CARITAU JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengkonfirmasi kasus sifilis atau penyakit raja singa di Indonesia cukup tinggi. Kasus penularan sifilis tahun 2023 meningkat dibandingkan sebelumnya.
Dikutip dari akun instagram Kemenkes disebutkan, pada 2018, kasus sifilis tercatat mencapai total 12.484 kasus. Jumlah ini terus mengalami peningkatan dan menjadi 20.783 kasus pada 2022. Dari 12 ribu, menjadi hampir 21 ribu kasus, dengan penambahan rata-rata per tahun mencapai 17-20 ribu kasus.
Baca Juga: Data Kemenkes: 57 Petugas Pemilu Meninggal per 17 Februari, Mayoritas Berusia di Atas 50 Tahun
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr Muhammad Syahril menyebut mayoritas yang rentan terhadap penyakit ini adalah ibu rumah tangga dan anak. Sifilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anak yang belum lahir.
Syahril menjelaskan, sifilis atau penyakit raja singa adalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri. Penyebab sifilis adalah bakteri yang bernama Treponema pallidum.
Luka yang tidak nyeri, biasanya pada alat kelamin, rektum atau mulut. Namun, kondisi ini dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak kulit atau selaput lendir dari luka ini.
Setelah infeksi awal, bakteri sifilis dapat tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa dekade sebelum menjadi aktif kembali.
Jika didiagnosis dengan cepat, penyakit ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotik. Tanpa pengobatan, penyakit yang juga dikenal dengan sebutan penyakit raja singa ini dapat merusak jantung, otak atau organ lain, dan dapat mengancam jiwa.
Cara paling umum penyebarannya adalah melalui kontak dengan luka orang yang terinfeksi selama aktivitas seksual. Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau lecet pada kulit atau selaput lendir.
Sifilis menular selama tahap primer dan sekunder, dan kadang-kadang pada awal periode laten.
Pada kasus yang lebih jarang, kondisi ini dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi aktif, seperti saat berciuman.
Ini juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya selama kehamilan atau persalinan.
Untuk menekan angka penderita, anda perlu melakukan serangkaian skrining dan pengobatan penyakit sifilis.
Berikut ulasan mengenai pengobatan penyakit sifilis beserta penyebab dan gejalanya yang telah dirangkum.
Pengobatan sifilis
Sifilis primer dan sekunder mudah diobati dengan suntikan penisilin. Orang yang alergi terhadap penisilin kemungkinan akan diobati dengan antibiotik yang berbeda, seperti doksisiklin atau seftriakson. Jika pasien menderita neurosifilis, ia akan mendapatkan penisilin dosis harian secara intravena.
Pengobatan ini akan sering membutuhkan rawat inap singkat di rumah sakit.
Kerusakan yang disebabkan oleh sifilis lanjut tidak dapat dipulihkan. Bakteri dapat dibunuh, tetapi pengobatan kemungkinan besar akan fokus pada pengurangan rasa sakit dan ketidaknyamanan.
Selama perawatan, pastikan untuk menghindari kontak seksual sampai semua luka di tubuh sembuh dan dokter menyatakan bahwa aman untuk melanjutkan aktivitas seksual.
Pengobatan sifilis mungkin menimbulkan efek samping jangka pendek berupa Reaksi Jarisch-Herxheimer (JHR).
Kurang dari 30 persen penderita sifilis primer atau sekunder mengalami gejala JHR dalam waktu 24 jam pengobatan.
JHR merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan gejala sementara yang berkisar dari sangat ringan hingga parah, seperti:
- Demam
- Panas dingin
- Ruam kulit
- Gejala gastrointestinal, seperti mual dan muntah
- Sakit kepala
- Nyeri sendi atau nyeri otot
- Gejala JHR biasanya menghilang dalam beberapa jam.
Penyebab Sifilis
Masih melansir dari laman Kemkes, sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum yang berbentuk spiral.
Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil, lecet, ruam pada kulit, atau melalui selaput lendir, yaitu jaringan dalam mulut atau kelamin.
Sifilis lebih banyak menular akibat berhubungan seksual dengan penderita infeksi ini.
Selain hubungan seksual, penyebaran bisa terjadi melalui kontak fisik dengan luka di tubuh penderita, atau menular dari ibu ke janin saat kehamilan atau persalinan.
Beberapa kondisi yang membuat seseorang berisiko tertular yaitu :
1. Bergonta-ganti pasangan seksual, contohnya menjalani hubungan poliamori;
2. Berhubungan seksual tanpa kondom;
3. Memiliki pasangan seksual penderita sifilis;
4. Memiliki orientasi seksual lelaki seks lelaki;
5. Positif terinfeksi HIV. (DID)
Baca Juga: Soal Pasien Anak Meninggal Akibat Malapraktik di Bekasi, Kemenkes Minta RS Terkait Lakukan Kajian
sifilis penyakit sifilis sifilis pada wanita penyakit kelamin go kemenkes
94jmzu
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...