CARITAU KYIV - Membuka awal pekan, perhatian publik tertuju pada momen mengejutkan yang Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang secara diam-diam menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kyiv, Senin (20/2/2023).
Kunjungan Biden secara diam-diam ini menjadi perbincangan publik internasional dan sorotan bagi para pengamat lantaran tak ada pengumuman dari AS terkait lawatan tersebut.
Dalam lawatan dadakan tersebut, diketahui, Biden berjanji akan memberikan bantuan ke Ukraina sebesar US$500 juta atau sekitar Rp7,5 triliun.
Lalu bagaimana cara Biden bisa diam-diam pergi ke Kyiv tanpa diketahui publik? Pada Minggu soren waktu setempat, tanpa sepengetahuan media, lembaga politik, atau warga AS, Biden dan rombongan terbang menggunakan pesawat Boeing 757 Angkatan Udara AS atau yang dikenal C-32..
Baca Juga: Meski Diveto Amerika Serikat, Sekjen PBB Kembali Serukan Gencatan Senjata
Tak lama berselang, Biden dan tim terbang menuju Ukraina. Mereka yang ikut lawatan Biden di antaranya personel keamanan, tim medis, dan dua jurnalis yang sudah disumpah menjaga rahasia.
Jurnalis yang ikut yakni dari The Wall Street Journal, Sabrina Siddiqui, dan fotografer Associated Press, Evan Vucci,
Ponsel mereka disita dan tak dikembalikan hingga Biden tiba di Ukraina atau sekitar 24 jam kemudian. Biasanya untuk mengawal perjalanan ke luar negeri, Biden akan membawa 13 jurnalis dari berbagai media seperti reporter televisi, radio, dan tulis, serta fotografer.
Sementara itu, menyambut kunjungan Biden, Zelensky memuji kunjungan mendadak itu sebagai tanda dukungan menjelang satu tahun invasi Rusia terhadap Ukraina.
"Joseph Biden, selamat datang di Kyiv! Kunjungan Anda adalah tanda dukungan yang sangat penting bagi semua warga Ukraina," kata Zelensky di Telegram dalam bahasa Inggris, sebagaimana dilansir AFP. .
Usai kunjungan tersebut diberitakan, para para pengamat menyebut kunjungan diam-diam presiden AS ke jantung ibu kota di tengah perang Rusia adalah signifikan dan simbolis.
Hal tersebut merupakan kunjungan pertama Biden ke Ukraina sejak awal konflik Rusia-Ukraina. Setelah hampir setahun sejak invasi Rusia ke Ukraina, kunjungan itu mengirimkan pesan yang jelas ke Moskow - bahwa Amerika, dan Barat, tidak akan segan-segan mendukung Ukraina.
China Dikabarkan akan Kunjungi Putin
Diberitakan sebelumnya, sesaat setelah kunjungan Presiden AS Joe Biden yang temui bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Senin, 20 Februari 2023 di Kyiv, Diplomat China dikabarkan akan kunjungi Rusia pekan ini sebagai respons hal tersebut.
Wang Yi, yang dipromosikan sebagai penasihat kebijakan luar negeri utama pemimpin China Xi Jinping bulan lalu, akan tiba di Moskow minggu ini sebagai bagian dari tur Eropa delapan hari. Perjalanannya itu disorot sebagai upaya upaya penyeimbangan diplomatik Cina sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai setahun yang lalu.
Di sisi lain, hubungan antara AS dan China terus menurun, terutama setelah insiden balon mata-mata.
"Kami tidak menambahkan bahan bakar ke dalam api, dan kami menentang menuai keuntungan dari krisis ini," kata Wang. Ia juga tegas membantah tudingan AS bahwa Cina akan memasok senjata ke Rusia.
Sebaliknya Cina menuduh AS sengaja memperpanjang perang karena produsen senjatanya mendapat untung besar dari penjualan.
“Beberapa negara adidaya mungkin tidak ingin melihat pembicaraan damai terwujud. Mereka tidak peduli dengan hidup dan mati orang Ukraina, atau kerugian di Eropa. Mereka mungkin memiliki tujuan strategis yang lebih besar dari Ukraina sendiri. Peperangan ini tidak boleh dilanjutkan,” kata Wang dilansir dari Xinhua, dikutip Selasa (21/2/2023).
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sebelumnya menuduh Cina akan memasok militer Rusia dengan dukungan yang mematikan.
"Kami telah mengamati ini dengan sangat cermat," kata Blinken dalam acara ‘Face the Nation’ di CBS di Munich pada hari Minggu (19/2/2023).
"Kekhawatiran yang kami miliki sekarang didasarkan pada informasi bahwa mereka sedang mempertimbangkan memberikan dukungan yang mematikan. Kami telah menjelaskan bahwa itu akan menyebabkan masalah serius," kata Blinken.
Merespons tuduhan tersebut, Kementerian Luar Negeri China mengecam AS. “Pihak AS, bukan pihak Cina, yang memasok aliran senjata ke medan perang. Pihak AS tidak memenuhi syarat untuk menguliahi Cina dan kami tidak akan pernah menerima AS mendikte atau bahkan memaksakan tekanan pada hubungan Cina-Rusia,” kata seorang juru bicara kementerian pada konferensi pers reguler.
“Siapa yang menyerukan dialog dan perdamaian? Dan siapa yang membagikan pisau dan mendorong konfrontasi? Komunitas internasional dapat melihat dengan jelas,” kata juru bicara itu.
Wang sendiri, meminta perang Rusia-Ukraina dihentikan. Ia menyerukan negosiasi dan perdamaian demi dunia dan Eropa.
"Kami menginginkan solusi politik untuk memberikan kerangka kerja yang damai dan berkelanjutan ke Eropa," kata Wang saat singgah di Hungaria. (IRN)
Baca Juga: Presiden Yoon Suk Yeol Sebut akan Akhiri Rezim Korut lewat Aliansi AS dan Korea Selatan
joe biden amerika serikat volodymyr zelensky ukraina china putin rusia perang rusia ukraina invasi rusia hubungan internasional
Warga Tanjung Bunga Makassar Keluhkan Sampah Menum...
Jembatan Pacongkang Bukti Kerja Nyata Andi Sudirma...
Cagub Sulsel 01 Danny Pomanto Dilaporkan ke Bawasl...
Warga Akui Pembangunan Andi Sudirman di Lejja Sopp...
Founder AAS Foundation Andi Amran Sulaiman Serahka...