CARITAU NEW YORK – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Jumat (21/1/2022) menyatakan keyakinanya bahwa Rusia tidak akan menyerang Ukraina.
Pernyataan Guiterez diucapkan di tengah konflik perang urat saraf (psy wars) antara Rusia dan Ukraina yang eskalasi nya terus meningkat sampai saat ini. Demikian dilaporkan AFP seperti dilansir dari Antara, Sabtu (22/1/2022).
Baca Juga: Tim Ahli PBB Kecam Israel Hancurkan Sistem Pendidikan Palestina
Guterres sendiri mengetahui kondisi terakhir dimana saat ini Rusia tengah mengerahkan pasukannya ke bagian utara, selatan, dan timur wilayahnya.
"Saya yakin tidak akan terjadi (perang). Dan saya sangat berharap (keyakinan) ini benar," kata Guterres.
Setiap invasi dari satu negara ke negara lain, lanjut Guterres, merupakan pelanggaran hukum internasional. Karena itu ia menghimbau kedua negara untuk sama-sama menahan diri.
"Saya harap bahwa ini, tentunya, tidak akan terjadi dalam keadaan ini," kata Guterres.
Menurut Guterres, seharusnya dalam konteks ketegangan antara dua negara, baiknya mengedepankan diplomasi dan tidak menggunakan intervensi militer.
"Saya pikir diplomasi adalah cara untuk menyelesaikan masalah," kata Guterres.
Sekjen PBB itu menambahkan, pihaknya tidak mempertimbangkan untuk terlibat dalam diskusi antara diplomat Amerika Serikat (AS) dan Rusia yang berusaha meredakan konflik.
"Saat ini PBB belum menjadi bagian dari upaya negosiasi yang terkait dengan ketegangan di Ukraina," tuturnya.
Sampai saat ini, negosiasi mengenai Ukraina baru melibatkan AS-NATO di kubu yang sama dengan Rusia di kubu seberang. Guterres menegaskan bahwa PBB selalu siap untuk membantu menengahi pengurangan ketegangan di kawasan tersebut.
"Saya hanya percaya bahwa kita harus menemukan solusi diplomatik untuk menghindari konflik militer," pungkasnya.
Sementara itu, diberitakan sebelumnya, Amerika Serikat bersama sejumlah sekutunya di Eropa telah mewanti-wanti bahwa Rusia sedang menyiapkan tahapan untuk invasi ke Ukraina.
Rusia telah mengerahkan lebih dari 100.000 pasukan dan juga mengerahkan tank dan artileri yang jumlahnya signifikan di kawasan perbatasan dengan Ukraina.
Pemerintah Rusia menyangkal sedang mempersiapkan serangan militer. Pihaknya mengklaim, pengerahan pasukan beserta alutsista di wilayah perbatasan itu untuk menggelar latihan militer rutin.
Selain memobilisasi ke perbatasan, Rusia juga mengirim pasukannya ke negara sekutu Belarus, negara yang berada persis di utara Ukraina.
Kremlin, kantor presiden Rusia, mengklaim bahwa pasukannya di sana juga akan berpartisipasi dalam latihan militer. Selain itu, Moskow juga meningkatkan jumlah pasukannya di Krimea.
Diketahui pada tahun 2014, Rusia merebut Semenanjung Krimea di Ukraina dalam sebuah langkah yang tidak diakui secara internasional dan dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.
Pada saat itu, Moskow juga mulai mendukung kelompok separatis di Ukraina timur, kebijakan itu berjalan selama delapan tahun.
Menurut catatan PBB pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur telah menelan lebih dari 13.000 korban jiwa sejak 2014. (GIBS)
Baca Juga: Arab Kecam Ketidakmampuan DK PBB Keluarkan Resolusi Buat Negara Palestina
Kemenparekraf: Masih Banyak yang Rancu Wisata Hala...
Serang Petugas SPBU, Dua Pemuda Bersenjata Tajam D...
Sumber Mata Air di Pesisir Selatan
Sidang Dugaan Asusila Ketua KPU Hasyim Asy'ari Dij...
Jokowi Sebut Pencalonan Kaesang di Pilkada Kota Be...