CARITAU MAKASSAR - Seorang ibu rumah tangga (IRT) di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Asriani (42)) dianiaya oknum PJ RT setempat berinisial R.
Dari hasil informasi yang dihimpun, kasus penganiayaan yang dialami Asriani terjadi di Jalan Tetta Punggawa Lorong 5, Kecamatan Bontoala, Kota Makassar, Sulsel.
Aksi penganiayaan tersebut terekam CCTV dan viral di sosial media. Dari rekaman tersebut terlihat, kejadiannya sekira pukul 16.00 wita, Selasa (16/5/2023).
Asriani mengaku, penganiayaan yang dialaminya berawal saat dirinya mau mengambil sembako. Mengingat, dirinya juga termasuk dalam daftar yang mendapat bantuan dari pemerintah. Bantuan itu dikatakan Asriani, berupa beras Ketapang (Ketahanan Pangan).
Saat sampai di lokasi pembagian itu, dia tidak mendapatkan sembako, dengan alasan suaminya sekarang sudah jadi PNS.
Menurut oknum RT tersebut, bantuan yang dibagikan hanya diberikan kepada orang yang kurang mampu. Namun, suaminya lama menjadi tukang kebersihan, kemudian diangkat sebagai PNS itu belum mencukupi kebutuhan mereka, karena hanya golongan 1 dan gajinya tidak seberapa.
"Saya bilang tidak apa-apaji, jadi saya langsung pulang, terus saya tanya istrinya bilang tanya itu suamita tidak boleh begitu. Apalagi barujaki RT," ungkapnya, Kamis (18/5/2023).
"Saya bilang PNS memang suamiku tapi golongannya tamatan SD, seandainya mau dicabut itu beras. Karena saya sudah menerima PKH selama 9 tahun," tambahnya.
Ia menceritakan, saat suaminya terangkat jadi PNS, dia telah melaporkan kepada pemerintah setempat, dan dimaklumi.
"Pernah waktu terangkat suamiku jadi PNS itu saya lapor (kepada pemerintah) dia bilang tidak apa-apaji ibu karena gajita dibawah standar kasihan. Karena suami saya gajinya 2,5 juta ji. Jadi dia cabut PKH ku, tapi beras tidakji karena sepantasnya kita terima, karena kalau ada status PNS baru terima (PKH) itu terkena Undang-Undang," ungkapnya.
Ia menambahkan, karena merasa sakit hati tidak mendapatkan sembako, dia langsung mengambil semua kursinya yang ada di rumah pelaku penganiayaan.
"Itu karena marahki kuambil kursiku, kan ada kursiku di rumahnya, makanya kubilang kuambilmi kursiku deh supaya tidak duduk-duduk di situ. Karena biasa naduduki itu lurahnya kursiku, jadi saya ambil semua saya bawa pulang," jelasnya.
Pelaku yang menganiaya Asriani yang diketahui merupakan kerabatnya itu tak tanggung-tanggung menganiaya.
"Di situ mungkin dia marah karena saya ambil semua kursiku. Masuk ke lorong, kan ada anakku dua saya hindari karena nanti memukul," bebernya.
Asriani juga menjelaskan saat di dalam lorong tersebut dia langsung didatangi oleh pelaku dan langsung dipukul.
"Pasnya masuk ke lorong, saya hindari ini anakku dua, jadi saya langsung lari keluar, dan dadaku dia kasih terbentur ke pagar, dia ikat juga leherku pakai jilbab saya juga dicakar. Banyak yang lihat tapi tidak ada berani mendekat karena takut siapa tau ini bawa benda tajam," imbuh Asriani.
Sampai sekarang ini, kata dia, dirinya masih merasakan sakit, akibat penganiayaan itu. Atas kejadian yang dialaminya, korban sudah melaporkan pelaku di pihak berwajib.
"Saya sudah melapor, pas saya dipukul langsung pergi melapor dan pergi visum di Bhayangkara. Saya berharap agar dia ditangkap agar tau bagaimana sakitnya," ungkapnya.
Sementara itu, Kapolsek Bontoala Kompol Arifuddin membenarkan adanya kejadian tersebut. Namun, yang menangani kasus itu dari pihak Polrestabes Makassar.
"Pihak korban melaporkan kejadian tersebut di Polrestabes Makassar," tandasnya. (KEK)
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...