CARITAU JAKARTA - Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia (GMRI) dan Posko Negarawan, menyambangi Pembina Institut Peradaban Salim Said untuk meminta dukungan moral dalam rangka menyampaikan pesan negarawan kepada Presiden Jokowi.
Dari keterangan yang diterima dan dikutip Jumat (10/3/2023) diketahui kalau pesan negarawan itu akan disampaikan oleh 45 tokoh nasional pada 11 Maret 2023, bertepatan dengan peringatan lahirnya Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966), di Museum Naskah Teks Proklamasi.
Baca Juga: Soroti Usulan PSI Jadikan Jokowi Ketua Koalisi Parpol, Pengamat: Akal-akalan Partai Gurem
Pendukung GMRI, Jacob Ereste mengatakan, pesan bernilai spiritual itu disampaikan kepada Jokowi karena cara dia dan jajarannya mengelola bangsa dan negara, dikhawatirkan membuat Indonesia ambruk.
"Dukungan moral dari Profesor H. Salim Said ini sungguh sangat berarti, karena beliau salah satu tokoh di negara ini. Sebelum pensiun, Beliau seorang akademisi, dosen, penulis, wartawan mantan, diplomat, dan guru besar di Universitas Pertahanan dan PTIK," kata Jacob.
"Beliau bahkan telah menghibahkan 4. 189 dari 10.000 buku koleksi pribadinya untuk Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta pada tahun lalu itu. Ruang baca di perpustakaan universitas itu diberi nama Salim Said Conner," lanjutnya.
GMRI dan Posko Negarawan memilih 11 Maret untuk menyampaikan pesan negarawan kepada Jokowi, karena Supersemar yang diserahkan Presiden Soekarno kepada Soeharto pada 11 Maret 1966 merupakan upaya untuk menyelamatkan bangsa dan negara Indonesia dari perpecahan maupun kehancuran akibat pembrontakan PKI (Partai Komunis Indonesia), sebuah pemberontakan yang tercatat menjadi sejarah kelam bangsa Indonesia dan menjadi trauma yang menakutkan.
Sayang, Salim Said tidak dapat memastikan apakah dapat hadir saat pesan negarawan untuk Jokowi dibacakan, tetapi dia menghadiahkan sebuah buku terbaru yang dia tulis kepada ketua umum GMRI yang juga penggagas Posko Negarawan, Sri Eko Sriyanto Galgendu.
Saat Tim GMRI dan Posko Negarawan menemuinya, Salim Said berkisah bahwa dia pernah mengkritik anak dan menantu Jokowi yang mengulangi kejengahan rakyat terhadap rezim Orde Baru pada bagian akhir kekuasaan Soeharto, yakni melakukan KKN (kolusi, korupsi dan nepotusme) yang sangat dibenci oleh rakyat.
Karena kritiknya itu, tokoh berusia 80 tahun ini dibully selama berbulan-bulan dari berbagai arah, sehingga membuatnya takut.
“Bully-an itu membuat Profesor Salim Said menyadari bahwa bersikap kritis pada era pemerintahan ini tidak ada gunanya, karena banyak orang yang menikmati kondisi saat ini yang kita anggap buruk dan salah, sehingga merasa terganggu ketika Beliau mengkritik,’ jelas Jacob.
Namun, saat ini Salim Said sudah tidak peduli dengan bully-an yang ia terima itu. (DID)
gmri tokoh nasional pesan negarawan presiden jokowi supersemar
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...