CARITAU YOGYAKARTA - Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta memastikan seluruh puskesmas di provinsi ini dapat melayani penderita sifilis atau raja singa yang kasusnya mengalami tren meningkat.
"Sebetulnya kalau untuk sifilis, HIV itu kita bisa memeriksa semua. Semua Puskesmas bisa melakukan pemeriksaan dan bisa mengobati," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DIY Setyarini Hestu Lestari di Yogyakarta, dikutip Jumat (25/5/2023).
Diketahui sebelumnya, Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat adanya peningkatan kasus penyakit kelamin sifilis. Peningkatannya disebutkan lebih dari 100% tiap tahunnya sejak 2020 lalu hingga 2023, Data tersebut berdasarkan data Sistem Informasi HIV/AIDS (SIHA).
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari mengatakan, terus naiknya penyebaran sifilis di DIY karena faktor risiko lelaki seks lelaki (LSL). Meskipun terdapat juga penyebaran yang disebabkan dari faktor risiko heteroseksual.
"Faktor risikonya (didominasi) LSL, walaupun yang heteroseksual juga cukup tinggi, tapi juga LSL cukup meningkat atau terjadi peningkatan," kata Setyarini.
Sementara itu, Sifilis juga kembali ramai menjadi perbincangan publik. Sifilis menjadi penyakit menular seksual yang viral diperbincangkan di TikTok. Salah satunya adalah sebuah video yang berasal dari akun @dokteramiraobgyn yang menceritakan ada perempuan berusia 17 tahun yang mengalami sifilis dalam kehamilan.
"Yang menyedihkan dalam kehamilan ini setelah kita periksa, pasiennya terdapat sifilis reaktif atau hamil dengan sifilis. Ini kasusnya tengah meningkat pesat di Indonesia," ujar @dokteramiraobgyn yang videonya viral di TikTok, dikutip Jumat (26/5/2023).
Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), dalam keterangan terbarunya, sepanjang 5 tahun terakhir, terjadi peningkatan dari 12.000 kasus ke lebih dari 20.000 kasus sifilis di Indonesia.
Mirisnya, kebanyakan dari penderita sifilis adalah ibu hamil yang ditularkan dari suami. Sebanyak 25% ibu hamil dengan penderita sifilis di Indonesia sedang dalam pengobatan. Sisanya, sebanyak 75% ibu hamil yang terinfeksi masih belum mendapatkan pengobatan karena malu.
Baca Juga: Kolaborasi Yogyakarta Royal Orchestra dengan British Army Band Colchester
Di Yogyakarta sendiri, menurut Setyarini, meski akses pemeriksaan penyakit infeksi menular seksual (IMS) termasuk sifilis telah disediakan, namun tingkat kesadaran untuk mengakses layanan masih rendah.
Hal itu berdasarkan data Dinkes DIY sejak 2020, yakni dari 67 kasus sifilis, yang diobati baru 43 orang atau 64%, berikutnya dari 141 kasus pada 2021 yang diobati baru 83 orang atau 58%, dan dari 333 kasus pada 2022 yang diobati baru 105 orang atau 31%.
Sedangkan pada triwulan pertama 2023, dari 89 kasus sifilis, yang mendapat pengobatan baru 26 orang atau 29%, sebagaimana dilansir dari Antara.
"Dari populasi (penderita sifilis) yang ditemukan sekian itu, yang berobat baru sekian persen. Mungkin karena namanya kena sifilis ini, ada rasa malu (berobat)," kata dia.
Menurut dia, masih rendahnya kesadaran memeriksakan diri menjadi kendala Dinkes DIY untuk menangani penyakit ini.
Karena itu, ia mengimbau para penderita sifilis agar tidak malu berobat karena penyakit yang dipicu bakteri treponema pallidum itu bisa diobati. "Bisa diobati dan obatnya disediakan pemerintah," kata dia.
Berdasarkan jenis kelamin, kata Setyarini, kasus sifilis di DIY lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding perempuan dengan didominasi usia 25-49 tahun. Sementara berdasarkan faktor risiko, kasus itu didominasi kelompok lelaki seks lelaki (LSL). (IRN)
Baca Juga: Soal "Politik Dinasti" di DIY, Kaesang Persilakan Ade Armando dan Kader yang Tidak Taat Keluar PSI
sifilis raja singa penyakit seksual menular pms hiv obgyn penyakit kelamin dinas kesehatan yogyakarta
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...