CARITAU JAKARTA - Pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) telah resmi mendaftar sebagai pasangan Capres-Cawapres dalam Pemilu 2024 pada pagi tadi. Kemudian disusul pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (GAMA) mendaftar ke KPU pada siang hari.
Dengan mendaftarnya dua pasangan capres-cawapres, berarti tinggal bakal capres Koalisi Indonesia Maju (KIM), Prabowo Subianto yang belum mendaftarkan diri ke KPU. Bahkan sampai saat ini, Prabowo belum juga menentukan nama cawapres yang akan diajaknya berkontestasi pada Pilpres 2024.
Baca Juga: MK Tolak Seluruh Permohonan Sengketa Pilpres Ganjar-Mahfud
Diketahui, ada beberapa nama potensial yang akan menjadi cawapres Prabowo Subianto, seperti Gibran Rakabuming Raka, Erick Thohir hingga Khofifah Indar Parawansa.
Pengamat Politik dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Indaru Setyo Nurprojo menilai saat ini kubu Prabowo sedang menimbang beberapa hal terkait nama calon yang sudah berkembang, seperti Gibran.
"Nah, isu besar yang mengadang Gibran itu kan dinasti politik. Itu sama seperti konteks tahun 2019, terkait politik identitas. Saat itu Jokowi diserang tetapi menang. Sekarang, Prabowo siap nggak dengan hitung-hitungan kalkulasi politiknya."
"Kemudian, politik dinasti itu apakah akan ditabraknya dengan memaksa pada Gibran, atau dia akan mencoba untuk tidak berhadapan dengan politik dinasti tapi memilih Erick Thohir," katanya dikutip Kamis (19/10/2023).
Lebih lanjut, ia kemudian membeberkan untung rugi Prabowo memilih cawapres yang selama ini terus menjadi pembicaraan di publik secara luas.
"Plus minus kalau Gibran; plusnya otomatis dengan jejaringnya Jokowi. Minusnya, tentu kaitannya dengan politik dinasti. (Bila) Erick Thohir ini, dia punya poin positif ketika menjadi steering comitee di Harlah NU di Surabaya dan itu menjadi poin plus untuk mengenalkan Erick Thohir di kalangan NU dan itu posisinya strategis saat itu," katanya.
Selain itu, ia menilai poin plus lainnya dari Erick Thohir, yakni bebas dari serangan isu politik dinasti, namun memiliki kedekatan yang baik dengan Jokowi dan Prabowo.
"Saya pikir pertimbangan politik dinasti dan kedekatan dengan NU akan menjadi pertimbangan-pertimbangan politik saat ini di tim Prabowo," ujarnya.
Meski begitu, sebenarnya masih ada alternatif lain yang bisa menjaring pemilih dari basis NU untuk dijadikan Prabowo menjadi cawapres, yakni Khofifah Indar Parawansa dan Yenny Wahid.
"Itu juga potensial merebut suara NU di Jatim, apalagi itu mewakili perempuan. Cuma plus minusnya dengan Erick Thohir adalah ketika, Khofifah itu terlepas dari apapun, punya prestasi kerja, kepemimpinan sukses dan sebagainya, punya jaringan yang luas, mantan ketua fatayat, tapi pernah ada selentingan-selentingan berkaitan dengan aparat hukum," ujarnya.
Sementara itu, Indaru menilai Yenny Wahid memang memiliki basis massa NU yang baik, tetapi kekurangannya ada pada pengalamannya dalam dunia pemerintahan serta manajerial di dalamnya. Sehingga jika dibandingkan dengan Erick Thohir masih belum cukup mumpuni.
"Dan tentu Erick Thohir yang sudah punya pengalaman di pemerintahan dan pengusaha. Cuma dia (Erick Thohir) itu tadi di NU kan 'dicangkok' bukan dari basis awal dari bawah NU. Saya pikir juga menjadi kendala tapi alternatif-alternatif yang ada tinggal itu. Namun yang pasti, NU akan tetap seksi dalam proses Pilpres kali ini," ujarnya. (DID)
Baca Juga: Ungkap Laporan Pelanggaran Pemilu 2024, Bawaslu: Terbanyak Soal Etik
prabowo subianto cawapres pasangan amin pilpres 2024 pemilu 2024
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...