CARITAU MAKASSAR - Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Ali Armunanto menyebutkan, Paslon nomor urut 02, Prabowo Subianto berpotensi menang telak di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).
Bukan tanpa alasan, pergerakan tim kaolisi hingga relawan di Sulsel dinilai sangat masif.
Baca Juga: Hasil Rekapitulasi KPU Bantaeng dan Enrekang: Prabowo-Gibran Unggul, Ganjar-Mahfud Paling Buncit
Terlebih lagi jika Sulsel dijadikan sebagai indikator untuk daerah lain maka kemungkinan besar pemilu tersebut akan berlangsung satu putaran saja.
"Bisa jadi potensi untuk satu putaran, itu bisa jadi kalau kita presentasikan 60-70% dengan kondisi saat ini. Saya melihat ada banyak faktor yang bisa membuat pemilih ini hanya satu putaran saja," ungkap Ali Armunanto.
Ali menyebut kubu Paslon 01 melakukan blunder dengan menggalakkan Pilpresn dua putaran dan merasa dicurangi.
Bahkan, ia menyebut dengan adanya penggalangan dukungan untuk Pilpres putaran kedua justru akan mengurangi partisipasi pemilih.
"Pertama adalah angka partisipasi, dan saya rasa disini relawan AMIN melakukan blunder besar karena mengkampanyekan pemilu mereka akan dicurangi. Kenapa saya bilang itu akan blunder besar jika mengkampanyekan pemilu dicurangi, sekarang kita lihat survei Prabowo sudah tembus 40," jelasnya.
Jika hal tersebut berlanjut, kata Ali, para pemilih dari pasangan nomor urut 1 itu tidak akan datang untuk memilih (golput) karena sudah lebih dahulu merasa dicurangi.
"Sehingga partisipasi dari pemilihan AMIN menurun, partisipasi politik dari orang-orang yang non partisan menurun dan persentase suara akan meningkat," ujarnya.
Ali memberi contoh seperti pemilih yang ada saat ini berjumlah 150 juta jiwa dan presentasi dari Prabowo Subianto berada di angka 40%.
Hal itu jauh berbeda dengan presentasi dari pasangan AMIN yang berada pada angka kurang lebih 20% saja.
"Kalau yang datang hanya 100 juta pemilih maka 40% itu bisa berkembang jadi 50 atau 60%. Itu saya rasa kubuh AMIN sendiri yang bisa memicu perputaran,"
Faktor kedua adalah masifnya pergerakan dari kubu-kubu lainnya yang hanya menginginkan satu putaran.
"Jadi ada banyak faktor suprastruktur yang digunakak untuk menggerakkan calon-calon tertentu lalu pesimisme yang dikembangkan kelompok Anies terhadap pemilu dan gerakan masif Prabowo sendiri," jelasnya. (KEK)
Baca Juga: Prabowo Temui SBY di Pacitan, Pengamat: Bahas Kabinet
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...