CARITAU MAKASSAR – Jangan kejar uangnya, tapi kejar hikmahnya. Prinsip bisnis inilah yang terus tertanam di sanubari H Nasrullah Nawir (47), pemilik Warkop Dg Anas, salah satu warung kopi atau warkop yang ramai pengunjung di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang omsetnya ratusan juta rupiah per bulan.
H Nasrullah Nawir kelahiran Ujung Pandang 23 September 1974 itu memang lebih akrab dipanggil Haji Anas atau Daeng Anas.
Baca Juga: Si Jago Merah Hanguskan Enam Rumah di Makassar
Kini Dg Anas sukses mendulang omset hampir Rp10 juta setiap hari dari menjajakan kopi kepada para penikmat si pahit yang
tak henti berdatangan ke Warkop Dg Anas.
Namun sukses Dg Anas ternyata tak diperoleh dengan mulus. Jatuh bangun berbisnis warung kopi sudah dia rasakan sejak 1982, saat membantu Gani kakeknya berjualan kopi. Dg Anas sendiri merupakan turunan keempat yang melakoni usaha membuka warung kopi.
"Konsumen kami saat itu masih sopir pete-pete (angkot), tukang becak, jemaah masjid dan tetangga. Di era 1982 itu kami buka usaha di Jalan Bandang hingga 1989," kata Dg Anas membuka kisahnya kepada Caritau.com.
Berjalan tujuh tahun, bisnis sempat terhenti pada 1989 karena pemilik bangunan memilih tidak memperpanjang kontrak tempat kakek Dg Anas.
"Pada tahun 1989 usaha kami itu sempat diambil alih pemilik lokasi karena mungkin konsumen sudah ramai dan pemilik bangunan juga kepingin usaha warkop," ungkapnya.
Setelah itu usaha warkop sempat vakum hingga 1992. Namun tak ingin menutup buku usaha warkop, kakek Gani kemudian mencari tempat usaha baru hingga menemukan lokasi di daerah Daya dan kembali merintis warkop.
"Tahun 1992 itu para pelanggan sudah berbeda, sudah banyak pegawai Damri, PNS, angkatan udara, darat, atau kepolisian," katanya.
Seiring berjalannya waktu dan warkop mulai menggeliat, Dg Anas yang masih berstatus membantu kakek dan orang tuanya, mulai berpikir untuk membuat warkop milik sendiri dan berusaha keluar dari zona nyaman.
"Hingga akhirnya di tahun 2001 saya mulai berpikir untuk membuat usaha sendiri. Mandiri sendiri dari keluarga," jelasnya.
Warkop Sumber Daya
Dg Anas kemudian merintis warkop sendiri yang diberi nama Warkop Sumber Daya di bilangan Jalan AP Pettarani, menempati sebuah bangunan sederhana.
"Bangunannya bisa disebut gubuk kecil. Di situlah kami merasakan suka dukanya merintis warkop sendiri yang sifatnya betul-betul mandiri. Usaha kami jalankan sendiri tidak ikut orang tua. Kami mencoba mencari nafkah sendiri," kisah Dg Anas.
Warkop Sumber Daya benar-benar berangkat dari nol karena para pelanggan warkop milik orang tuanya tak serta merta menjadi pelanggannya.
"Kami mencari konsumen dari satu menjadi dua, dua menjadi tiga dan seterusnya," jelasnya.
Harga secangkir kopi yang dijajakan waktu itu masih Rp2.500.
Baru berjalan dua tahun, tepatnya 2003, bangunan yang disewa bermasalah karena peselisihan ahli waris pemilik.
Pada 2004, Dg Anas memperoleh tempat usaha baru di bilangan Pelita, tepatnya di Jalan Faisal.
"Pada 2004 masih melekat nama warkop di Pettarani, yakni Warkop Sumber Daya. Pada tahun 2005, mulai ada beberapa wartawan yang sering berkunjung. Kami kemduian sering dipublikasikan baik secara langsung maupun tidak langsung, maksudnya kami kadang diwawancarai, atau warkop kami dijadikan tempat wawancara atau jumpa pers," ungkapnya.
Dampak diberitakan, pengunjung warkop makin ramai berdatangan dan dari kalangan beragam. Bahkan munculnya nama Warkop Dg Anas juga berkah dari pemberitaan media.
"Muncul nama Warkop Dg Anas setelah kami diberitakan bahwa Warkop Sumber Daya menjadi Warkop Dg Anas yang identik dengan nama saya sebagai pemilik," ungkapnya tertawa.
Munculnya nama Warkop Dg Anas rupanya ada keterlibatan Azis Malla, pengacara kondang Makassar yang kebetulan salah satu pelanggan fanatik.
"Almarhum inilah yang mengganti nama Warkop Sumber Daya. Awalnya saat diwawancara, beliau tiba-tiba menyebut nama Warkop Dg Anas," jelasnya.
Pada 2008 saat pelanggan kian ramai, Dg Anas pun mulai membuka
cabang baru di bilangan Jalan Faisal.
Terimbas Badai Pandemi
Pada 2020 saat bisnis Warkop Dg Anas sudah mapan, ternyata sempat goyang terdampak badai pandemi Covid-19 karena omset dan keuntungan turun drastis terimbas aturan PSBB dan PPKM.
“Di masa pandemi kami sempat merasakan tidak ada berpenghasilan, karena karena adanya aturan warkop harus tutup untuk menghindari penyebaran Covid-19. Dan aturan pemerintah kami ikuti dan taati," ujarnya.
