CARITAU QATAR - Karir Hakim Ziyech bersama Timnas Maroko bak roller coaster. Sempat menyatakan pensiun dini akibat cekcok dengan pelatih sebelumnya, kini pemain berusia 29 tahun itu menjelma menjadi pilar penting negaranya mengukir kesuksesan.
Kiprah Ziyech ataupun Timnas Maroko di Piala Dunia 2022 Qatar cukup memukau. Singa Atlas, julukan Maroko sukses menjadi kuda hitam turnamen setelah berhasil lolos ke babak semifinal.
Baca Juga: Hasil Piala Afrika 2023: Gol Tunggal Ziyech Pastikan Maroko Lolos ke 16 Besar
Sejak fase grup, kilau kegemilangan Maroko telah terlihat. Mereka menahan imbang runner-up Piala Dunia 2018, Kroasia, serta mengalahkan negara favorit juara sekaliber Belgia.
Tim asuhan Walid Regragui itu berhasil memuncaki klasemen Grup F. Di babak gugur, Ziyech dan kolega memulangkan dua negara kuat dari Semenanjung Iberia, Spanyol dan Portugal.
Namun, langkah Maroko untuk menembus partai puncak malah terhenti oleh tangan Prancis. Kini, mereka mengintip peluang untuk keluar sebagai peringkat ketiga terbaik turnamen, sekaligus mengangkat prestasi sepak bola Afrika dan Dunia Arab.
Namun, kegemilangan itu semua tidak diperoleh dengan sendirinya. Banyak cerita dan perjuangan yang mewarnai kisah heroik Maroko di Piala Dunia 2022 Qatar, termasuk bagi Hakim Ziyech sendiri.
Pertarungan Hebat Pilih Negara
Hakim Ziyech lahir di Dronten, Belanda pada 19 Maret 1993. Ia merupakan anak terakhir dari delapan bersaudara. Masa kecil Ziyech dinilai tidak cukup beruntung, mengingat lahir dalam keluarga besar yang hidup sederhana. Di usianya yang baru menginjak 10 tahun, ayahnya dinyatakan meninggal dunia.
Diketahui, sang ayah mengidap penyakit multiple sclerosic. Kepergian sang ayah menjadi pukulan besar bagi Ziyech dan keluarganya.
Akan tetapi, meski di tengah situasi yang tidak menentu, Ziyech kecil tetap memulai petualangannya di dunia si kulit bundar bersama klub lokal Real Dronten.
Kemudian, dirinya bergabung dengan SC Heerenven untuk memulai karir profesionalnya. Dia memulai debut bersama Heerenveen pada 2 Agustus 2012.
Namun, saat namanya mulai melambung, Ziyech membuat keputusan mengejutkan dengan memilih Timnas Maroko. Di mana dirinya saat itu bersinar dengan FC Twente dan menjadi salah satu pemain terbaik di Belanda, bahkan pernah membesut Die Oranje di beberapa kelompol umur. Pada September 2015 mengejutkan publik karena berpindah haluan ke negara asalnya, Maroko.
Hal ini lantas mengundang kritik dari segala penjuru Belanda. Legenda sepak bola Belanda, Marco van Basten menjadi salah satu pihak yang menyatakan kritik keras terhadap Ziyech.
"Itu adalah pilihan bodoh, mereka anak-anak bodoh yang seharusnya memiliki sedikit kesabaran," kata Marco van Basten, dikutip dari Lematin.
"Ziyech adalah pemain hebat dan Tannane sangat bagus, tetapi bagaimana Anda bisa bersikap bodoh dengan memilih Maroko ketika Anda memenuhi syarat untuk tim Belanda?" kata Marco van Basten.
Ziyech pun membalas dan menegaskan bahwa keputusan itu berasal dari hatinya.
"Saya tidak akan bermain untuk Belanda. Memilih timnas tidak dilakukan dengan otak, tapi dengan hati!" tegas Eks Pemain Ajax tersebut.
Masih terekam jelas bahwa, salah satu kritik publik kepada sang pemain adalah, negara Maroko tak lebih kuat daripada Belanda. Di mana tolak ukurnya mengenai gemerlapnya Belanda di sejumlah turnamen-turnamen besar.
Namun dalam perjalanannya, nasib Ziyech dengan Maroko berjalan baik dibandingkan Die Oranje.
Di mana pada tahun 2018 silam, Ziyech berhasil mengantarkan Maroko lolos ke Piala Dunia untuk kali pertama sejak 20 tahun. Pada saat yang sama, Belanda gagal lolos ke Piala Dunia di Rusia lantaran hanya menempati posisi ketiga di grup kualifikasi.
Sementara di Piala Dunia 2022, lagi-lagi kiprah Maroko di atas Belanda. Ziyech bersama rekan-rekannya berhasil menapaki semifinal dan sekarang bertarung di perebutan tempat ketiga, sedang Belanda telah dipulangkan lebih dahulu oleh Argentina di babak delapan besar.
