CARITAU JAKARTA - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada pekan lalu ramai menjadi perbincangan publik. Sebab, pertemuan keduanya telah dilakukan disaat agenda pendaftaran Capres dan Cawapres Pemilu 2024 yang sebentar lagi akan digelar KPU RI.
Diketahui pertemuan antara SBY dan Jokowi itu berlangsung di istana negara Bogor, Jawa Barat pada Senin (2/10/2022) lalu. Adapun setelah pertemuan itu dilakukan, muncul kabar perihal akan potensi Kerjasmasa politik antara Jokowi dan SBY.
Baca Juga: Sandiaga Kirim Sinyal Gabung Prabowo, Ini Kata Elite Ka'bah
Pasalnya, momentum pertemuan antara keduanya itu ditenggarai cukup langka terjadi lantaran sosok figur SBY sebagai pendiri Partai Demokrat dianggap sebagai antitesis pemerintahan Jokowi sekaligus digadang-gadang menjadi lawan kritis Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Disisi lain, sosok SBY sebagai mantan Presiden ke VI Republik Indonesia yang telah menjabat dua periode pemerintahan itu juga ditenggarai telah lama perang dingin dengan sosok Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Sosok SBY dan Megawati juga digadang-gadang seperti manifestasi minyak dan air yang dinilai takan bisa bersatu di konstelasi politik nasional lantaran berbeda pandangan visi-misi mengenai arah pembangunan bangsa dan juga negara.
Menanggapi momen pertemuan itu, Pengamat politik Citra Institute, Efriza menilai, kegiatan pertemuan antara SBY dan Jokowi pada Senin pekan lalu disinyalir lebih menitikberatkan pada pembahasan mengenai agenda kerjasama soal kepemiluan.
Menurut Efriza, perkiraan tafsir terkait agenda pembahasan dalam pertemuan itu cukup kuat sebab, agenda itu dilakukan jelang beberapa hari Partai Demokrat yang dipimpin putra sulung SBY resmi mendeklarasikan dukungan kepada sosok kandidat Bakal Calon Presiden (Bacapres) dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Pranowo Subianto.
Pasalnya, lanjut Efriza, selain mendukung sosok Ganjar Pranowo menjadi Calon Presiden, Jokowi sejauh ini digadang-gadang bermain politik dua kaki yakni juga mendukung Prabowo menjadi Capres di Pemilu 2024.
Disisi lain ia menilai, pertemuan kedua tokoh itu juga ditenggarai sebagai langkah awal dalam membangun kerjasama politik antara PDIP dan Demokrat dalam menghadapi kontestasi Pemilu serta pasca Pemilu 2024 mendatang.
"PD tentu saja saat ini menilai posisi dia terjepit. Sudah kadung di pemerintah, karena bergabung dengan KIM dan mengusung Prabowo, yang merupakan representasi dari pemerintahan," kata Efriza, kepada saat dihubungi caritau.com Selasa (10/10/2023).
"Hanya saja memungkinkan ada pembicaraan soal membangun kerjasama saat ini maupun ke depannya. Pembicaraan ke depan nya tentu saja terkait pasca pemilu, ini menunjukkan PDIP dan PD, maupun oposisi dan pemerintah sama-sama sudah bisa bersinergi," sambungnya.
Disisi lain, menurutmya, pembicaraan saat ini memungkinkan juga tentang reshuffle kabinet dan Cawapres Prabowo. Sebab, paska keputusan bergabung dengan KIM yang dipimpin Prabowo cs juga telah menunjukan bahwa aksi Demokrat secara tidak langsung sudah berada di barisan pemerintah.
Efriza menuturkan, keputusan dari Demokrat berlabuh ke KIM tidak terlepas dari ungkapan rasa sakit hati kepada Partai Nasdem dan Anies Baswedan yang resmi meminang Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi sosok Cawapres di Koalisi Perubahan.
"Jadi memungkinkan saja AHY akan mengisi jabatan di posisi Kementerian, sebab memang Jokowi dari dulu ingin bekerjasama dengan PD namun semua terbentur posisi berseberangan antara PD dengan pemerintah, sekarang ini, semuanya sudah bersinergi memungkinkan juga program kebijakan di era SBY dengan era Jokowi saling disinergikan tidak lagi dipilah-pilih," tutur Efriza.
Selain itu, Efriza melihat bahwa Partai Demokrat saat ini kemungkinan tak lagi kukuh berpegang pada posisi sebagai oposisi lantaran memiliki target untuk meraih suara elektoral partai dan memenangkan Prabowo menjadi Presiden pada kontestasi Pemilu 2024 mendatang.
Efriza menambahkan, keseriusan Demokrat memenangkan Prabowo menjadi Presiden pada Pemilu 2024 kemungkinan dibuktikan dengan aksi SBY yang memutuskan untuk turun gunung langsung dalam cawe-cawe politik membangun komunikasi dengan tokoh politik senior jelang Pilpres 2024 mendatang.
"Target mereka saat ini adalah memenangkan KIM dan capresnya Prabowo, sebagai bentuk unjuk kemampuan kepada Anies dan Nasdem. Mengalahkan Anies dan Nasdem adalah target utamanya," ujar Efriza.
"Hanya saja disinyalir PD masih berpikir bijak melanjutkan sebagai oposisi atau bersama di pemerintahan. Meski sebagai oposisi mereka ditenggarai hanya ingin tetap teguh saja dalam sikap, tapi dalam Pilpres ia sudah menerima bersama pemerintah karena bersama KIM dan Prabowo," tandasnya. (GIB/DID)
Baca Juga: Andi Amran Sulaiman: Prabowo-Gibran Harus Menang di Sulsel
pertemuan sby - jokowi partai demokrat oposisi koalisi pilpres 2024
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...