CARITAU TANAH BUMBU – Gelaran Batulicin Festival atau Batfest di Kabupaten Tanah Bumbu Kalsel telah menasional meskipun dihelat di ujung tenggara Pulau Kalimantan. Apalagi setelah Batfest 2022 sukses memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia) untuk bentang pijar terpanjang di Indonesia sejauh 1 kilometer.
Batfest yang digelar sejak 2019, 2022, dan 2023 (di mana 2020 dan 2021 vakum karena pandemi) merupakan cara Haji Isam, pemilik Jhonlin Group, untuk berbagi, menghibur, dan berbaur dengan masyarakat Tanah Bumbu dan Kalsel untuk bersama bergembira menyambut kedatangan tahun baru.
Di balik gebyar dan gemerlap setiap perhelatan Batfest dengan deretan artis nasional hingga lokal, ada sosok konseptor di belakang layar yang menterjemahkan segala keinginan dan harapan Haji Isam mewujud menjadi pertunjukan spektakuler namun tetap merakyat. Sosok itu tak lain Richy Petroza (44) yang kesehariannya menjadi Direktur Jhonlin Radio.
“Saya selalu berprinsip melakukan yang terbaik untuk menerjemahkan berbagai ide dan gagasan pimpinan. Segala sesuatu yang pada awalnya tampak tidak mungkin, ternyata alhamdulillah bisa diwujudkan sesuai harapan,” kata Richy yang lahir di kota kecil Minas (tempat pertama kali ditemukan minyak nasional), di Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Mengonsep Batfest yang tidak hanya menampilkan pertunjukan musik dan seni, tetapi juga melibatkan ratusan UMKM dan PKL dengan pengunjung yang mencapai ratusan ribu, tampaknya bukan hal yang tidak mungkin dilakukan oleh Richy yang alumni Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan pernah menjadi tim kreatif ‘Program 60 Minutes’ serta beberapa program lainnya di stasiun televisi Trans 7 di tahun 2009 itu.
Puluhan bocah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) terlihat menjejali ruang tunggu Jhonlin Radio yang terletak di Jhonlin Tower, di Batulicin. Mereka bercanda, berlari, atau berteriak menjelang live program ‘Soreram Apa Kata Bocil’ di studio radio yang mengudara di 88,2 FM. Beberapa guru dan ibu yang mendampingi terus berupaya menjaga agar mereka tetap tenang.
“Hati saya senang bisa melihat anak-anak usia dini, TK, dan SD bisa ikut siaran live di Jhonlin Radio. Itu kepuasan batin, bisa memberi kesempatan generasi dini kita berani mengekspresikan diri,” kata Richy yang telah menetap di Batulicin sejak 14 tahun silam.
Kepedulian ayah dari Radja Al Khaisan Petroza (11) itu tidak hanya buat anak-anak, tetapi juga kepada para perempuan. Sebuah program khusus untuk mengangkat kiprah kaum Hawa, yaitu ‘Dunia Perempuan’ digagasnya di Jhonlin Radio yang dirintisnya sejak 2012 silam.
Keyakinan Richy memberdayakan anak dan perempuan berbuah manis, saat KPID (Komisi Penyiaran Indonesia Daerah) menganugerahkan penghargaan terbaik KPID Kalsel Award 2014 buat Jhonlin Radio untuk program ‘Dunia Perempuan’ edisi ‘Pelopor Pendidikan di Desa Terpencil Pulau Burung’.
Motivasi untuk memberdayakan anak, perempuan, atau kelompok-kelompok lain yang termarjinalkan, sebenarnya sudah lama membuncah di dada Richy. Maklum saja, sejak masih duduk di bangku SMA di tanah kelahirannya, dia sudah aktif mengikuti berbagai aksi antikorupsi dan antinepotisme di Pekan Baru.
Selanjutnya begitu hijrah ke Yogyakarta untuk melanjutkan studi S-1 rentang 2000-2006, Richy semakin larut dengan berbagai komunitas aktivis sosial politik independen di Kota Gudeg.
