CARITAU MALANG – Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah (Rakorpusda) Bank Indonesia dalam rangka pengendalian inflasi pangan wilayah Jawa Tahun 2024 menghasilkan tiga strategi utama.
Pertama, penguatan produktivitas pangan strategis baik on farm maupun off farm, khususnya pada 16 klaster komoditas beras, 18 klaster aneka cabai, dan 13 klaster bawang merah.
Kedua, perluasan dan penguatan ekosistem BUMD Pangan di wilayah Jawa melalui Kerjasama antar daerah (KAD) yang terintegrasi antara klaster ketahanan pangan dan off taker BUMD.
Ketiga, perluasan warung Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sebagai warung pengendalian inflasi pangan pada 11 daerah prioritas, didukung dengan penguatan komunikasi efektif pada seluruh aspek strategi.
“Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur sebagai koordinator wilayah Jawa menggelar Rakorpusda ini sebagai komitmen untuk bersinergi dalam menjaga stabilitas inflasi Jawa, hasilnya ada tiga strategi yang akan diterapkan,” kata Plh. Kepala Perwakilan BI (KPwBI) Jatim Bandoe Widiarto usai Rakorpusda di Malang, Selasa (27/2/2024).
Kegiatan ini dihadiri Penjabat (Pj) Gubernur Provinsi Jatim Adhy Karyono, Deputi Kepala Perwakilan KPwBI Jatim M. Noor Nugroho, Deputi Kemenko Perekonomian Ferry Irawan dan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Batara Siagian.
Sinergi program pengendalian inflasi yang disepakati dalam Rakorpusda tersebut difokuskan pada tiga komoditas utama yakni, beras, aneka cabai, dan bawang merah serta terdapat 11 daerah prioritas, yaitu : DKI Jakarta (Jakarta Pusat), Semarang, Bandung, Bekasi, Madiun, Sumenep, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, dan Surabaya.
Pada kesempatan yang sama telah dilakukan penandatanganan Kerjasama antara 8 klaster ketahanan pangan dan BUMD/BUMP di wilayah Jawa. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari strategi implementasi penguatan pengendalian inflasi.
“Ke depan, BI bersama dengan TPIP dan TPID akan bersinergi dalam mengimplementasikan tiga strategi utama tersebut dalam kerangka 4K Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif,” kata Bandoe.
BI juga berkomitmen untuk mengoptimalkan langkah pengendalian harga terutama melalui pengelolaan suplai pangan, termasuk mendorong produksi menuju ketahanan pangan yang terintegrasi dan masif guna mendukung tercapainya stabilitas inflasi wilayah Jawa dalam sasaran nasional 2,5±1% pada 2024.
Sementara Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono mengatakan Pemprov Jatim berupaya mengendalikan laju inflasi dengan fokus pada tiga komoditas utama beras, aneka cabai dan bawang merah yang memberikan andil besar terhadap inflasi,.
"Prinsipnya kita selalu menjaga, mewaspadai bagaimana komoditas pangan sebagai sumber atau faktor inflasi dan Jawa Timur mengalami itu khusus di beras dan cabai," kata Adhy.
Adhy menjelaskan produksi beras Jatim tercatat mengalami surplus dengan produksi 2023 mencapai 5,5 juta ton. Sedangkan kebutuhan beras per tahun sekitar 4,37 juta ton.
"Walaupun beras kami surplus tapi ternyata bagaimana kondisi di lapangan sangat tergantung pasokan beras dari Bulog," ungkapnya.
Adhy menjelaskan wilayah pengendalian difokuskan kepada tiga daerah penyumbang tingkat inflasi tinggi, serta dua daerah dengan bobot tertinggi, yakni Madiun, Sumenep, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi dan Surabaya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jawa Timur, harga rata-rata beras premium di Jawa Timur saat ini berada di kisaran Rp15.304 per kilogram, sementara untuk cabai rawit Rp57.318 per kilogram dan bawang merah Rp27.471 per kilogram. (HAP)
bi jatim inflasi jawa timur komoditas pangan tpid bank indonesia
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...