CARITAU JAKARTA – Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) The Jak Mania periode 2014-2016, Febrianto mengutuk keras tindakan represif yang diduga dilakukan oknum aparat kepolisian dan oknum TNI terhadap suporter Aremania. Diketahui, akibat tindakan represif aparat, ratusan nyawa melayang usai laga lanjutan Liga 1 2022/2023 antara Arema FC VS Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Febrianto berharap, tim investigasi independen yang dibentuk pemerintah mengusut tuntas kasus tragedi Kanjuruhan yang telah menewaskan ratusan orang dan telah melukai hati para suporter sepak bola serta masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Erick Thohir Nilai Standar Sepak Bola di Asia Tenggara telah Meningkat
"Karena kehilangan satu nyawa dalam sepak bola itu sangat berarti, jangankan seratusan, satu saja itu sudah menjadi lampu merah, sebuah peringatan keras bahwa ada sesuatu hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan dan peraturan sepak bola Indonesia," kata Febrianto kepada caritau.com, Selasa (4/10/2022).
Pria yang akrab disapa Febri itu menekankan, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus serius mengusut tregedi Kanjuruhan yang merupakan tragedi sepak bola terparah dalam sejarah di Indonesia.
Apalagi, dunia internasional juga sudah menyoroti tragedi ini sehingga menurut Febri, bisa menjadi cerminan bagi pemerintah agar serius mengusut pihak-pihak yang harus bertanggung jawab dalam tragedi tersebut.
"Apalagi ditambah dengan pernyataan dari beberapa orang tokoh sepak bola dunia seperti misalnya Presiden FIFA, lalu pernyataan pelatih Manchester City (Pep Guardiola) atau Manchester United (Erik Ten Hag) atau juga terakhir pelatih Persija yang semuanya mengatakan bahwa kejadian ini di luar nalar," ujar Febri.
Febri mengungkapkan, tim investigasi independen yang sudah terbentuk diharapkan bisa mengusut tuntas tragedy ini sehingga siapapun yang terbukti bersalah sebagai pelaku yang menyebabkan hilangnya ratusan nyawa manusia harus mendapatkan hukuman seberat-beratnya.
"Kalau memang ternyata federasi yang salah itu harus dihukum, kalau ada polisi-polisi yang telah melanggar prosedur ya juga harus dihukum. Jadi siapapun yang terlibat harus dihukum dengan undang-undang yang berlaku," ungkap Febri.
Kendati demikian, Febri menekankan agar proses pengusutan tragedi Kanjuruhan harus digelar secara fair dan transparan. Hal itu dilakukan guna menghormati para keluarga korban serta menjunjung tinggi norma hukum yang berlaku di Indonesia.
"Tapi itu dilakukan dengan secara fair dan terbuka, jadi kita tau dan masyarakat juga puas gitu loh dengan pengusutan apa yang terjadi atas tragedi Kanjuruhan 1 Oktober lalu," tegas Febri.
Selain itu, Febri juga menyoroti kondisi pintu keluar stadion yang tertutup saat kericuhan terjadi. Akibatnya banyak korban jiwa karena mengalami sesak nafas dan terinjak-injak karena berebut keluar stadion.
"Fakta-fakta itu kan harus diungkap apakah memang seperti itu kejadiannya. Kalau memang benar menurut saya itu sebuah hal ya seperti apa yang dikatakan oleh orang luar. Ya di luar nalar," tambah Febri.
Berdasarkan pengalamannya menonton Persija Jakarta, biasanya pintu keluar stadion dibuka sebelum laga pertandingan berakhir.
"Biasanya kalau saya nonton, misanya ketika akan masuk pintu itu lebih kecil dan jumlahnya lebih sedikit yang dibuka. Tapi ini berbeda ketika kita mau keluar itu biasanya semua pintu terbuka," ujar Febri.
Maka itu, patut diusut ke pihak panitia pelaksana pertandingan yang diduga lalai membuka pintu keluar stadion antara lain pintu 13 yang menelan korban paling banyak.
"Jadi apalagi kita berbicara kondisi geografis Stadion Kanjuruhan, pintu keluar Kanjuruhan itu kecil sekali untuk bisa dilewati oleh orang dalam jumlah besar. Itu menurut saya memang sangat beresiko dan berpotensi terjadinya masalah di sana dan bisa terjadi resiko orang berhimpit-himpitan dan terinjak-injak,” tutur Febri.
Di sisi lain, Febri menghimbau kepada seluruh Suporter sepak bola tanah air agar dapat segera berbenah diri atas kejadian tragedi Kanjuruhan kemarin untuk menyingkirkan egosentris dari masing-masing pihak dan menjad sebuah titik balik dunia pesepak bolaan Indonesia.
"Itu harus menjadi sebuah titik balik dunia pesepak bolaan di indonesia, bahwa sepak bola dan stadion itu adalah tempat kegembiraan, tempat keriangan, tempat pertunjukan, stadion itu bukan dijadikan tempat pertarungan," tegas Febri.
Ia meminta kepada seluruh Suporter sepak bola di indonesia agar dapat menurunkan sikap arogansi antar sesama suporter, menutup lembaran lama untuk melupakan hal-hal yang dulu pernah terjadi karena sudah saatnya para supporter di tanah air duduk bersama untuk berkontribusi dalam menyumbangkan ide-ide gagasan guna memajukan dunia sepak bola Indonesia.
"Sepak bola di indonesia itu harus dibenahi kalau seperti ini terus saya gak yakin sepak bola indonesia itu akan terus maju. Jadi maksud saya kejadian kemarin itu harus menjadi titik balik, ayo kita benahi sama-sama," tandas Febri. (GIB)
Baca Juga: Erick Thohir: Piala Dunia U-17 Telah Banyak Memberi Pengaruh ke Perkembangan Sepak Bola Indonesia
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...