CARAITAU JAKARTA - Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Gelora Fahri Hamzah menanggapi batalnya deklarasi Koalisi Perubahan (NasDem, PKS dan Demokrat).

Mantan politisi PKS itu mengungkapkan, mundurnya deklarasi terkait dengan belum ada kesepakatan bandar. Hal itu dikatakan Fahri Hamzah saat berbincang dalam Adu Perspektif.

Baca Juga: Diajak Prabowo Gabung Pemerintahan, Ini Kata Paloh

Menurutnya, untuk memenuhi presidential threshold 20 persen, partai bisa bergabung untuk membangun koalisi. Namun kata Fahri, keputusan itu tergantung dengan sosok bandar.

"Ya ini maksudnya pembelian tiket itu pengumpulan tiket 20 persen itu bukan kerja Parpol ini kerja bandar, parpol enggak sanggup Anies Baswedan enggak sanggup," kata Fahri Hamzah.

Baca juga : Jangan Merasa Paling Benar atau Hebat, Ansor DKI Minta PA 212 Tak Reaktif Menerima Nasihat

"Ini deklarasi tanggal 10 November udah gagal bos, gara-gara bandar belum sepakat, duit belum terkumpul, 20 persen belum terkumpul ya gagal," imbuhnya.

Diketahui, deklarasi Koalisi Perubahan, yang terdiri Partai Demokrat, PKS, dan Nasional Demokrat (NasDem) yang rencananya bakal dideklarasikan 10 November telah dipastikan batal. Deklarasi tersebut menurut pertinggi NasDem kemungkinan bakal mundur hingga akhir tahun.

Pemunduran itu ditengarai karena PKS masih harus menggelar rapat majelis syuro sementara Ketua Umum (Ketum) Demokrat Agus Harumurti Yudhoyono (AHY) baru pulang ke Indonesia pada 10 November.

Baca juga : Dihadapan Kader NasDem, Anies Baswedan Sebut Kinerja Partai adalah Misi untuk Perubahan

Lebih lanjut Fahri Hamzah meyebutkan bahwa partai yang cukup terbebas dari bandar adalah PDI Perjuangan. Pasalnya PDIP sudah memenuhi ambang batas 20 persen dari presidential threshold dari pemilu sebelumnya.

"Yang agak bebas dari bandar cuma PDIP, cuma PDIP enggak punya calon sendiri enggak populer, calonnya enggak dikehendaki, itu kan dilema," kelakar Fahri.

"Makanya aturlah semua partai boleh mengusung calonnya sendiri," imbuhnya. (DID)

Baca Juga: Data Kemenkes Catat 108 Petugas Pemilu Meninggal per 22 Februari