CARITAU YOGYAKARTA – Malam Ahad di penghujung tahun 2020, kami berkesempatan sowan (berkunjung -red) ke kediaman KH Mashudi Wajak Malang. Beliau adalah salah satu murid Hadratus Syekh Hasyim As'ary yang masih sugeng (hidup) di era milenial ini.
Dalam kesempatan sowan kami, perbincangan mengalir seperti biasa layaknya santri sowan pada gurunya. Namun, yang membuat kami terkesimak saat itu adalah ketika beliau bercerita tentang perjalanan mendampingi Hadratus Syekh melawat ke beberapa negara.
Baca Juga: Gibran Sebut Mahfud 'Ngambek' karena Diberikan Pertanyaan Sulit di Debat Cawapres
Di sela-sela cerita, beliau memberikan nasihat kepada kami yang langsung beliau dengar dari Hadratus Syekh. "Gus niki sampean cepengi sak sampunipun kemerdekaan samangke perjuangan poro kyai niku dos pundi waget ndadosaken penerus perjuangan pendahulunipun, kanti dos pundi, generasi samangke dados penerus ingkang sholeh-sholihah lan tetap nyebar aken kedamaian wonten telatah nuswantoro niki," kata beliau.
Jika diartikan pesan beliau adalah seperti ini; "Gus hal ini kamu pegang, setelah kemerdekaan itu perjuangan para kyai adalah bagaimana mencetak generasi penerus perjuangan ini, bagaimana generasi ini menjadi generasi yang sholeh-sholehah dan selalu menyebar kedamaian antar sesama di bumi nusantara."
Inilah wejangan yang kami dapat dari seorang murid Hadratus Syekh Mbah Yai Hasyim As'ary.
Dalam kaitannya dengan peringatan hari santri yang jatuh pada 22 oktober 2022, Penulis selalu teringat dengan cerita panjang Kyai Mashudi, bagaimana para pejuang dulu di bawah komando Hadratus Syekh luar biasa mempertahankan negara yang baru saja merdeka.
Artinya dulu sebelum merdeka sampai paruh awal kemerdekaan, begitu pentingnya dan begitu diperhitungkannya para kyai dan kaum santri saat itu, bahkan mampu mendominasi mau dikemanakannya arah bangsa ini tidak lepas dari tangan dingin para kyai saat itu.
Terbukti sampai Soekarno meminta fatwa pada Hadratus Syekh tentang bagaimana hukumnya bela negara, hingga munculnya resolusi jihad pada tgl 22 Oktober 1945. Betapa dahsatnya Penulis bayangkan perjuangan para kyai dan kaum santri pada waktu itu, dengan harapan agar para generasi penerusnya mendapatkan kemerdekaan yang seutuhnya dan menikmati kehidupan yang sejahtera di negaranya sendiri.
Namun apa yang didapatkan kaum santri (sarungan) selama 77 tahun bangsa ini merdeka? Dari masa kepemimpinan Soekarno sampai penguasa orde baru hingga sampai masa reformasi, kaum sarungan tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi nahkoda utama di negeri ini.
Pernah sosok dari kaum santri menjadi nahkoda utama negri ini yaitu Presiden Abdurrahman Wahid, namun belum juga beliau menjalankan tugas-tugasnya dengan optimal, beliau sudah dilengserkan.
Hingga sampai saat ini kaum santri hanya diposisikan sebagai second line, sementara negeri ini akan terus menerus seperti ini dalam pengertian jauh dari keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, bagaimana cita cita luhur itu akan terealisikan di negeri ini, sementara kita tahu oligarki mencengkaram kuat pada pengendali negeri ini baik dalam lembaga eksekutif, legeslatif dan yudikatif.
Oleh karenanya menurut hemat penulis, saat ini di mana Hari Santri diperingati juga bersamaan dengan seratus abadnya tokoh resolusi jihad mendirikan sebuah ormas yang dikenal dengan Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus sebagai wadah pergerakan, kaum sarungan (santri) harus berani lagi untuk memegang kendali kepemimpinan nasional saat ini.
Perjuangan ini menurut penulis hanya bisa dilakukan melalui sayap sayap politik NU. Sayap-sayap politik NU ini tak lain hanyalah Partai Kebangkita Bangsa (PKB) dan Partai Parsatuan Pembangunan (PPP), maka penting kiranya NU saat ini harus bisa mensinergikan kedua partai tersebut untuk mendorong munculnya tokoh nomor satu di negeri ini dari kaum santri pada Pemilu 2024 mendatang.
Sebab kalo tidak sekarang mau kapan lagi? Dan jangan berharap bahwa akan adanya pemberian dalam soal kepemimpinan nasional ini. Butuh sebuah usaha keras dari kaum santri untuk mewujudkan cita-cita luhur para pendahulunya, dalam hal ini adalah masyarakat yang agamis nasionalis yang menjaga persatuan kesatuan negeri ini dan menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyatnya.
Penulis: KH Fahmi Basya Lc (Pemimpin Pondok Pesantren Al Falahiyyah Mlangi Sleman DIY)
hari santri 2022 kepemimpinan kaum santri pemilu 2024 pilpres 2024 kh abdurrahman wahid
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...