CARITAU JAKARTA - Sifilis kembali ramai menjadi perbincangan publik. Sifilis juga menjadi penyakit menular seksual yang viral diperbincangkan di TikTok. Salah satunya adalah sebuah video yang berasal dari akun @dokteramiraobgyn yang menceritakan ada perempuan berusia 17 tahun yang mengalami sifilis dalam kehamilan.
"Yang menyedihkan dalam kehamilan ini setelah kita periksa, pasiennya terdapat sifilis reaktif atau hamil dengan sifilis. Ini kasusnya tengah meningkat pesat di Indonesia," ujar @dokteramiraobgyn yang videonya viral di TikTok, dikutip Jumat (26/5/2023).
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), dalam keterangan terbarunya, sepanjang 5 tahun terakhir, terjadi peningkatan dari 12.000 kasus ke lebih dari 20.000 kasus sifilis di Indonesia.
Mirisnya, kebanyakan dari penderita sifilis adalah ibu hamil yang ditularkan dari suami. Sebanyak 25% ibu hamil dengan penderita sifilis di Indonesia sedang dalam pengobatan. Sisanya, sebanyak 75% ibu hamil yang terinfeksi masih belum mendapatkan pengobatan karena malu.
Masih banyak orang yang kurang peduli terhadap penyakit sifilis ini. Lalu sebenarnya, penyakit apa sifilis tersebut? Sifilis adalah penyakit menular seksual dari bakteri. Sifilis atau yang lebih dikenal dengan raja singa merupakan penyakit menular seksual (PMS) yang berasal dari infeksi bakteri Treponema pallidum.
Pada umumnya, penularan sifilis biasanya diawali dari hubungan seks oleh homoseksual atau heteroseksual (Bisa terjadi penularan meskipun oral dan anal), kontak langsung dengan penderita sifilis lain (Menggunakan alat makan yang sama, memakai pakaian yang sama), atau ibu hamil yang menularkan kepada janin di dalam kandungan.
Sifilis jika tidak ditangani secara medis akan memperburuk kondisi kesehatan anggota luar dan dalam tubuh. Tanda sifilis yang menginfeksi tubuh adalah adanya bercak merah yang gatal di sekitar penis, vagina, anus, rektum, sampai bibir dan mulut dalam. Penularan sifilis rata-rata membutuhkan waktu 21 hari, dengan rentang 10 hingga 90 hari.
Agar lebih aware terhadap penyakit sifilis, berikut Caritau.com rangkum beberapa penyebab yang dapat menimbulkan penularan sifilis.
Diketahui, bakteri sifilis dapat menginfeksi tubuh melalui luka kecil, luka lecet, ruam, dan selaput lendir (Mulut, alat kelamin). Risiko penularan sifilis disebabkan oleh tindakan dan gaya hidup seperti berikut:
Baca Juga: Waspada! Bandung Jadi Kota dengan Kasus Sifilis Tertinggi di Jawa Barat
1. Berhubungan seksual dengan berganti pasangan, baik itu dengan lawan atau sesama jenis kelamin.
2. Berhubungan seksual tanpa menggunakan kondom.
3. Kontak erat dengan penderita sifilis.
4. Positif terinfeksi virus HIV.
Sementara itu, gejala sifilis terbagi menjadi 4 level dengan tanda-tanda serta rasa sakit yang berbeda, yakni:
Gejala pada tahap ini biasanya berupa luka ruam atau bisul yang tidak nyeri. Selain itu, ada gejala lainnya seperti berikut:
1. Pembengkakan kelenjar getah bening.
2. Nyeri otot dan sendi.
3. Demam.
4. Kehilangan selera makan.
5. Rambut rontok.
6. Ada perubahan penglihatan.
Luka seperti bisul atau kutil tersebut dapat hilang dan sembuh dengan sendirinya dalam 3-6 minggu, jika penderita sifilis mendapatkan perawatan kesehatan. Namun, jika sifilis ini tidak mendapatkan pengobatan, maka akan muncul gejala level sekunder.