Bahkan kemudian, Warkop Dg Anas di Pelita disatukan dengan Warkop Dg Anas di Faisal.
“Kami kepingin fokus di satu tempat saja supaya tidak terlalu capek bolak balik dari Jalan Faisal ke Jalan Pelita. Akhirnya kami putuskan disatukan di Warkop Dg Anas Faisal," jelasnya.
Saat pandemi itu, Dg Anas terus memutar otak agar kopinya tetap bisa dinikmati pelanggan.
"Kami mencari alternatif dan mencoba membuat Kopi Botol yang dapat dinikmati konsumen di rumah. Inilah yang membuat kami kembali mendapat penghasilan untuk makan minum keluarga dan kehidupan sehari-hari," tambahnya.
Kopi Botol ternyata disukai para konsumen yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan cita rasa kopi Dg Anas.
"Alhamdulillah akhrinya banyak yang minta. Walaupun lebih mahal karena ada biaya ongkir melalui Grab atau Gojek, namun ternyata tidak jadi masalah bagi pelanggan agar tetap dapat menikmati kopi kami," tambahnya.
Pasca lebaran Idul Adha 2021, saat aturan pemerintah yang mulai dilonggarkan. Warkop Dg Anas bebenah diri agar lebih nyaman bagi para penikmat kopi dengan melakukan renovasi bangunan bernuansa klasik dan modern.
Cita Rasa Tak Berubah
Dg Anas bercerita bahwa sampai saat ini cita rasa kopi racikan kakeknya terus dipertahankan dan justru itu yang membuat para pelanggan kecanduan.
"Kualitas rasa kopi kami pertahankan sampai saat ini. Sejak awal merintis sampai hari ini kopi tidak pernah berubah," jelasnya.
Hal yang menarik, cita rasa kopi Warkop Dg Anas bukan dari jenis kopinya, melainkan dari cara meracik dan menyajikan yang membuatnya langgeng.
"Dipengaruhi campuran kopi dan pola masak yang tidak sama dengan warkop lain," ungkapnya
Saat awal merintis warkop milik sendiri pada 2021, keuntungan awalnya sangatlah minim sekitar Rp3 ribu – Rp 5 ribu per hari.
"Itu masih ada notanya sehingga sampai sekarang tidak bisa lupa. Setelah 2,5 tahun mulai ada perubahan sedikit dan pada 2003 sudah bisa mencapai Rp300 ribu - Rp500 ribu penghasilan kotor per hari," jelasnya.
Harga secangkir kopi pun berubah seiring perjalanan waktu, mulai dari Rp2.500 menjadi Rp5.000, Rp7.000, hingga saat ini Rp13.000.
Sehari Hampir Rp10 Juta
Lalu berapa omset saat harga Rp13 ribu?
"Omset kotor yang kami dapat sebelum pandemi bisa mencapi Rp4 juta - Rp5 juta per hari. Di saat pandemi berkurang karena tidak ada konsumen. Setelah ramadhan 2021 dan pembatasan mulai berkurang, sekarang sudah melebihi itu," jelasnya lagi.
Jadi berapa omset saat ini?
Dg Anas tertawa dan tak ingin menyebutkan nominal pastinya.
"Hahahaha…, ya mendekati Rp10 juta per hari lah. Jadi per bulan itu kita hitungmi (anda hitung) sendiri berapa omsetnya," kata Dg Anas tergelak.
Dan penghasilan itu lebih dari cukup untuk menghidupi istrinya Kasmidar Cudding serta lima anak, yakni Rifka Kalsum, Muhammad Rafli, Aqiqah Nurul Fatimah, Narjwa Kurnia dan Marhama Ainun Mutahharah.
Meski kini warkopnya sudah berbuah lebat, Dg Anas mengaku terus mmegang prinsip bisnis yang diajarkan kakek dan orang tuanya, yakni jangan kejar uangnya, tapi kejar hikmahnya.
"Artinya kalau kita bisa sajikan secangkir kopi kepada pelanggan, itu berarti kita sudah harus merasa bersyukur karena dia sudah bisa minum," ujarnya.
Hikmahnya adalah membantu menghilangkan rasa dahaga orang dengan minum kopi, termasuk menghilangkan rasa laparnya ketika mereka makan kue-kue tradisional yang disajikan.
"Soal biaya dan harga yang ingin dia bayar, itu masih urutan ketiga. Itu pesan orang tua kami. Itulah prinsip kami ke konsumen bahwa jangan takut minum kopi di Dg Anas. Tidak ada uang atau ada uang, bukan ukuran bagi kami," katanya.
Kue-kue tradisional yang disajikan di Warkop Dg Anas buatan orang tuanya.
"Sampai hari ini yang membuat kue masih orang tua kami, adik-adik kami, kakak kami, serta beberapa tetangga yang kami rangkul untuk mendapatkan penghasilan sehari-sehari," jelasnya.
Pada akhirnya, Dg Anas berpesan kepada generasi muda yang ingin menekuni bisnis warkop, harus memiliki prinsip kuat dan terus fokus dalam menjalankan usaha, serta terus berpikir untuk pengembangannya..
“Kalau ada kalangan anak muda ingin buat usaha warkop seperti ini, harus punya prinsip dan fokus. Tidak ada kata coba-coba. Kami pegang prinsip dan tidak pernah surut. Kalau tidak ada prinsip, menjalankan warkop agak berat karena pasti perjalananya tak bakal mulus sesuai harapan,” pungkasnya.(Kheky Dompea)
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...