CARITAU SURABAYA – Bank Indonesia Jawa Timur mengembangkan program integrated farming klaster jagung pada lahan pertanian seluas 120 Hektare yang tersebar di Bangkalan, Sumenep dan Pamekasan guna mendukung pengembangan sektor riil dan UMKM yang berbasis komoditas unggulan daerah.
“Program yang berjalan hampir 3 tahun ini telah melalui beberapa siklus tanam-panen jagung,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Budi Hanoto.
Baca Juga: BI dan Pemprov Jatim Undang 13 Investor Asing di Forum EJID 2024
Gapoktan binaan kembali melaksanakan panen raya jagung yang ditanam pada November 2021 di Desa Mocek Timur Kabupaten Sumenep pada Selasa (22/2/2022).
“Pendampingan petani selama tiga tahun sejak 2019 telah berhasil meningkatkan produktivitas panen mulai dari 5-5,8 ton/ha menjadi hingga 6-6,4 ton/ha di 2021, dari produksi sebelumnya 2,15 ton/ha ,” kata Budi Hanoto.
Budi menjelaskan program klaster jagung Madura dan pilot project integrated farming yang diinisiasi BI Jatim ini meliputi fasilitasi kegiatan sosialisasi dan pelatihan teknologi pertanian jagung modern, demo farm varietas jagung unggul, fasilitasi pendampingan penguatan kelembagaan (koperasi pertanian), termasuk pelatihan pembuatan produk turunan jagung termasuk pakan ternak kepada petani.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi melalui Camat Lenteng, M Zulkarnaen menyampaikan apresiasi kepada BI yang telah menginisiasi program klaster dan integrated farming di Kabupaten Sumenep.
“Selain tanaman jagung, komoditas utama pertanian lainnya di Sumenep adalah padi, tembakau, cabe dan kelor,” katanya.
Bupati berharap program ini dapat berlangsung secara berkelanjutan dan merata kepada petani lain yang belum dibina sehingga produktifitas jagung madura terus meningkat dan dapat mendorong kesejahteraan bagi petani di kabupaten Sumenep khususnya.
Budi Hanoto menjelaskan keberhasilan pelaksanaan program integrated farming klaster jagung bermula dari ketajaman analisis potensi awal pengembangan program.
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2017 produktivitas panen jagung di empat Kabupaten di Madura hanya sebesar 2,15 ton/Ha atau jauh dibawah rata-rata produktivitas nasional sebesar 5,6 ton/ha. Sementara itu, Jawa Timur sebagai sentra telur ayam terbesar di Indonesia sangat memerlukan jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak.
Melihat ruang pengembangan yang besar tersebut, pada tahun 2019 BI Jatim memutuskan melakukan pendampingan kepada klaster jagung secara terus menerus dari hulu hingga hilir. Dari pemilihan benih, pemupukan, metode penanaman, hingga pengolahan jagung menjadi pakan ternak diberikan kepada para petani.
Proses pendampingan tidak dilakukan sendiri oleh Bank Indonesia Jawa Timur namun melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Trunojoyo Madura (LPPM-UTM) untuk menjalankan beberapa tahapan program.
Pertama, penggunaan bibit menggunakan varietas jagung Madura 3 yang merupakan hasil penelitian UTM dan dianggap paling cocok dengan tanah Madura.
Kedua, mengubah cara berpikir petani dalam menerapkan teknik bertani. Umumnya, petani Madura bertani jagung tanpa memperhatikan Good Agricultural Practices (GAP).
Ketiga, mengajarkan manajemen kelembagaan dimana pada awal 2021 telah terbentuk Koperasi Tragah Maju Jaya di Desa Tragah Bangkalan.
“Bank Indonesia Jawa Timur berharap seremonial panen bersama ini menjadi awal dari panen raya se-kawasan Madura yang mampu menghasilkan produksi yang melimpah sehingga mampu mengangkat level kesejahteraan petani Madura,” kata Budi Hanoto. (HAP)
Baca Juga: Siapkan Rp23,2 Triliun, BI Jatim Buka Penukaran Uang di Stasiun, Bandara dan Rest Area
bi jatim produktivitas jagung di madura program integrated farming
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024