CARITAU JAKARTA - Harga emas berjangka menguat ke level tertinggi lebih dari satu minggu pada akhir perdagangan Kamis (24/3/2022) atau Jumat (25/3/2022) pagi. Kekhawatiran atas melonjaknya harga-harga dan ketidakpastian seputar perang di Ukraina telah menguatkan daya tarik emas sebagai aset safe-haven dan lindung nilai inflasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, melonjak USD24,9 atau 1,29% menjadi ditutup pada USD1.962,20 per ounce.
Baca Juga: Perry : Suku Bunga Acuan Akan Turun jika Rupiah Menguat dan Inflasi Terkendali
Sehari sebelumnya, Rabu (23/3/2022), emas berjangka terangkat USD15,8 atau 0,82% menjadi USD1.937,30, setelah tergelincir USD8 atau 0,41% menjadi USD1.921,50 pada Selasa (22/3/2022), dan naik USD0,2 atau 0,01% menjadi USD1.929,50 pada Senin (21/3/2022).
"Tekanan inflasi dasar yang sangat kuat terus menjadi faktor fundamental pendukung utama yang mendorong harga emas. Ada faktor pendukung lainnya, terutama perang di Ukraina," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Federal Reserve menaikkan biaya pinjaman sebesar 25 basis poin pada 16 Maret, dan sejak itu pembuat kebijakan bank sentral AS telah mengisyaratkan pendekatan yang lebih agresif terhadap pengetatan kebijakan moneter tahun ini untuk melawan kenaikan inflasi.
"Bahkan gagasan tentang lingkungan suku bunga yang meningkat yang menggigit pasar emas tidak cukup untuk mengimbangi tekanan positif yang kami lihat dari kemiringan inflasi. Kami percaya bahwa The Fed tetap berada di belakang kurva," tambah Meger.
Komoditas emas, yang tidak membayar bunga, cenderung kehilangan daya tariknya ketika suku bunga naik, tetapi konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan lonjakan harga minyak menambah tekanan inflasi yang ada telah menempatkan dukungan bagi harga emas, kata para analis.
Kepemilikan SPDR Gold Trust, exchange-traded fund (ETF) yang didukung emas terbesar di dunia, naik ke level tertinggi sejak Februari 2021 pada Rabu (23/3/2022).
Dengan kenaikan ETF yang didukung emas, "emas bisa menarik lebih banyak peminat jika risiko stagflasi menjadi lebih besar dalam waktu dekat," kata Han Tan, kepala analis pasar di Exinity, seperti dikutip dari Antara.
Sementara itu, para pemimpin Barat yang bertemu di Brussels sepakat untuk memperkuat pasukan mereka di Eropa Timur, meningkatkan bantuan militer ke Ukraina dan memperketat sanksi mereka terhadap Rusia saat serangan Moskow terhadap tetangganya memasuki bulan kedua.
Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia, memicu permintaan safe haven untuk emas. Mereka juga melarang transaksi terkait emas dengan bank sentral Rusia.
Sementara itu, data ekonomi yang dirilis pada Kamis (24/3/2022) beragam. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa pesanan barang tahan lama AS merosot 2,2% pada Februari setelah melonjak 1,6% pada Januari. Penurunan ini jauh lebih besar dari perkiraan penurunan 0,5%.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran awal AS turun 28.000 menjadi 187.000 untuk pekan yang berakhir 19 Maret, terendah sejak September 1969.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei naik 73,1 sen atau 2,9%, menjadi ditutup pada USD 25,92 per ounce. Platinum untuk pengiriman April naik USD10,2 atau 1%, menjadi ditutup pada USD1.031,20 per ounce.(IRW)
Baca Juga: Kemenkeu Kembali Gelontor Insentif Fiskal Rp340 Miliar bagi Daerah Pengendali Inflasi
aset safe haven inflasi konflik ukraina suku bunga as the fed
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024