CARITAU JAKARTA - Penjualan senjata dari Amerika Serikat (AS) ke negara-negara sekutu NATO dilaporkan meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2022. Hal itu diungkap dalam laporan majalan dua bulanan AS Foreign Policy.
Peningkatan penjualan senjata ke negara-negara NATO disokong dari perang antara Rusia dengan Ukraina yang menguras banyak persediaan militer di Eropa. Para pebisnis senjata top di AS kini menikmati banyak keuntungan, dan saham-saham mereka pun meroket.
Baca Juga: Lembaga Kajian AS Sebut 50% Warga Amerika Menentang Pengiriman Senjata ke Israel
Foreign Policy juga melaporkan bahwa pada 2021 yang lalu, pemerintah AS menyetujui 14 penjuaan senjata utama kepada sekutu NATO. Total penjualan itu mencapai 15,5 miliar Dolar AS. Kemudian pada 2022 pemerintah AS menyetujui 24 penjualan senjata senilai kurang lebih 28 miliar Dolar AS.
Beberapa sekutu NATO yang memesan senjata-senjata itu antara lain Latvia, Estonia, dan Lithuania. Mereka memesan HIMARS Multiple-Launch Rocket System (MLRS). Bahkan peralatan militer itu juga diterima Ukraina dari AS.
Awal bulan ini, Departemen Luar Negeri AS mengizinkan penjualan 116 tank M1A1 Abrams ke Polandia, setelah Warsawa mengirim T-72 era Soviet dan tank PT-91 buatan dalam negeri kepada pasukan Kiev.
Laporan di media AS telah mengkonfirmasi bahwa produsen senjata Amerika meraup untung besar dari perang di Ukraina karena permintaan senjata dan amunisi meningkat.
Associated Press (AP) melaporkan pada bulan September bahwa para pejabat militer AS telah mengatakan kepada agensi tersebut.
Isi laporannya menyebut Pentagon mendapatkan lebih banyak permintaan untuk senjata, termasuk sistem roket multi-peluncuran berteknologi tinggi yang telah berhasil digunakan oleh pasukan Ukraina terhadap depot amunisi Rusia dan pasokan lainnya.
Empat produsen senjata terbesar AS semuanya mengakhiri tahun 2022 dengan profit besar. Stok produksi mereka mendekati level tertinggi sepanjang masa. Harga saham Lockheed Martin pun saat ini naik 37 persen dari tahun lalu.
Selain itu, saham Boeing, yang terpukul sejak pandemi Covid-19, terdongkrak oleh konflik di Ukraina, dan sekarang berada di posisi yang sama seperti setahun lalu.
Perusahaan besar Raytheon juga telah mengalami kenaikan harga saham sebesar 17 persen tahun ini, sementara nilai saham General Dynamics telah meningkat sebesar 18 persen. (DID)
Baca Juga: Dianggap Memberikan Pernyataan 'Russophobia', Senator AS Masuk Daftar Buronan Rusia
as amerika penjualan senjata profit besar konflik ukraina-rusia
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024