Baca Juga: Bawaslu Tunggu Proses Hukum Ketujuh PPLN Kuala Lumpur
Sejatinya selain seorang aktivis pergerakan, darah seni ternyata juga mengalir deras di tubuhnya. Bermusik menjadi pilihan utama dengan genre underground untuk mengekspresikan jiwa perlawanannya terhadap kesewenang-wenangan dan ketidakadilan.
Saat kuliah, dia sudah dipercaya menjadi Ketua UKM (Unit Kegiatan Mahasiwa) Musik UMY. Sementara di luar kampus, Richy ikut mendirikan ‘Blame Division Newsletter’ yang merupakan label rekaman indie atau independen untuk mendobrak dominasi perusahan-perusahaan raksasa yang saat itu memonopoli.
Tak hanya itu, dia juga ikut membidani media ‘Youth Culture Yogyakarta’ dan ‘Youth Newsletter’ yang merupakan media propaganda untuk budaya alternatif dan kolektif. Masih ada pula ‘Berisik Newsletter’ yang diterbitkannya bersama aktivis lainnya di Yogyakarta pada periode 2003-2004.
Selain bermusik, Richy juga menulis cerpen, puisi, dan penulis lepas beberapa koran di Yogyakarta. Cerpen dan puisi karyanya pernah terbit dalam buku kumpulan cerpen ‘Lelah Untuk Entah’ dan buku kumpulan puisi ‘Anak Sapi Telanjang Makan Babi’ yang dirilis tahun 2006.
Selepas kuliah, Richy mencoba peruntungan ke Ibu Kota Jakarta. Berbekal berbagai aktivitas kreatifnya di Yogya, dia pun bergabung menjadi tim kreatif program ‘60 Minutes’ di Trans 7 pada tahun 2009.
Pada periode 2009-2010, dia menjadi Artist & Repertoire (A&R), Creative Production di label rekaman ‘Off the Records’ dan ‘Bravo Musik’ Jakarta.
Meski berjibaku di Ibu Kota, Richy ternyata tak pernah melupakan tanah kelahirannya. Dia sempat ikut mendirikan Paramuda Bertuah, sebuah komunitas kolektif untuk budaya alternatif di Pekan Baru pada tahun 2010.
Pada tahun 2010, Richy memutuskan untuk terbang ke Kalimantan, tepatnya Banjarmasin Kalimantan Selatan. Kemudian garis nasib ternyata membawanya ke Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, menjadi bagian dari Jhonlin Group, sebuah perusahaan penambangan swasta milik pengusaha pribumi, Haji Samsudin Andi Arsyad yang lebih dikenal sebagai Haji Isam.
Ketertarikannya dengan Jhonlin Group, salah satunya adalah kesempatan besar untuk melahirkan sebuah majalah internal dan radio yang kemudian diberi nama Jhonlin Magz (2011) dan Jhonlin Radio (2013). Dua bidang yang sejak awal memang menjadi kesukaannya karena kental dengan seni dan musik, juga aktivitas pemberdayaan dan advokasi masyarakat.
Selama di Tanah Bumbu, suami dari Paulina Cecilia itu tak hanya aktif mengelola majalah dan radio. Berawal dari memimpin liputan kegiatan Haji Isam yang penggemar berat dunia otomotif, Richy pun kemudian ikut menjadi Co-Founder ‘Jhonlin Racing Team’ (JRT). Tak hanya itu, dia juga menjadi Ketua Organizing Committee berbagai event offroad berskala Kalsel hingga nasional yang digelar di Batulicin, dan kota lainnya.
Di luar tugas kantor, Richy tetap aktif merangkul berbagai komunitas di Tanah Bumbu untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Dia ikut mendirikan ‘Ramadhan Ride’, komunitas motor Tanah Bumbu dengan kegiatan sosial membantu kaum dhuafa dan yatim piatu pada setiap bulan suci sejak tahun 2014.
