CARITAU TOKYO - Harga minyak stabil di sesi Asia pada perdagangan Senin (18/4/2022) petang. Kekhawatiran atas melambatnya permintaan dari China dimanfaatkan investor untuk mengambil keuntungan dari kenaikan yang dibuat hari sebelumnya Sementara itu, kekhawatiran atas pasokan yang ketat dan krisis Ukraina yang semakin dalam tak membuat harga minyak banyak berubah.
Baca Juga: Wamendag Jerry Dorong Ekspor Indonesia Melalui Ritel Rusia
Minyak mentah berjangka Brent menguat 0,2% menjadi USD111,97 per barel pada pukul 06.42 GMT, meluncur dari tertinggi sejak 30 Maret di USD113,80 per barel yang dicapai di awal sesi.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 0,2%, menjadi diperdagangkan di USD107,15 per barel, setelah naik setinggi USD108,55 dolar AS, tertinggi sejak 30 Maret.
Ekonomi China melambat pada Maret karena konsumsi, real estat dan ekspor terpukul keras, menghilangkan angka pertumbuhan kuartal pertama yang lebih cepat dari perkiraan dan memperburuk prospek yang sudah melemah oleh pembatasan COVID-19 dan perang Ukraina.
Negara ini menyuling minyak 2,0 persen lebih sedikit pada Maret dari setahun sebelumnya, dengan keluaran (throughput) turun ke level terendah sejak Oktober karena lonjakan harga minyak mentah menekan margin dan penguncian yang ketat mengurangi konsumsi bahan bakar.
"Beberapa investor Asia membukukan keuntungan karena mereka menjadi khawatir tentang melambatnya permintaan di China," kata Satoru Yoshida, seorang analis komoditas di Rakuten Securities.
Kamis (14/4/2022) lalu, sehari sebelum liburan akhir pekan Paskah, baik Brent dan WTI naik lebih dari 2,5 persen di tengah berita bahwa Uni Eropa mungkin secara bertahap melarang impor minyak Rusia.
Pemerintah Uni Eropa mengatakan pekan lalu bahwa eksekutif blok itu sedang menyusun proposal untuk melarang minyak mentah Rusia, tetapi para diplomat mengatakan Jerman tidak secara aktif mendukung embargo langsung.
Komentar itu muncul sebelum ketegangan meningkat dalam krisis Ukraina, dengan pihak berwenang melaporkan beberapa ledakan di Ukraina barat dan selatan pada Senin ketika pasukan Rusia mengklaim hampir menguasai penuh kota pelabuhan strategis selatan Mariupol setelah hampir dua bulan pertempuran berdarah.
"Perang yang berkelanjutan antara Rusia dan Ukraina tanpa tanda-tanda gencatan senjata memicu kekhawatiran pasokan, terutama karena permintaan diperkirakan akan meningkat saat musim mengemudi mendekat di belahan bumi utara," kata Chiyoki Chen, kepala analis di Sunward Trading, seperti dikutip Antara.
Badan Energi Internasional telah memperingatkan bahwa sekitar 3 juta barel per hari (bph) minyak Rusia dapat ditutup mulai Mei dan seterusnya karena sanksi, atau pembeli secara sukarela menghindari kargo Rusia.
Produksi minyak Rusia terus merosot pada April, turun 7,5 persen pada paruh pertama Maret, kantor berita Interfax melaporkan pada Jumat (15/4/2022). (IRW)
Baca Juga: Besok, Airlangga Hartarto Bakal Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi CPO
harga minyak minyak mentah cadangan minyak as minyak rusia minyak brent minyak wti
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024