Pada sifilis sekunder, ruam atau bisul dengan tekstur seperti butiran kasar akan semakin menyebar pada kulit tanpa ada rasa nyeri. Bukan hanya di area alat kelamin saja, tetapi dapat tumbuh di sekitar ketiak dan selangkangan. Efek lainnya seperti demam, nyeri sendi dan otot, pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala sifilis yang semakin buruk membuat penderitanya kehilangan berat badan, rontok berlebih, dan sakit tenggorokan.
Gejala sifilis sekunder masih dapat sembuh jika mendapatkan penanganan. Namun, apabila tanda-tanda ini semakin parah, sangat mungkin berpotensi gejala sifilis tersier.
Sifilis tersier merupakan pengembangan infeksi sifilis sekunder yang tidak diobati. Sehingga, gejala sifilis tersier menjadi lebih parah dan mempengaruhi anggota tubuh dalam seperti berikut:
1. Kerusakan katup jantung; aneurisma.
2. Gangguan sistem saraf pusat.
3. Adanya tumor pada tulang, hati, dan sendi. Sifilis ini juga berisiko pada pasien untuk mudah terkena komplikasi, seperti neurosifilis, okular sifilis, dan otosifilis.
4. Neurosifilis, ocular sifilis, dan otosifilis
Neurosifilis, ocular sifilis, dan otosifilis merupakan komplikasi dari sifilis yang telah menginfeksi lama akibat tidak adanya tindakan penyembuhan lebih lanjut.
Neurosifilis menyerang sistem saraf pusat yang berpengaruh kepada koordinasi gerak dan kemampuan berpikir. Gejala sifilis ini meliputi sakit kepala, lemah kerja otot dan sendi, kebingungan, demensia, hingga kelumpuhan.
Okular sifilis berkaitan langsung dengan daya penglihatan yang menurun akibat sifilis, dengan gejala seperti bintik mengambang pada mata (Floaters), penglihatan kabur, hingga kebutaan.
Otosifilis adalah komplikasi sifilis yang menyerang kemampuan pendengaran. Tanda-tanda penderita sifilis mengalami komplikasi ini adalah kehilangan keseimbangan, dengung di telinga, pusing, vertigo.
Sifilis Bisa Disembuhkan
Lantas, apakah penyakit Sifilis dapat sembuh? Dikutip dari laman RS Mitra Keluarga, tentunya sifilis dapat sembuhkan, jika sedari awal terdiagnosa langsung diberikan tindakan penyembuhan.Salah satu obat yang dapat mengobati bakteri sifilis adalah antibiotik, yakni penisilin yang disuntik ke tubuh pasien.
Pemberian penisilin berlaku bagi pasien sifilis dengan gejala awal hingga parah yang sudah mengalami komplikasi. Perbedaannya hanya pada dosis yang diberikan sesuai tingkatan gejala. Berlaku juga bagi ibu hamil yang mengalami sifilis, penisilin tetap diberikan.
Apabila pasien memiliki alergi penisilin, tentunya pengobatan dapat menggunakan penisilin yang dikurangi. Efek samping dari penisilin sendiri adalah demam, sakit kepala, menggigil, mual, dan nyeri tubuh dalam kurun waktu lebih dari satu hari.
Selama pengobatan dan penyembuhan, pasien sifilis tidak dianjurkan untuk melakukan hubungan seksual hingga luka benar-benar sembuh. Jangan lupa, bagi pasien sifilis juga diharapkan dapat melakukan tes HIV, karena penularan sifilis juga berpotensi besar pada HIV.
Penyakit sifilis atau raja singa menjadi penyakit menular seksual (PMS) yang perlu dihindari karena berdampak sangat besar bagi kesehatan luar dan dalam tubuh. Cara mencegah sifilis adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang sifilis, atau melakukan aktivitas seksual menggunakan kondom.
Apabila menemukan gejala sifilis, segera periksakan ke dokter kulit dan kelamin (Sp.KK) terdekat. (IRN)
Baca Juga: Kasus Meningkat di Yogyakarta, Dinkes DIY Pastikan Seluruh Puskesmas Siap Layani Penderita Sifilis
sifilis raja singa penyakit seksual menular pms hiv obgyn penyakit kelamin
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...