CARITAU JAKARTA – Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan nilai tukar rupiah mengalami penguatan lebih karena adanya arus masuk dana asing di pasar modal Indonesia.
“Sejauh ini, rupiah kita menguat memang lebih disebabkan oleh inflow dana asing. Kalau kita perhatikan sejak akhir tahun lalu, (arus dana) asing relatif cukup signifikan masuk ke Indonesia, terutama di pasar obligasi, karena memang sejauh ini dilihat fundamental kita relatif baik, inflasi juga relatif masih rendah,” ujarnya dalam acara Forum Diskusi Denpasar (FDD) 12 yang diadakan secara virtual diikuti di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Selama periode 12-15 Februari 2024, Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk bersih di pasar keuangan domestik mencapai Rp4,07 triliun.
Nilai tersebut terdiri atas aliran modal asing masuk bersih di pasar saham Rp6,03 triliun, serta modal asing keluar bersih di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) masing-masing sebesar Rp0,98 triliun.
Adapun laju inflasi, masih dalam kisaran sasaran 2,5 plus minus satu persen sebagaimana dilaporkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo pada Rabu ini.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Januari 2024 tercatat sebesar 2,57 persen (yoy) menurun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 2,61 persen (yoy), sehingga tetap berada dalam kisaran 2,5 plus minus satu persen.
Selain itu, inflasi inti menurun dari 1,80 persen (yoy) pada Desember 2023 menjadi 1,68 persen (yoy) pada Januari 2024, dipengaruhi oleh imported inflation yang rendah sejalan dengan stabilnya nilai tukar rupiah, ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, serta kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik. Begitu pula dengan inflasi administered prices yang relatif stabil sebesar 1,74 persen (yoy).
Di sisi lain, seperti dilansir Antara, inflasi volatile food meningkat menjadi 7,22 persen (yoy), terutama pada komoditas beras dan bawang karena dampak El Nino, faktor musiman, dan musim tanam yang bergeser.
“Tapi, kita melihat juga inflasi ini bisa menjadi ancaman, karena terakhir-terakhir ini kita perhatikan juga harga beberapa komoditas penting seperti beras juga sudah mulai meningkat. Apalagi, ketegangan geopolitik di Timur Tengah ini masih berlangsung,” ucap David.
Seperti diketahui, Gerakan Houthi, yang menguasai sebagian besar Yaman utara dan barat, berjanji pada November 2023 untuk menyerang kapal mana pun yang terkait dengan Israel jika melalui Laut Merah, sampai mereka menghentikan aksi militer di Jalur Gaza.
Mengingat kapal-kapal kargo dari berbagai negara tidak bisa melalui Laut Merah, maka harus berputar melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Hal ini menyebabkan ongkos kirim barang dari, misalnya Eropa atau Amerika Serikat, mengalami peningkatan harga, sehingga membebani perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspor dan impor karena biaya produk melambung tinggi.
“Nah, ini menjadi perhatian kita, karena kalau dari segi rupiah, rupiah kita relatif (lebih stabil karena inflow dana asing di pasar modal) sebenarnya. Kalau menurut pendapat kami, ini (rupiah) kelihatannya sedikit over value ya,” kata dia.
Ke depan, David menilai rupiah cenderung akan mengalami pelemahan mengingat China mengalami perlambatan ekonomi. Begitu pula dengan negara-negara yang berhubungan dengan China, seperti mata uang Yen Jepang mengalami pelemahan hingga 150 yen per dolar AS atau 13 persen pada tahun ini.
“Negara-negara yang related ke China ini juga kelihatan kecenderungannya, mata uangnya melemah juga ya, termasuk juga Korean Won (dan mata uang emerging currency di Asia Tenggara),” ungkapnya. (DIM)
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024