Dia juga merangkul komunitas sepeda dengan menginisiasi ‘Soreride’ atau bersepeda sore hari sembari membersihkan ruang-ruang publik dari sampah. Sementara bagi generasi muda Tanah Bumbu, dia mendirikan ‘Batulicin Connection’ sebagai wadah kolektif untuk budaya alternatif.
“Tanah Bumbu itu sudah menjadi kampung saya. Saya justru lebih banyak berlebaran di Tanah Bumbu. Kalau pun mudik untuk sungkem ke keluarga, saya, isteri dan anak justru cepat merindukan Tanah Bumbu, suasananya juga orang-orangnya. Lebaran di tanah kelahiran tapi justru rindu Tanah Bumbu dan ingin segera pulang,” kata Richy sembari tertawa.
Selama di Tanah Bumbu, Richy ternyata tak bisa melepaskan aktivitasnya bermusik. Dia mendirikan grup musik bergenre punk-rock ‘Primitive Monkey Noose’ (PMN), nama yang terinspirasi Bekantan atau monyet berhidung panjang khas Kalsel.
Sebagai leader dan lead vocal, Richy memasukkan Panting atau alat musik petik khas Kalsel yang membuat PMN memiliki ciri khas tersendiri, selain lirik lagu yang menggunakan bahasa Banjar.
“Tidak sekedar bermusik. PMN menjadikan Panting sebagai ciri khas untuk melestarikan kearifan lokal Banjar. Dan alhamdulillah kami sudah berhasil membuat mini album dan bisa diterima masyarakat Kalsel dan bahkan nasional,” kata Richy yang berhasil meraih gelar S-2 Magister Ilmu Komunikasi dari Universitas Islam Kalimantan, Banjarmasin.
Pada tahun lalu, PMN melakukan Java Tour yang salah satunya tampil di hajatan musik nasional Synchronize Festival 2023 di Jakarta pada 1 September, selain manggung di Bandung. Mereka memperkenalkan single ‘Tuah Tanah Borneo’ sebagai lanjutan album mini perdana ‘Anthem of South Borneo’ yang dirilis Maret 2022.
Kedekatan Richy dengan banyak orang di Tanah Bumbu tampaknya bakal memengaruhi jalan hidupnya ke depan. Banyak teman, kolega, dan pimpinan yang kemudian mendorongnya agar berani maju untuk menjadi wakil rakyat, agar bisa semakin leluasa memperjuangkan berbagai kepentingan masyarakat.
Richy pun berlabuh ke Partai Amanat Nasional (PAN) dan maju menjadi caleg DPRD Kabupaten Tanah Bumbu dari Dapil 1 yang meliputi Kecamatan Simpang Empat tempatnya tinggal dan Kecamatan Batulicin.
Hal yang menarik, dia memilih menjadi caleg PAN nomor urut 11. Jika caleg lain berebut nomor 1 dan nomor kecil lainnya, Richy justru memilih angka 11.
“Nomor 11 itu murni pilihan saya. Anak saya umur 11 dan radio yang saya bangun umurnya juga 11 tahun di tahun ini. Jadi nomor 11 itu pilihan yang sangat sentimentil bagi saya,” katanya.
Meski menjadi caleg merupakan pengalaman pertama, Richy tetap optimis karena dia percaya diri dengan moto kampanyenya, ‘Apa adanya, bukan ada apanya’.
“Hal yang paling menyenangkan adalah hadir di tengah mereka, dan diberi kesempatan untuk dipercaya dapat memberikan harapan baru bagi mereka,” tegas Richy.
Kita doakan saja, semoga berbagai kebajikan yang telah ditanam Richy di Tanah Bumbu bakal membuatnya panen pada Pemilu 2024.(BIM)
Baca Juga: Pengancam Anies Baswedan Ditangkap, Mahfud MD Percaya Polisi Bisa Usut Tuntas
Richy Petroza pemilu 2024 caleg [New] Partai Amanat Nasional
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...