CARITAU JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA membuka acara penganugerahan Satu Pena Award Puisi Esai dengan kategori penulis Fiksi dan Non Fiksi di tahun 2023. Adapun agenda itu diselengarakan di ballroom restoran Al-Jazeerra, Cipinang, Jakarta Timur, Rabu lalu.
Denny yang juga Ketua Umum (Ketum) Satu Pena itu menyatakan apresiasinya terhadap penulis yang berhasil menerima penghargaan dalam acara penganugerahan Satu Pena Award 2023.
Dalam agenda itu, dewan juri telah memutuskan dua orang pemenang dari dua kategori yang berbeda. Pertama terkait kategori penulis fiksi dan kategori penulis non fiksi.
Dalam acara itu, Satu Pena Award 2024 memutuskan pemenang dari kategori penulis fiksi jatuh kepada penulis senior, Putri Wijaya. Sedangkan kategori non fiksi telah diberikan kepada Prof, Komarudin Hidayat.
Denny turut menyoroti ikhwal perkembangan teknologi canggih yakni artificial intelligence (AI) yang ditenggarai memiliki kecerdasan yang dapat menggantikan sejumlah profesi manusia khususnya penulis.
Dirinya menepis pernyataan yang berkembang tersebut. Ia menilai profesi penulis tidak akan dapat terganti mesin teknologi AI juga memiliki kecerdasan yang sama dengan manusia.
"Ini kualitas penulis yang belum bisa digantikan oleh AI. Tahun ini, Satu Pena Award diberikan kepada Putri Wijaya (Fiksi). Komarudin Hidayat (untuk non- Fiksi)," terang Denny JA dikutip pada Kamis (21/12/2023).
Menurutnya, dalam menyikapi situasi, setiap manusia harus berpikir melihat nilai-nilai history sebagai pedoman untuk bertahan ditengah kemajuan teknologi yang semakin mengesampingkan peran produktivitas manusia.
“Kita kini berada dalam periode yang sangat menentukan: History in the making. Sejarah disusun ulang. Juga dunia penulis disusun ulang,” ujar Denny.
Dirinya mengaku, telah mendapat formula dalam menyikapi perihal kemajuan teknologi kecerdasan manusia (AI) yang disebut-sebut dapat menggantikan posisi penulis dalam dunia sastra.
Ia mengatakan, formula itu yakni terkait keahlian penulisan dalam menggunakan bahasa, renungan jiwa dan daya kritis. Ia menyebut, teknologi AI saat ini belum mampu menembus dimensi ruang kreatif kecerdasan manusia.
"Jadi kita sudah dapat formulanya. Penulis dengan bentuk kedalaman bahasa, kedalaman renungan yang mampu bertahan. Apalagi jika ia mulai mendayagunakan alat bantu artificial intelligence," ujar Denny.
Disisi lain, Dirinya mengungkapkan, bahwa Satu Pena sebagai lembaga yang fokus dalam dunia jurnalistik dan sastra akan berjuang dalam melestarikan budaya membaca untuk anak bangsa.
Denny menjelaskan, Satu Pena merupakan organisasi penulis Indonesia, yang saat ini diklaim paling besar di Indonesia, lantaran memiliki bagan pengurus di 34 provinsi.
“Kita memberikan apresiasi kepada penulis Divisi Satu. Satu Pena award adalah ucapan terima kasih kita kepada para penulis yang sudah melahirkan karya dengan bahasa yang mendalam, dengan renungan mendalam,” tuturnya.
Kendati demikian, Denny juga turut menambahkan, bahwa munculnya teknologi AI merupakan catatan baru bagi sejarah perkembangan peradaban dunia lantaran baru kali ini teknologi dapat menyaingi akal dan kecerdasan manusia.
“Ini pertama kali dalam sejarah, bahwa manusia bukan satu-satu nya makhluk yang bisa menulis, hal itu lantaran “Makhluk” lainnya yang bisa menjadi penulis adalah artificial intelligence (AI)," tandas Denny. (GIB/DID)
lsi denny ja satu pena award karya jurnalistik penghargaan penulis
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...