CARITAU PADANG – Prof Asrinaldi, pakar politik Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat, menilai wacana pembentukan koalisi paslon 01 Anies-Muhaimin dengan paslon 03 Ganjar-Mahfud sebagai sinyal perlawanan, sekaligus langkah mengantisipasi potensi kecurangan Pilpres 2024.

"Dalam tanda kutip ya, ini sikap perlawanan dari pasangan calon 01 dan 03 terhadap pihak yang menjanjikan netralitas, namun tidak seperti yang diharapkan," kata Prof Asrinaldi, di Padang, Selasa (16/1/2024).

Menurut penulis buku ‘Politik Masyarakat Miskin Kota’ itu, baik paslon 01 maupun paslon 03 sedang menunjukkan indikasi kekecewaan terhadap petinggi negara terkait netralitas.

Dengan membentuk poros koalisi, kedua kubu sedang menyatukan kekuatan politik untuk mengawal Pemilu dan Pilpres 2024 yang jujur, adil dan berintegritas.

"Jadi saya piker, ini adalah bentuk perlawanan dan harus disadari oleh kubu 02," kata Prof Asrinaldi.

Ia menyakini, apabila koalisi terbentuk, maka kubu 02 akan kesulitan memenangi Pilpres 2024 jika berlangsung dua putaran.

Selain bentuk perlawanan, dosen FISIP Unand tersebut menilai, langkah koalisi juga merupakan respons balik dari PDIP yang merasa dikecewakan Jokowi.

Pembentukan koalisi juga sejalan dengan gagasan perubahan yang selama ini terus digaungkan oleh pasangan Anies-Muhaimin. Mengenai adanya pihak yang meragukan koalisi, hal itu hanya kepentingan politik.

"Dalam politik apa yang tidak mungkin? Sepanjang kepentingannya sama, maka hal itu bisa saja terwujud," ujarnya seperti dirilis Antara.

Sebelumnya, Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, mengakui bahwa kubu paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan kubu paslon 03 Ganjar-Mahfud telah menjalin komunikasi secara formal dan informal.

Meski begitu, Puan menyebut keputusan koalisi antara Anies dan Ganjar akan dipikirkan setelah hari pemungutan suara Pilpres 2024, yakni 14 Februari 2024. Sebab membangun sebuah bangsa harus dilakukan secara bergotong-royong.(BON)