untuk mempertahankan suku bunga sangat rendah, untuk mendukung ekonomi yang rapuh bahkan ketika kenaikan tajam dalam biaya bahan baku mendorong inflasi. Demikian seperti dikutip dari Antara. (IRW)
Baca Juga: Airlangga Terancam Dijemput Paksa Jika Mangkir Pemeriksaan Kejagung
harga minyak minyak mentah cadangan minyak as minyak rusia minyak brent minyak wti
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...