CARITAU JAKARTA - Langkah calon presiden (Capres) nomor urut 1, Anies Baswedan yang dinilai lebih banyak menyerang atau menjatuhkan Capres lain yakni, Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto dalam debat capres, Minggu (7/1/2023), menjadi sorotan.
Tampil menyerang dalam debat yang digelar di Istora Senayan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu dinilai salah strategi.
Merujuk data analis media sosial Drone Emprit terhadap pembicaraan di Twitter alias X periode 7 Januari pukul 19.00 sampai 21.00 WIB, banyak warganet (sekitar 1.000 cuitan) khawatir dengan pernyataan-pernyataan Anies yang dinilai terlalu memancing emosi Prabowo Subianto.
Ismail Fahmi, founder Drone Emprit menyatakan bahwa Anies mendapat beragam respons usai debat, dengan beberapa netizen menunjukkan dukungan dan lainnya menyampaikan kritik.
"Beberapa tweet menyoroti kritik Anies terhadap Prabowo dan juga penampilannya dalam debat," kata Ismail, Senin (8/1/2023).
Beberapa netizen mengapresiasi Anies karena berani menyerang Prabowo selama debat dan memaparkan banyak data. Namun di sisi lain, Anies dianggap terlalu sering menyerang personal Prabowo, terlalu banyak bicara, hingga kurang menyampaikan gagasan dan programnya.
Kendati demikian, di antara tiga capres, Anies menjadi calon yang paling tinggi mendapat sentimen positif pasca debat semalam. Merujuk data Drone Emprit, sentimen positif Anies mencapai 76 persen, disusul Ganjar Pranowo dengan sentimen positif 72 persen, dan Prabowo Subianto dengan sentimen positif 40 persen.
"Analisis sentimen menunjukkan bahwa Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo cenderung mendapat respons positif, sedangkan Prabowo mendapat respons yang lebih negatif dari netizen," kata Ismail.
Tak hanya dalam debat semalam, Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan di debat perdana pada 12 Desember 2023 lalu, capres yang cenderung memakai strategi menyerang dan menjatuhkan adalah Anies Baswedan.
Anies cenderung mencoba menyudutkan Prabowo Subianto, capres nomor urut dua. Salah satunya, menyoal tewasnya seorang anak bernama Harun Al-Rasyid dalam tragedi kerusuhan di Jakarta pada 21-22 Mei 2019 dan sindiran Prabowo tak tahan menjadi oposisi.
Menurut Arifki, dengan temuan survei tersebut menunjukkan strategi yang digunakan Anies itu tidaklah tepat dan warga tak suka. Selain itu, Anies juga diketahui masyarakat bahwa memiliki utang budi ke Prabowo kala Pilkada Jakarta pada 2017.
"Saya kira Mas Anies salah strategi dengan memainkan narasi yang menjatuhkan, selain publik tidak menyukainya. Mas Anies juga punya utang budi ke Prabowo di Pilkada 2017," kata Arifki.
Saat itu Partai Gerindra yang dipimpin oleh Prabowo, menerima Anies dan membantunya bertarung dalam kontestasi menjadi Gubernur DKI Jakarta meskipun merupakan oposisi.
“Berkat dorongan dan dukungan itulah, Anies berhasil dimenangkan dan dinilai memiliki utang budi ke Prabowo.
Diketahui dari hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan bahwa mayoritas warga tidak menyukai sikap capres-cawapres yang saling serang dan menjatuhkan selama debat berlangsung.
Dalam konferensi pers yang digelar secara daring pada Sabtu (6/1/2023) malam, survei yang digelar pada 25-27 Desember 2023 itu menunjukkan bahwa sebanyak 57,0% responden tidak setuju ketika debat dilakukan dengan saling serang dan menjatuhkan. Sementara, 38,6% lain mengaku setuju dan 4,4% lainnya tidak menjawab/tidak tahu. (DID)
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...