CARITAU NEW YORK - Harga minyak melonjak 5% menjadi lebih dari USD121 per barel pada akhir perdagangan Rabu (23/3/2022) atau Kamis pagi WIB (24/3/2022), karena gangguan pada ekspor minyak mentah Rusia dan Kazakhstan melalui pipa Caspian Pipeline Consortium (CPC) yang menambah kekhawatiran atas ketatnya pasokan global.
Pipa CPC adalah jalur pasokan yang signifikan untuk pasar global, membawa sekitar 1,2 juta barel per hari dari kelas minyak mentah utama Kazakhstan, atau 1,2 % dari permintaan global.
Baca Juga: Pantau Militer Rusia, NATO Kirim Pesawat Pengintai ke Lithuania
Situasi tersebut menambah kekhawatiran pasar tentang efek riak sanksi berat terhadap Rusia, eksportir minyak mentah terbesar kedua di dunia, setelah invasi ke Ukraina.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei naik USD6,12 atau 5,3% menjadi menetap di USD121,60 per barel.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April terangkat USD5,66 atau 5,2% menjadi ditutup di USD114,93 per barel.
Harga acuan minyak terus menguat sejak Rusia menginvasi Ukraina sebulan lalu dalam apa yang disebutnya ‘Operasi Militer Khusus’ dan Amerika Serikat serta sekutunya menjatuhkan sanksi berat terhadap negara itu, mengganggu perdagangan minyak dunia.
Rusia mengekspor antara 4 juta barel dan 5 juta barel minyak mentah setiap hari sehingga menjadikannya eksportir terbesar kedua di dunia setelah Arab Saudi.
Analis memiliki perkiraan yang bervariasi tentang berapa banyak minyak yang tidak dapat mencapai pasar.
"Ada konsensus yang berkembang bahwa larangan de facto atas pembelian minyak Rusia telah mengakibatkan gangguan pasokan 2 hingga 3 juta barel per hari, dan sampai dunia dapat menemukan cara untuk mengganti minyak itu, kita akan naik lebih tinggi sampai penghancuran permintaan terjadi," kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates di Houston.
Ekspor minyak mentah dari terminal CPC Kazakhstan di pantai Laut Hitam Rusia memang berhenti total pada Rabu (23/3/2022).
"Setelah kerusakan yang disebabkan oleh badai besar dan cuaca buruk yang terus berlanjut,” kata seorang agen kapal pelabuhan dan kepala CPC.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak kemudian mengatakan bahwa pasokan minyak oleh CPC mungkin benar-benar dihentikan hingga dua bulan.
Presiden AS Joe Biden akan mengumumkan lebih banyak sanksi Rusia ketika ia bertemu dengan para pemimpin Eropa pada Kamis waktu setempat di Brussels, termasuk pertemuan darurat NATO.
Negara-negara anggota Uni Eropa tetap terpecah tentang apakah akan melarang impor minyak mentah dan produk minyak Rusia, setelah Kanada dan Amerika Serikat mengatakan mereka akan melarang impor dari Rusia, dan Inggris mengatakan akan mengurangi pembelian tersebut.
"Jika ada harapan bahwa perang akan berkurang, itu tidak benar," kata Claudio Galimberti, wakil presiden senior analisis di Rystad Energy. "Anda dapat mengharapkan pengetatan lebih lanjut di pasar."
Seperti dikutip dari Antara, persediaan minyak mentah AS turun 2,5 juta barel pekan lalu, menurut data pemerintah, dibandingkan dengan ekspektasi untuk kenaikan moderat. Produksi minyak mentah tetap datar di 11,6 juta barel per hari selama tujuh minggu berturut-turut.
Produsen di Amerika Serikat telah didorong untuk melakukan pengeboran, tetapi produksinya lambat untuk merespon.(IRW)
Baca Juga: Presiden Zelenskyy Berterima Kasih ke Indonesia karena Dukung Kedaulatan Ukraina
eksportir minyak harga komoditas harga minyak konflik ukraina minyak mentah minyak rusia pipa minyak rusia
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024