CARITAU MILAN – Badai Virus Corona varian Omicron di benua Eropa semakin menjadi. Ratusan ribu kasus harian terjadi dan masih terus bertambah. Mengendornya pembatasan pergerakan orang di sana menjadi salah satu penyebab.
Ditambah lagi kemampuan menular Omicron yang lebih tinggi ketimbang varian Delta, membuat penambahan kasus semakin tinggi dari hari ke hari. Faktor penerapan protokol kesehatan di Eropa juga ikut jadi biang keladi. Di sana, banyak yang sudah abai prokes dan tidak lagi memakai masker.
Akibatnya beberapa negara di Eropa mengalami kenaikan jumlah kasus harian yang sangat tinggi. Italia melaporkan rekor 220.532 kasus baru COVID-19 dan 294 kematian akibat infeksi virus corona pada Selasa (11/1/2022), menurut kementerian kesehatan negara itu.
Baca Juga: Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro Diduga Palsukan Data Vaksinasi COVID-19
Sementara itu di Turki, meski tak setinggi Italia, namun tetap mencatatkan rekor kasus harian tertinggi selama pandemi yaitu 74.266 kasus baru COVID-19 dalam sehari, menurut data kementerian kesehatan Turki pada Selasa (11/1).
Lonjakan kasus COVID-19 itu mendorong menteri kesehatan Turki Fahrettin Koca untuk memperingatkan warga tentang bahaya yang ditimbulkan oleh virus corona varian Omicron.
"Ketika jumlah kasus varian Omicron menjadi dominan, Omicron akan menjadi sumber bahaya bagi mereka yang berada dalam kelompok berisiko dan dapat menyebabkan kematian di antara orang tua dan orang yang sakit kronis," kata Menteri Kesehatan Fahrettin Koca pada laman Twitter.
Data kementerian kesehatan Turki mencatat 137 kematian terkait virus corona pada hari yang sama (Selasa, 11/1). Pada akhir Desember 2021, kasus harian COVID-19 di Turki mencapai sekitar 20.000 orang.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa mengatakan COVID-19 varian Omicron bakal menginfeksi lebih dari separuh warga Eropa, tetapi mereka memperingatkan sebaiknya jangan dulu menganggap COVID-19 sebagai penyakit endemis seperti flu.
Eropa mencatat lebih dari 7 juta kasus baru pada pekan pertama 2022, dua kali lipat lebih dari periode dua pekan, kata direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge saat konferensi pers.
"Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen populasi di kawasan tersebut akan terinfeksi Omicron dalam 6-8 pekan ke depan," kata Kluge, merujuk pada pusat penelitian di Universitas Washington seperti dilansir Antara.
Sebanyak 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah melaporkan kasus varian yang lebih menular tersebut, katanya.
Namun, muncul bukti bahwa Omicron memengaruhi saluran pernapasan atas ketimbang paru-paru, sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan dari varian sebelumnya.
Prancis Nyaris 400 Ribu Kasus
Keadaan lebih gawat lagi terjadi di Prancis yang pada Selasa (11/1) melaporkan 368.149 kasus virus corona baru, yang merupakan jumlah kasus harian tertinggi dalam pendataan selama pandemi di negara itu.
Jumlah kasus harian COVID-19 tertinggi sebelumnya mencapai 332.252 kasus yang ditetapkan pada 5 Januari.
Sejak saat itu, Prancis telah mencatat kasus harian COVID-19 di atas 300.000 pada dua hari lainnya, dan Omicron yang bersifat sangat menular telah menjadi varian dominan dalam kasus infeksi virus corona di negara itu.
Rata-rata jumlah kasus baru COVID-19 per tujuh hari di Prancis naik menjadi lebih dari 280.000 kasus pada Selasa (11/1).
Pada pertengahan Januari 2022, pemerintah Prancis berencana untuk memperkenalkan kartu bukti vaksinasi yang akan mewajibkan status sudah divaksin bagi siapa saja yang ingin pergi ke restoran atau menghadiri acara di dalam ruangan.
Sampai saat ini, bukti vaksinasi atau hasil tes negatif COVID terbaru dianggap sudah cukup bagi warga di Prancis yang ingin menghadiri acara atau berkegiatan di dalam ruangan umum.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa mengatakan COVID-19 varian Omicron bakal menginfeksi lebih dari separuh warga Eropa, tetapi sebaiknya jangan dulu dianggap sebagai penyakit endemis seperti flu.
Eropa mencatat lebih dari 7 juta kasus baru pada pekan pertama 2022, dua kali lipat lebih dari periode dua pekan, kata direktur WHO untuk Eropa Hans Kluge saat konferensi pers.
"Pada tingkat ini, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen populasi di kawasan tersebut akan terinfeksi Omicron dalam 6-8 pekan ke depan," kata Kluge, merujuk pada pusat penelitian di Universitas Washington.
Sebanyak 50 dari 53 negara di Eropa dan Asia Tengah melaporkan kasus varian yang lebih menular tersebut, katanya.
Namun, muncul bukti bahwa Omicron memengaruhi saluran pernapasan atas ketimbang paru-paru, sehingga menyebabkan gejala yang lebih ringan dari varian sebelumnya. (DIM)
Baca Juga: Status Pandemi COVID-19 di Indonesia Resmi Dicabut, Jokowi Minta Masyarakat Tetap Hati-hati
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...