CARITAU JAKARTA – Indonesia mendapatkan bantuan dana dengan total Rp20,89 triliun dari mitra pembangunan kesehatan Global Fund untuk membantu mengejar target eliminasi penyakit HIV/AIDS, TBC, dan malaria.
"Upaya pencapaian target pengendalian HIV/AIDS, TBC, malaria perlu terus dikejar di Indonesia hingga 2024," kata Budi Gunadi Sadikin dalam pertemuan Global Fund Replenishment Conference Ke-7 di New York, Amerika Serikat, yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Rabu (21/9/2022) kemarin.
Bantuan dana dari Global Fund kepada Indonesia bergulir sejak 2003 hingga saat ini sebesar USD 1,45 Miliar (Rp 20,89 Triliun). Bantuan itu disalurkan kepada Kementerian Kesehatan dan komunitas yang aktif berpartisipasi dalam program penanggulangan HIV/AIDS, TBC, dan malaria di Tanah Air.
Baca Juga: FIFA Cabut Peru Sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-17 2023, Indonesia Siap Gantikan?
Saat ini investasi The Global Fund untuk Indonesia merupakan yang terbesar kedua di Asia, setelah India. Dilansir dari Antar, besarnya dana sesuai dengan beban penyakit dan tingkat ekonomi.
Budi mengatakan Indonesia saat ini berada pada posisi negara berpendapatan ekonomi menengah dengan beban penyakit yang masih tinggi.
Dalam penanganan HIV/AIDS, Global Fund membantu meningkatkan layanan HIV, temuan kasus, pengobatan ARV dan rawatan, serta penyuluhan lapangan.
Hingga akhir Juni 2022, sebanyak 473.005 kasus HIV ditemukan dan 163.562 HIV sedang berobat.
Dalam penanganan TBC, Global Fund membantu pengadaan obat anti-TBC lini pertama dan kedua, obat terapi pencegahan, alat diagnosis mikroskopis dan TCM, sampai akselerasi penemuan kasus TBC.
Hingga 2022, baru 286 ribu dari 824 ribu kasus TBC yang terdeteksi, sisanya 537 ribu kasus masih dalam pencarian.
Temuan kasus dilakukan melalui skrining di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta di 80 kabupaten/kota pada 19 provinsi dengan beban kasus TBC tinggi dan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan swasta yang banyak.
Dalam program pengendalian malaria, kata Budi, Global Fund membantu pemeriksaan Rapid Test (RDT), skrining ibu hamil di daerah endemis tinggi, pendirian pos malaria, peningkatan kapasitas SDM, serta distribusi 27 juta kelambu berinsektisida (LLINs) ke daerah endemis malaria.
Hasilnya, kasus positif malaria dan annual parasite index (API) cenderung meningkat, terutama di wilayah Indonesia Timur. Dari 2020 ke 2021, kasus positif malaria di Indonesia naik sebanyak 50 ribu kasus.
Tingkatkan Kapasitas Genome Sequencing
Dukungan terkini Global Fund adalah membantu Kemenkes dalam membangun kapasitas genome sequencing untuk identifikasi virus dan bakteri yg lebih akurat.
"Dengan genome sequencing maka akan didapatkan cetak biru genetik dari genom, identifikasi mutasi baru, pelacakan asal, serta pencegahan penularan virus dan bakteri," ujarnya.
Kapasitas genome sequencing di tanah air jumlahnya direncanakan akan tersedia 57 mesin di akhir 2022, termasuk yang didukung Global Fund dan tersebar di berbagai provinsi, kata Budi menambahkan.
“Ke depan, peralatan sekuensing akan digunakan untuk pengembangan layanan di rumah rumah sakit, pengembangan deteksi HIV, deteksi kasus hepatitis acute with unknown etiology dan pada kasus acute kidney failure, dan komorbid lainnya," katanya.
Global Fund mengumpulkan dan menginvestasikan uang dalam siklus tiga tahun yang dikenal sebagai replenishment.
Pendekatan tiga tahun diadopsi pada 2005 untuk memungkinkan pembiayaan yang lebih stabil dan dapat diprediksi bagi negara-negara dan untuk memastikan kelangsungan program yang berkelanjutan. (IRN)
Baca Juga: Tantangan Industri Kendaraan Listrik Indonesia, Staf Ahli Menhub: Kepercayaan Masyarakat
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...