CARITAU MAKASSAR - James, Orang tua mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar yang tewas saat mengikuti Pendidikan Dasar (Diksar) Mapala 09, Virendy Marjefy Wehantouw (19) mengaku kecewa atas sikap panitia yang tiba-tiba menghilang usai kejadian.
Tidak adanya kabar dari mereka juga menimbulkan pertanyaan dari pihak keluarga, bahwa Virendy meninggal bukan karena sakit.
Baca Juga: Dua Bulan Berlalu, Kasus Kematian Mahasiswa Unhas di Diksar Mapala 09 Belum Terungkap
"Panitia terkesan ada sesuatu yang dia tutup-tutupi. Mereka seolah-olah disembunyikan dan tidak mau bertemu. Saya orang tua korban bertanya-tanya sampai detik ini (kemana). Itu juga tidak ada teman-teman Virendy yang sama sama ikut diksar didatangkan (bertemu keluarganya), padahal kita minta," ungkap James, Senin (16/1/2022).
Ia juga merasa kecewa saat panitia Diksar menghubunginya dan tidak terbuka atas kondisi anaknya.
Panitia Diksar menghubungi keluarga korban via telepon pada Sabtu pagi (14/1/2023) dan hanya menyampaikan bahwa Virendy sedang di IGD Rumah Sakit (RS) Grestelina Makassar.
Informasi tersebut membuat James tak begitu curiga, dan tak berpikir jika nyawa anaknya saat itu sudah tiada. Awalnya, dia hanya menduga anaknya cedera sehingga dibawa ke rumah sakit oleh panitia Diksar Mapala 09 Unhas.
"Jam 8.30 pagi. Itu pun tidak menyampaikan bahwa Virendy sudah meninggal, dia (panitia) hanya sampaikan Virendy sekarang ada di RS Grestelina Makassar di IGD, dia tidak bilang meninggal. Jadi saya pikir mungkin hanya jatuh atau kecelakaan biasa," bebernya.
Mendengar anaknya di rumah sakit, James pun mengaku langsung bergegas menghubungi salah seorang keluarganya yang bekerja di rumah sakit tersebut untuk mengecek kondisi Virendy saat itu.
Namun setelah di cek di IGD, James kemudian kembali mendapat telepon dari keluarganya itu bahwa Virendy tak ada di IGD.
Mendengar hal itu, James belum curiga dan masih berpikir jika anaknya baik-baik saja. Diapun lanjut mengarahkan keluarganya yang di RS tersebut untuk mencari keberadaan anaknya. Dan setelah dilakukan pengecekan ternyata ada nama pasien yang sama dengan korban dan sudah berada di ruang jenazah.
"Kebetulan ada keluarga kerja di sana (RS Grestelina Makassar) saya telepon bilang coba cek katanya (Virendy) ada di IGD. Setelah dia cek, dia telepon balik bilang tidak ada Virendy di IGD. (keluarga korban di RS) Dia kembali tanya sama petugas yang jaga, dan dia bilang ada satu pasien atas nama Virendy tapi sudah di kamar jenazah. Saya punya keponakan kaget, terus dia bilang benar itu Virendy tapi sudah tidak ada (meninggal)," tutur James.
"Yang menyedihkan itu, petugas rumah sakit bilang, pak kasi tau itu keluarganya bilang tolong segera ke sini (rumah sakit) karen jenazah dari di antar (panitia Diksar) sampai sekarang tidak ada yang jaga," lanjutnya.
Lebih jauh, James juga menyampaikan kekecewaannya dimana pada saat anaknya sudah dalam kondisi sekarat masih dipaksa pihak panitia Diksar untuk tetap melanjutkan perjalanannya. James mengatakan seharusnya panitia saat itu langsung mengevakuasi Virendy.
"Menurut ketua Mapala 09 Unhas, bahwa menjelang Magrib (Virendy) sudah kelelahan. Kenapa di paksa jalan lagi. Walaupun dia (Virendy) ditanya baik-baikji tapi namanya junior pasti dia bilang iya kak, bisa lanjut. Kan dia bisa lihat orang sudah sekarat, sudah setegah mati, yah hentikan," ungkap James.
Atas kejadian ini pun, pihak keluarga mahasiswa kelahiran 2004 itu melapor ke Polres Maros.(KEK)
mahasiswa unhas meninggal dunia diksar mapala unhas mapala keluarga korban lapor polisi
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...