CARITAU JAKARTA – Perang Rusia versus Ukraina tampaknya berpotensi memperparah ancaman krisis pangan global, selain faktor perubahan iklim dan kurangnya tenaga kerja yang sebelumnya telah membuat produksi beberapa komoditas pangan menurun, termasuk minyak goreng yang kini sudah menjadi langka.
Saat ini kelangkaan minyak goreng bahkan tak hanya dirasakan masyarakat Indonesia, tapi juga di belahan dunia lainnya.
Baca Juga: Menlu Ukraina Sebut Kebijakan Rusia Bahayakan Keamanan Pangan Global
Masyarakat di Afrika Selatan, misalnya, dikabarkan sudah mulai melakukan panic buying terhadap minyak goreng.
Begitu juga di India, harga minyak goreng juga telah naik dari Rs125 atau Rp23.500 per liter menjadi Rs 170–Rs180 atau sekitar Rp32.000-Rp34.000 per liter hanya dalam tempo satu bulan.
Demikian juga di Eropa, harga minyak goreng juga telah melenting. Saat ini harga minyak termurah di Jerman berkisar 2 Euro atau sekitar Rp31.700 per botol, meski beberapa bulan lalu harganya masih kurang dari 1 Euro.
Perang antara Rusia versus Ukraina tampaknya mengganggu pasokan beberapa komoditas pokok. Maklum saja, kedua negara yang tengah bertikai itu adalah salah satu penghasil terbesar beberapa komoditas pangan, termasuk minyak goreng.
Pakar mengestimasi, produksi minyak bunga matahari dari Ukraina pada tahun ini akan turun hingga lima juta ton.
Thomas Mielke, Direktur Eksekutif Oil World, sejatinya telah meminta para pemimpin dunia untuk sadar akan ancaman krisis ini. Menurutnya, krisis minyak goreng bakal semakin parah jika mereka tidak menghentikan kebijakan produksi biofuel yang membutuhkan bahan baku sama.
“Sudah tugas kami untuk mengedukasi kondisi fundamental market global kepada para politisi. Tapi lebih penting lagi, kami harap masyarakat tak lagi membuang-buang makanan karena itu sangat tidak pantas untuk kondisi saat ini di mana semua harga bahan makanan mengalami kenaikan,” tutur Mielke seperti dilansir dari ewn.co.za, Jumat (18/3/2022).
Mielke khawatir, kondisi krisis minyak goreng bakal berlanjut pada kebutuhan pokok lainnya dan hal itu tidak disadari oleh politisi, atau ternyata memang mereka sengaja menutup mata.
“Kita dalam keadaan krisis dan tak ada yang dilakukan. Dan itu sangat tidak masuk akal. Ini mungkin karena para politisi itu tak mengerti apa yang menjadi tanggung jawab mereka,” kritik Mielke.
Picu Krisis Pangan Global
Sejak perang Rusia versus Ukraina pecah, harga bahan makanan pokok di dunia memang mulai merangkak naik. Badan Pangan Dunia (FAO) bahkan telah mencatat kenaikan tertinggi terjadi di bulan Februari.
Suplai bahan makanan pokok seperti gandum, jagung dan biji bunga matahari mulai tersendat dan akibatnya harga berbagai komoditas makanan pun naik.
Maklum saja, Rusia tercatat sebagai produsen gandum terbesar di dunia, sementara Ukraina berada di posisi lima besar eksportir gandum dunia.
Seperti dilansir thehindubusinessline.com, Ukraina bahkan tercatat sebagai salah satu pemasok utama komoditi jagung, di mana angkanya mencapai 17% dari kebutuhan dunia, sementara untuk minyak bunga matahari Ukraina bahkan memegang 60% pasar ekspor dunia.
Sejak perang pecah pada 24 Februari 2022, harga ketiga komoditas tersebut terbukti terus mengalami kenaikan. Harga gandum naik lebih dari 50%, jagung naik 25%, sedangkan minyak bunga matahari naik 35%. Sementara minyak kedelai yang jadi alternatif, harganya pun terdongkrak naik 20%.
Maka tak mengherankan jika saat ini beberapa negara telah mulai melakukan proteksi terhadap komoditas makanan karena kepentingan warga negaranya lebih penting ketimbang menjualnya ke negara lain yang bisa menyebabkan kekurangan bahan makanan di dalam negeri.
Hungaria misalnya, resmi melarang ekspor biji-bijian, sementara Moldova menghentikan sementara pengiriman gandum, jagung dan gula. Sedangkan Argentina memilih untuk menyalurkan gandum ke pasar domestik mereka agar harga pasta yang menjadi makanan pokok bisa dikontrol.
Bulgaria salah satu eksportir komoditas makanan terbesar, kini justru makin gencar mengimpor komoditas pokok untuk memenuhi kebutuhan warganya.
Pemerintah Mesir demi memastikan kebutuhan domestik terpenuhi, telah melarang ekspor beberapa komoditas penting seperti terigu, kacang-kacangan dan gandum.
Batasi Pembelian Minyak Goreng
Pemandangan kosongnya rak-rak minyak goreng di supermarket tak hanya dirasakan warga Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia, tapi juga dialami oleh masyarakat di Jerman.
Seperti dilansir media setempat, iamexpat.de, toko-toko maupun supermarket di Jerman telah meminta masyarakat untuk tidak membeli minyak goreng dan terigu secara berlebihan.
Maklum saja, warga Jerman yang panik karena media massa dan media sosial gencar mengabarkan tentang kelangkaan bahan makanan di Eropa akibat dampak perang Rusia versus Ukraina, telah memborong bahan makanan pokok di toko-toko dan supermarket.
Fenomena kelangkaan minyak goreng dan beberapa kebutuhan pokok lainnya dikonfirmasi oleh para pedagang retail.
“Di toko kami, ada peningkatan pembelian untuk barang-barang pokok terutama minyak goreng seperti minyak bunga matahari, minyak biji rami (rapeseed) dan minyak zaitun,” kata seorang staf humas Aldi Sued, sebuah jaringan supermarket terbesar di Jerman, Selasa (15/3/2022).
Mengatasi aksi borong masyarakat, jaringan supermarket terbesar di Jerman seperti Aldi dan Real, memutuskan untuk membatasi pembelian minyak goreng.
Asosiasi Perdagangan Makanan Jerman (BVLH) juga menghimbau masyarakat agar tidak panik merespon situasi ini.
“Seperti halnya dulu di awal pandemi, kita harus menunjukkan solidaritas kepada sesama dengan membeli barang dalam jumlah yang normal,” kata Christian Bottcher, perwakilan BVLH seperti dikutip RND.
Tampaknya para pemimpin dunia, seperti kata Thomas Mielke, jelas harus segera mencari solusi untuk menyelesaikan konflik Rusia versus Ukraina, jika tak ingin krisis minyak goreng dan bahan pokok lainnya di dunia menjadi krisis yang semakin parah.(DIM)
Baca Juga: Pasokan Bom Tandan dari Amerika dan Sekutu Sampai di Ukraina
waduuuh
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...