CARITAU JAKARTA - Merujuk informasi data dari Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP-BUMD) DKI Jakarta, diketahui pada tahun buku 2022 Perusahaan Perseroan Daerah (Perseroda) PT. Jakarta Propertindo (Jakpro) mengalami rugi usaha senilai Rp 280,28 miliar.
Dengan demikian maka boleh jadi gelaran Formula E pada 4 Juni 2022 di Ancol Jakarta Utara menjadi salah satu faktor penyebab rugi usaha tersebut. Alasan ini bisa jadi benar, sebab PT. Jakpro diperkirakan telah mengelontorkan dana untuk kegitan Formula E berkisar Rp540 miliar.
Baca Juga: Usulan Nama Belum Final, Presiden Jokowi Berwenang Tentukan Sosok Pj Gubernur DKI
Rincian biaya Rp540 miliar tersebut diperkirakan untuk alokasi belanja modal kegiatan Formula E berkisar sebesar Rp213 miliar. Lalu untuk alokasi belanja operasional diperkirakan mencapai Rp112 miliar, dan biaya commitment fee senilai Rp216 miliar.
Pengamat kebijakan publik, Sugiyanto Emik, untuk bisa menentukan faktor penyebab rugi usaha Perseroda PT. Jakpro, maka Pejabat (Pj) Gubernur Heru Budi Hartono dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta perlu cepat merespons masalah ini.
Disisi lain, lanjut dia, bila merujuk laporan keuangan atau audit sementara per 30 September 2022 yang disampaikan oleh Direktur Jakpro Gunung Kartiko dalam rapat Badan Anggaran DPRD DKI Jakarta pada Kamis, 3 November 2022, diketahui ada 5 hal penting tentang pendapatan dan beban usaha Formula E.
“Pertama soal pendapatan usaha kegiatan Formula E sebesar Rp137,34 miliar. Kedua, pendapatan lain-lain Rp2,1 miliar. Ketiga beban pokok pendapatan adalah Rp129,5 miliar,” kata SGY sapaan akrabnya, Rabu (17/5/2023).
Keempat, tambah dia, beban administrasi umum Rp1,89 miliar. Dan kelima, beban pajak final Rp1,56 miliar. “Artinya ada positif atau keuntungan dari kegitan Formula E sebesar kurang lebih Rp6,49 miliar,” tuturnya.
Akan tetapi, meskipun ada positif, namun menurutnya, PT. Jakpro tetap saja rugi. Artinya keuntungan yang bekisar senilai Rp6,49 miliar tak cukup untuk menambal rugi usaha PT. Jakpro pada tahun buku 2022 senilai Rp280,28 miliar.
Keuntungan ini, menurut SGY, masih jauh dari cukup untuk membayar atau menganti uang negara atau dana APBD DKI Jakarta untuk biaya commitment fee senilai Rp560 miliar.
Secara umum dana untuk pembiayan kegiatan Formula E berasal dari dua sumber. Sumber dana pertama dari uang negara atau APBD Pemprov DKI Jakarta tahun 2019 dan 2020 yaitu senilai Rp560 miliar.
“Dana ini digunakan untuk membayar biaya commitment fee untuk 3 kali kegiatan, yakni pada tahun 2022, 2023 dan atau tahun 2024,” ungkapnya.
SGY melanjutkan, bahwa sumber dana yang kedua dari modal perusahaan PT. Jakpro. Dalam hal ini PT. Jakpro menangung semua pembiayaan yang meliputi biaya studi kelayakan (feasibility study), pembuatan infrastuktuktur sirkuit, dan lainnya.
“Singkatnya semua biaya Formula E sejak awal persiapan hingga pelaksanaan adalah menjadi tanggungjawab Perseroda PT. Jakpro,” jelasnya.
Lebih lanjut, SGY mengatakan, Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 83 Tahun 2019 tentang Penugasan kepada PT. Jakpro dalam penyelenggaraan kegiatan Formula E yang menjelaskan tentang sumber dana.
Diantaranya sumber dana itu dari penyerataan modal daerah (PMD), modal PT. Jakpro, patungan PT. Jakpro dengan badan usaha lainnya, dan dari sumber lainnya.
Pergub penugasan PT. Jakpro untuk menyelenggarakan Formula E ini diterbitkan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
“Khusus biaya commitment fee, masih kurang Rp90 miliar. Sumber dananya tak lagi pakai APBD DKI melainkan dari PT. Jakpro,” katanya melanjutkan.
Dengan demikian total biaya commitment fee adalah senilai Rp650 miliar (Rp560 M+90 M). Artinya, kata dia, biaya commitment fee untuk satu kali kegiatan Formula E adalah senilai Rp216, 6 miliar.
“Terkait hal tersebut diatas, maka menjadi penting bila dikaitkan dengan penyelidikan dugaan korupsi Formula E yang tengah dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” beber SGY.
Atas pengunaan duit negara lewat APBD DKI Jakarta senilai Rp 560 miliar itu, tentunya wajib dipertanggung jawabkan. Bila terjadi kerugian negara maka harus diproses sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lebih jauh, SBY menyatakan bahwa meskipun kegiatan Formula E adalah Business to Business (B2B) namun dana negara dari APBD DKI Jakarta yang telah digunakan senilai Rp 560 miliar tetap wajib diperhitungkan.
Terlebih lagi, ungkap dia, bila Formula E adalah Busines to Govermment (B2G), maka wajib merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan Keolahragaan dan aturan lainnya.
Untuk diketahui bahwa 99,998 persen saham BUMD Perseroda PT. Jakpor adalah milik Pemprov DKI Jakarta, dan 0,002 persennya adalah milik Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Jaya. Sedangkan 100 persen saham Perumda Pasar adalah milik Pemprov DKI Jakarta.
Artinya BUMD Perseroda PT. Jakpro 100 persen sahamnya milik Pemprov DKI Jakarta, maka dapat dianggap PT. Jakpro adalah milik masyarakat Jakarta. Dengan demikian bila BUMD Perseroda PT. Jakpro mengalami rugi usaha maka juga menjadi kerugian bagi Pemprov DKI Jakarta dan masyarakat DKI Jakarta.
Dari sinilah pentingnya DPRD dan Pejabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk dapat segera merespons.
“Publik harus diberitahu tentang faktor penyebab rugi usaha dari BUMD Perseroda PT. Jakpro pada tahun buku 2022 senilai Rp 280,28 miliar, termasuk juga tentang solusinya,” tutupnya. (DID)
Baca Juga: Pemprov Diminta Lakukan Investigasi Soal Dugaan Pelanggaran SLF Gedung Kantor BPK DKI
formula e pt jakpro pemprov dki pj gubernur dki heru budi hartono dprd dki
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...