CARITAU JAKARTA – Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza menyoroti soal pernyataan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang ingin turun gunung menjelang kontestasi Pemilu 2024 mendatang. 

Efriza mengartikan keinginan SBY untuk turun gunung itu sebagai bentuk pesimimisme atau ketidakpercayaan dirinya kepada AHY dalam memimpin partai yang kini telah berusia 21 tahun itu. 

Baca Juga: Prihatin Demokrasi Terkoyak Intervensi Penguasa, Guru Besar UI Ajak Civitas Tabuh Genderang Perlawanan

"Artinya SBY itu merasa AHY tidak kapabel, jika sendirian. Ini bisa jadi indikasi, AHY tidak bisa terlalu diterima ketua-ketua umum dari senior-senior partai lain, tanpa adanya SBY," kata Efriza kepada wartawan, Senin (19/9/2022).

Selain itu, menurut Efriza, narasi turun gunung yang diutarakan SBY itu dapat juga diartikan sebagai upaya dirinya dalam membenahi situasi internal di Partai Demokrat. 

Alasannya, menurut dia sosok SBY juga masih cukup kuat dan sangat disegani di internal Partai Demokrat. Tidak hanya itu saja, para petinggi di Demokrat pun sangat patuh terhadap SBY.

"AHY sebagai Ketum masih lemah kepemimpinannya. Indikasinya pada pertemuan dengan Surya Paloh (Ketum Nasdem), AHY perlu didampingi SBY," katanya.

Pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Bung Karno (UBK) itu menilai, sejauh ini partai Demokrat tidak bisa dilepaskan dari persepsi sebagai trah partai keluarga. Oleh karenanya, mau tidak mau partai Demokrat tetap menjalankan roda organisasinya dengan cara gotong royong. 

Selain itu, menurut Efriza partai Demokrat tanpa adanya peran SBY tidak dapat berbuat apa-apa dalam mengikuti ritme konstelasi politik 2024. 

"Tanpa SBY tidak bisa berbuat apa-apa dan turun gunung itu bisa saja ingin menyatakan bahwa AHY ini di back up," katanya. 

Efriza menuturkan, jika kondisinya itu terjadi, akan merepresentasikan bahwa AHY sejauh ini belum dapat memimpin Partai Demokrat dengan tangannya sendiri. 

"AHY tidak bisa sendiri sebenarnya malah bentuk ketidakmandirian, dan bentuk intervensi pembina ke ketua umum secara tidak langsung," tandas Efriza. (GIB)

Baca Juga: Dosen Fisip Kalsel: Singgung Dana Alutsista Rp700 T, Penampilan Anies Terkesan Cari Panggung