CARITAU JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (10/5/2022) diprediksi masih akan dibayangi sentimen kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh bank sentral AS (The Fed).

Pagi ini, rupiah bergerak menguat 14 poin atau 0,1% ke posisi Rp14.559 per US Dollar (USD) dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.573 per USD.

Baca Juga: Analis: Rupiah Berpeluang Meningkat, Dampak Potensi Turunnya The Fed di 2024

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, nilai tukar rupiah masih berpotensi untuk melemah hari ini terhadap US Dollar.

"Sentimen pasar kelihatannya masih kuat mendukung penguatan dolar AS karena ekspektasi pengetatan moneter AS yang agresif ke depannya," ujar Ariston.

Indeks saham Asia juga bergerak negatif pagi ini mengikuti penurunan dalam indeks saham AS dan Eropa semalam.

Ariston mengatakan, pelaku pasar masih melakukan penyesuaian portofolio mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih tinggi.

Sementara itu, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2022 yang positif, mungkin belum bisa menahan pelemahan rupiah karena kuatnya sentimen pasar terkait kenaikan suku bunga The Fed tersebut.

"Tapi data ini akan menjadi pertimbangan pasar ketika pelaku pasar kembali masuk ke aset berisiko," imbuhnya.

Ia juga memperkirakan rupiah akan bergerak melemah ke kisaran Rp14.600 per USD dengan potensi support di kisaran Rp14.550 per USD.

Pada Senin (9/5), rupiah ditutup melemah 93 poin atau 0,64% ke posisi Rp14.573 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per USD. (IRW)

Baca Juga: Suku Bunga Rendah Didukung Likuiditas Perbankan yang Memadai