Sempat Pensiun Dini
Kiprah Hakim Ziyech sejatinya tak selalu berjalan mulus dan pernah digoncang hebat. Dia pernah mengutarakan pensiun dari Timnas pada Juni 2021 lalu, meski umurnya masih terbilang produktif.
Usut punya usut, Ziyech memilih itu semua karena memiliki hubungan yang tidak baik dengan pelatih Maroko saat itu, Valid Halilhodzic. Konflik bermula ketika Halilhodzic menuding Ziyech pura-pura cedera saat timnya bakal melakoni pertandingan uji coba.
"Saya tidak memilih pemain yang bisa membuat tim tidak seimbang. Perilaku Ziyech tidak sesuai harapan, dia tak mau berlatih dan tak mau bermain. Saya tidak akan memintanya untuk kembali ke tim," kata Halilhodzic, dilansir Talksport.
Usai kejadian tersebut, nama Ziyech pun tak pernah dipanggil lagi oleh Halilhodzic. Dirinya pun tidak mengeluarkan pernyataan terkait hal itu dan memilih mundur dari Timnas Maroko.
Akan tetapi, keputusan itu dia tarik kembali usai Halilhodzic dipecat Federasi Timnas Maroko pada Agustus 2022. Pelatih berusia 70 tahun itu lantas digantikan oleh Walid Regragui.
Regragui tanpa ragu meminta Hakim Ziyech untuk kembali, dan sang pemain pun mengamini. Keputusan itu dinilai tepat, mengingat Ziyech begitu penting di skuad Singa Atlas saat ini.
"Ziyech pemain yang luar biasa. Banyak yang bilang kalau dia pemain yang sulit diatur, namun ketika Anda memberinya cinta dan kepercayaan, dia akan mati demi Anda," jelas Regragui. "Dia sejauh ini membayar kepercayaan saya," tambahnya.
Sayang Ibu dan Hobi Bersedekah
Kehilangan sosok ayah sedari kecil mempengaruhi kehidupan seorang Ziyech. Dia mengaku sempat terpuruk dan menghentikan impiannya untuk bermain sepak bola. Namun, berkat motivasi sang ibu, gelandang milik Chelsea itu perlahan bangkit dari keterpurukunnya.
“Saya tidak membutuhkan pelatih mental untuk tetap kuat. Saya telah melalui banyak hal dalam hidup saya. Kehilangan seorang ayah adalah hal terburuk yang bisa terjadi pada seorang anak laki-laki. Segala sesuatu yang terjadi selanjutnya dalam hidup adalah relatif," katanya dikutip dari Mirror.
Ziyech pun lantas mengabdikan hidupnya kepada sang ibu. Hal ini terlihat saat Ziyech menjadi pemain terbaik Belanda, di mana dia mengajak ibunya naik ke panggung untuk menerima penghargaan bersama-sama.
“Saya ingin berterima kasih kepada semua orang. Tapi khususnya kepada ibu saya. Kamu memberi saya kekuatan. Jika bukan karenamu mungkin hidup saya sudah berakhir. Hadiah ini untukmu,” katanya seperti dikutip dari situs resmi Ajax Amsterdam.
Hubungan erat pun masih tercipta sampai sekarang. Di Piala Dunia 2022 Qatar pun, dirinya masih membawa ibundanya di stadion. Bahkan seusai laga, Ziyech selalu menghampiri ibundanya sembari memeluk dan mencium keningnya.
Selain itu, Hakim Ziyech dikabarkan sebagai sosok yang gemar bersedekah. Menurut laporan Sport Bible, semenjak Hakim Ziyech bergabung dengan Timnas Maroko, dirinya tak pernah sekalipun ambil bagian dari upahnya.
Ziyech memilih menyumbangkan semua gaji atau bayarannya untuk keluarga miskin di Maroko.
Statistik Hakim Ziyech
Dilansir Transfermarkt, statistik Hakim Ziyech selama merumput pun cukup mentereng. Di mana di level klub, Ziyech telah menorehkan 434 penampilan, mencetak 125 gol dan 134 assist.
Saat ini, Ziyech tengah berkarir di Chelsea. Sejak didatangkan pada tahun 2020 silam, dirinya terlibat dalam keberhasilan The Blues meraih trofi Liga Champions, Piala Super Eropa hingga Piala Dunia antarklub.
Sedangkan di level Timnas, Ziyech telah tampil untuk Skuad Maroko sebanya k 49 kali, dengan raihan 19 gol dan 11 assist.
Sementara di Piala Dunia, dia selalu tampil sejak awal dengan total mencatat 548 menit bermain. Dia turut menyumbang satu gol dan satu assist bagi negara yang dijuluki Singa Atlas itu. (RMA)
Baca Juga: Real Madrid Bersiap untuk Boyong Josko Gvardiol dari RB Leipzig
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...