CARITAU SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan alat diagnosis kesehatan elBicare Cough Analyzer yang dapat melakukan pemetaan penyakit menular Covid-19 melalui batuk berdasarkan suara paru-paru.
“Alat kesehatan ini mampu mendeteksi penderita Covid-19 tanpa harus melakukan kontak langsung,” kata Kepala Pusat Penelitian Internet of Things dan Teknologi Pertahanan ITS, Dr Dhany Arifianto ST MEng, Kamis (20/1/2022).
Baca Juga: Bambang Pramujati Resmi jadi Rektor ITS 2024-2029
Menurutnya, elBicare Cough Analyzer yang diimplementasikan di rumah sakit bisa memberikan perlindungan awal bagi tenaga kesehatan yang rentan tertular Covid-19 dari pasien.
“Inovasi ini tak hanya dikembangkan untuk menangani pandemi saat ini, namun juga ditujukan untuk penyakit pernapasan yang menular lainnya,” ujar dosen Departemen Teknik Fisika ITS ini.
Dhany menjelaskan bahwa elBicare Cough Analyzer dilengkapi dengan mikrofon bersensor tipis dan kecil yang berguna untuk menangkap suara di sekitar alat.
Suara yang masuk selanjutnya akan dianalisis, apakah termasuk suara batuk atau bukan oleh algoritma pada prosesor alat yang telah dirangkai tim peneliti.
“Daya jangkau tangkapan suara oleh alat ini mencapai 10 meter,” tambah Dhany.
Suara batuk akan diklasifikasikan lagi ke dalam dua kategori, yaitu batuk yang terindikasi Covid-19 dan non Covid-19. Batuk yang dikategorikan sebagai batuk non Covid-19 pun akan dideteksi lagi penyebabnya, misalnya batuk normal, batuk gejala tuberkulosis (TBC), bronkitis, dan gejala lainnya.
“Pengelompokan ini didasarkan pada penyesuaian frekuensi, amplitudo, dan komponen harmonik suara paru-paru,” papar lelaki yang melanjutkan studi magister dan doktoralnya di Tokyo Institute of Technology, Jepang ini.
Hasil analisis elBicare Cough Analyzer terhadap penyebab batuk akan tersimpan dan terintegrasi otomatis yang kemudian didistribusikan ke perangkat pengguna dengan bantuan bluetooth.
Dhany bersama delapan anggota tim lainnya ini pun memastikan bahwa ke depannya tim akan mengembangkan distribusi data menggunakan bantuan wi-fi.
“elBicare Cough Analyzer mampu bertahan selama 20 jam penggunaan yang terus-menerus,” ungkap lelaki kelahiran Pangkalan Brandan, Sumatera Utara ini.
Data pengolompokan batuk non Covid-19 sendiri didapatkan melalui penelitian mandiri tim. Anggota tim terdiri dari tiga mahasiswa ITS jenjang sarjana (S-1), dua mahasiswa ITS jenjang magister (S-2), dan tiga orang dokter (salah satunya spesialis paru) dari Universitas Airlangga (Unair).
Sementara untuk data penelitian batuk gejala Covid-19 didapatkan melalui penelitian yang bekerja sama dengan University of Cambridge, Inggris.
“Penelitian alat ini memakan waktu hampir dua tahun lamanya yang pengujiannya dilakukan di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA),” pungkas Dhany yang juga menjabat Kepala Laboratorium Vibrasi dan Akustik, Departemen Teknik Fisika ITS. (HAP)
Baca Juga: Wisudawan Cumlaude ITS Tewas Tertabrak Truk Jelang Hari Wisuda
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...