CARITAU JAKARTA - Diakhir masa jabatannya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan masih mendapatkan protes dari kelompok warga yang mengatasnamakan Koalisi Perjuangan Warga Jakarta (KOPAJA) di Balai Kota DKI, Jumat (14/10/2022).

KOPAJA mendatangi Balai Kota DKI Jakarta untuk menyatakan Drop Out terhadap Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patria. Mereka menilai, keduanya tidak mampu mewujudkan janji kampanyenya, menjadikan DKI Jakarta kota yang humanis.

Baca Juga: Pengamat Duga Upaya Hak Angket Bakal Dijegal Jokowi-Ma'ruf

Menariknya, ditengah aksi KOPAJA, Anies Baswedan dan Ahmad Riza Patria mendatangi pendemo di gerbang luar Balai Kota. Anies bersama Ariza terlihat berdebat sembari lesehan.

Anies sendiri mengaku akan mempelajari tuntutan pendemo, namun salah satu orator pendemo mendesak Anies untuk memberi kepastian sikap. Desakan pendemo ini tak membuat Anies berdiam diri.

Anies pun melawan argumen setiap pernyataan yang disampaikan pendemo. Sesekali, Anies harus menyampaikan argumennya dengan nada tinggi.

"Setelah Anda sampaikan, saya dengarkan. Setelah saya dengarkan, Anda berikan dong hak yang logis untuk mengambil keputusan," ujar Anies.

Namun, jawaban Anies ini memancing pendemo untuk terus mendesaknya agar segera mengambil keputusan agar tidak ada lagi penggusuran di Jakarta.

Respon pendemo ini pun memancing suasana semakin memanas. Namun, Anies menyikapi itu dengan santai sambil meredam para pendemo.

"Pak, mohon jelaskan sikap politik bapak bagaimana. Maksudnya, ee.. ee.. Sikap politik bapak bagaimana," timpal salah satu pendemo.

Menanggapi pertanyaan pendemo, Anies mangatakan "Anda tidak bisa memaksa-maksa. Saya akan baca, saya pelajari. Saya tidak bisa diberikan deadline dua hari satu hari."

"Anda ingin haknya dihormati, tapi Anda tidak menghormati hak orang lain. Ketika Anda diminta untuk menghormati hak orang lain, Anda tidak mau menghormati, bagaimana Anda bisa menjadi pejuang demokrasi," tegas Anies dengan nada tinggi. (DID)

Baca Juga: Jubir TPN Sebut Ganjar-Mahfud Punya Komitmen Besar Selesaikan Kasus HAM