CARITAU GOWA - Sekelompok pria diduga melakukan aksi premanisme dengan cara melakukan pemalakan terhadap pemilik kos-kos-an yang berada di belakang Kampus UIN Alauddin Makassar, Kelurahan Romang Polong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel.
Aksi dugaan pemalakan itu pun viral di berbagai platform media sosial (Medsos). Di mana, peristiwa itu terjadi pada Senin (25/9/2023) kemarin.
Baca Juga: Pelaku Utama Aksi Pemalakan dan Premanisme di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar Dibekuk Polisi
Dari video yang beredar, sekelompok preman ini mengancam seorang IRT dengan benda tajam berupa badik pada Senin 25 september 2023.
Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bachtiar membenarkan ihwal dugaan pemerasan jatah preman tersebut.
Di mana, saat ini pihaknya tengah melakukan penyelidikan dan mengejar para pelaku yang melakukan aksi tersebut.
"Segera kami lidik," singkatnya kepada awak media.
Sementara itu, Salah seorang warga Bakri Daeng Ngola (60) mengatakan, korban yang diancam menggunakan badik itu adalah saudaranya.
"Bukan saya diancam, tapi saudaraku juga diancam pakai badik. Baru ini terjadi. Ini preman ta sebentar datang lagi. Sudah tiga bulanmi," bebernya saat ditemui wartawan.
Kata dia, terduga pelaku mengklaim bahwa lokasi yang sudah dibanguni rumah kost adalah miliknya.
"Pemerasan, selalu dia (terduga pelaku) bilang dia punya pintu, tanah di belakangnya kampus UIN Samata," bebernya.
Namun, kata dia, lokasi tersebut adalah miliknya yang sudah ia jual dan ada bukti berupa rinci.
"Bukan sengketa, seandainya sengketa tidak ada suratku. Saya punya tanah tapi dia klaim juga punya tanah," bebernya.
Tak hanya itu, setiap bulannya para preman ini datang ke lokasi tersebut dan meminta uang kepada pemilik kost.
"Ini baru-baru dibayar Rp10 juta. Tak sampai satu bulan, membayar lagi Rp.10 juta. Ini mau lagi Rp30 juta. Yang bayar itu yang punya kos. Yang ada rumah kosnya disitu disuruh semua membayar. Dia memeras warga," ujarnya
"Kemarin 10 orang preman, yang membayar itu semuanya rumah kost yang ada di samping kampus UIN dimintai," sambungnya.
Diketahui, ada sekitar 60 rumah kost di lokasi tersebut dan rata-rata mereka disuruh membayar.
"Rumah kost disitu hampir 60-70 an. Per rumah kost macam-macam dimintai. Tergantung jumlah kamarnya. Kalau 10 kamarnya, membayarki Rp1 juta, kalau 20 kamarnya dia membayar Rp20 juta," ungkapnya.
"Kalau yang tempat membeli kostnya itu di sayaki. Saya sudah jual tanahku semuanya ke yang punya kost," lanjutnya.
Selain melakukan pemerasan, para preman ini juga merusak gembok pagar, sehingga para mahasiswa yang ingin pergi kuliah kesulitan, karena terhalang pagar.
Kini, korban sudah melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian untuk proses hukum lebih lanjut.
"Dia rusak gembokku baru naganti gemboknya. Dia bukan orang asli situ. Dia mengklaim tanah itu. Dia ganti gembok pintu karena sudah tidak ada yang mau membayar. Dia ancam saudaraku dengan badik karena tidak mau dikasih uang," tandasnya. (KEK)
Baca Juga: Polisi Ringkus Dua Preman Pemalak Penumpang Kapal di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Satu DPO
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024